Besok paginya, di villa.Julia bersiap-siap akan membawa Harry mendaftar ke sekolah play group.Ternyata Lucas tidak pulang satu malaman, dan pagi ini juga pria itu tidak pulang.Untung Julia tidak berharap sekali pada Lucas, untuk mendaftarkan Harry masuk sekolah play group.Harry di meja makan sudah cemberut dari sejak selesai mandi tadi, menanyakan tentang Ayahnya yang tidak kelihatan.Harry menatap sarapannya tanpa berselera, dia benar-benar merajuk karena Ayahnya ingkar janji."Ayo di makanlah nak!" sahut Julia menyodorkan sarapan Harry tersebut ke depan putranya itu.Bibir Harry manyun, tidak ingin menyentuh sarapannya karena kesal."Papa jahat, Papa ingkar janji, aku kesal sama Papa!" sahut Harry dengan nada sedih.Julia mengelus kepala putranya itu, dia sendiri juga heran, kenapa Lucas tidak pulang sesuai dengan apa yang dijanjikan nya pada mereka semalam sore.Apakah ada sesuatu yang terjadi? pikir Julia, atau dia pulang ke rumah orang tuanya?Julia menggelengkan kepalanya ti
Suara tembok terkena tinju Lucas terdengar begitu kuat, sehingga membuat Ibu mereka datang dengan panik."Ada apa, apa yang terjadi?" sahut Lisbet berteriak sambil berjalan setengah berlari dari ruang belakang menuju ruang tengah.Wanita itu melihat Lucas dan Adelia berdiri di ruang tengah, sepertinya membicarakan masalah tadi malam."Kenapa kamu Lucas?" tanyanya lagi menghampiri ke dua anaknya tersebut."Mama tidak usah sok perduli, ini semua karena sikap Mama!" sahut Adelia memarahi Ibunya."Kenapa jadi aku yang di salahkan, memangnya Mama salah apa?" tanya Lisbet bingung."Lain kali Mama jangan undang lagi Miranda untuk datang ke rumah kita!" sahut Adelia masih terus marah pada Ibunya itu."Eh, tidak bisa seperti itu dia keponakan Mama, kapan dia datang tidak masalah, Mama mana bisa mengusir dia!" sahut Lisbet tidak mau mendengarkan perkataan putrinya tersebut."Sudahlah, aku pergi dulu, aku tidak akan datang lagi, kalau tidak ada masalah yang penting, putraku hari ini akan masuk se
Lucas bergegas turun dari mobil, begitu Edward memarkirkan mobil di parkiran restoran yang dikelola Tina.Pria itu dengan cepat memasuki restoran, dan langsung menuju ruang kantor restoran.Lucas kemudian mengetuk pintu, sebelum membuka pintu ruang kantor Julia."Siapa?" terdengar suara dari dalam ruangan."Julia!" panggil Lucas, begitu pintu dia buka, dan menghambur masuk kedalam."Tuan Lucas!" Tina terkejut melihat Lucas masuk ke dalam ruang kantor mereka, gadis itu langsung berdiri dari duduknya."Di mana istriku?" tanya Lucas mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tersebut."Bukankah bersama anda? sejak terakhir sekali dia datang ke restoran ini, Julia tidak pernah datang lagi!" sahut Tina memandang Lucas dengan bingung."Tadi pagi dia berangkat untuk mendaftarkan anakku ke sekolah barunya, jadi aku berpikir kalau istriku, pasti setelah selesai mengantar putra Kami, dia akan singgah ke mari!" sahut Lucas."Julia pasti menunggui Harry di sekolah barunya, karena hari pertama m
Julia tidak ingin lagi mendengarkan apa yang di bicarakan oleh ke dua wanita, yang duduk di belakang kursinya tersebut.Perlahan Julia membungkuk ke depan, berbicara dengan suara pelan kepada Harry."Nak, Ayo kita pulang, kita bungkus makan di rumah saja pizza nya, oke?" sahut Julia sembari tersenyum pada putranya itu."Oke Ma!" Harry mengangguk setuju.Memang anak yang pintar, dan pengertian.Julia melambaikan tangannya kepada pelayan restoran siap saji tersebut, yang kebetulan berdiri tidak jauh dari mereka.Setelah pelayan itu menghampiri mereka, Julia meminta tolong dengan sopan, kalau sisa pizza yang belum habis, di bungkus untuk mereka bawa pulang.Pelayan tersebut mengerjakan apa yang diinginkan Julia."Terimakasih!" sahut Julia dengan ramah pada pelayan yang telah membungkus sisa pizza. "Sama-sama Nyonya!" jawab pelayan itu dengan sopan, sembari membungkukkan sedikit tubuhnya.Julia pun bergegas membawa Harry keluar dari restoran siap saji tersebut.Pembicaraan terakhir yang
Lima belas menit Julia di kamar, sudah selesai membersihkan badan, dan berpakaian.Terdengar suara ketukan di pintu kamar.Tok! tok! tok!Dengan langkah cepat Julia menuju pintu kamarnya, dia menduga itu pasti Harry mencarinya.Julia membuka pintu kamar, dan tampaklah Lucas berdiri di depan pintu kamarnya."Mana Harry?" tanya Julia melihat di sekitar Lucas, tidak ada sosok putranya itu."Harry makan pizza di temani Lita dan Mer di ruang makan!" jawab Lucas."Oh, aku akan turun menemaninya juga!" ujar Julia, lalu berjalan melewati Lucas."Tunggu, aku ingin minta maaf, soal semalam aku...""Ah, iya! aku baru ingat, kita perlu bicara, aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu!" kata Julia, baru teringat kalau dia ingin bicara pada Lucas.Lucas merasakan kalau Julia sepertinya sangat serius, dan terlihat dari gestur tubuh Julia, kalau gadis itu merasa tidak nyaman terlalu dekat dengannya.Julia menutup pintu kamarnya, lalu berlalu dari sana."Mau kemana?" tanya Lucas dengan cepat menangkap
Julia dan Lucas saling memandang satu sama lain.Yang satu merasa yang di pandangnya, pura-pura merasa tidak bersalah, sementara yang satu lagi tidak mengerti apa yang barusan di katakan gadis itu."Apa maksudmu Julia? aku tidak mengerti!" mata Lucas dengan lekat menatap mata Julia."Apa maksudku? kamu jangan pura-pura tidak mengerti, bukankah barusan kamu katakan, kalau kamu makan malam dengan keluarga dan sepupumu?" sahut Julia menatap dengan lekat mata Lucas.Lucas terdiam begitu Julia memperjelas perkataannya, memang benar dia makan malam bersama dengan orang tua dan sepupunya.Melihat Lucas yang tidak bisa berkata-kata lagi, mendengar apa yang dikatakannya, Julia akhirnya percaya apa yang di dengarnya tadi di restoran cepat saji itu, memang benar adanya.Bahwa Lucas dan keluarganya telah merundingkan, masalah hubungan Lucas bersama dengan sepupu pria itu."Aku akan mengurus dalam seminggu suratnya, sore ini kami akan berkemas, dan segera pergi!" ujar Julia dengan tenang."Apa kam
"Apa maksudmu? kejadian apa?" tanya Julia heran, memandang wajah Lucas bingung.Mata Julia tanpa sengaja melihat bercak merah di tangan Lucas, saat pria itu hendak menyingkirkan rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya."Kenapa ini?" tanya Julia menangkap tangan Lucas, yang hendak akan menyelipkan rambutnya ke sela telinganya.Sisi peduli Julia yang kuat, tidak tega melihat seseorang terluka, karena dia tahu bagaimana sakitnya kalau terluka.Dia pernah mengalami terluka, dan mengalami bagaimana tidak dipedulikan saat terluka.Masih ingat dalam ingatan Julia, dia di dorong oleh sepupunya hingga mengalami luka di kepalanya.Darah begitu banyak keluar, tapi tantenya cuek saja melihat Julia yang terluka, membiarkan Julia menahan sakit, sampai Julia pingsan karena mengeluarkan banyak darah.Perasaan Julia begitu sakit, tantenya tidak peduli padanya, itu benar-benar sangat menyakitkan.Tantenya keluarga satu-satunya tempat dia bersandar, tapi wanita itu tidak ada rasa kasih sedikitpun kepa
Lucas masih terus memeluk Julia, sampai tangisan istrinya itu mereda.Tangan Lucas dengan lembut masih terus menepuk-nepuk punggung Julia, dan tangan yang satu lagi, juga masih terus mengelus kepala istrinya itu.Beberapa saat mereka saling diam tidak berbicara, hanya suara tangis Julia yang sudah mereda terdengar dengan pelan.Julia melepaskan pelukannya, dan kemudian duduk tegak di pangkuan Lucas.Lucas meletakkan tangannya di seputar pinggang Julia, sepertinya pria itu enggan melepaskan Julia dari pangkuannya."Jadi, sebenarnya apa yang terjadi, kenapa kamu tidak pulang setelah selesai makan malam dengan keluargamu, dan ternyata urusan kamu bukan urusan kantor, Harry jadi berpikiran negatif tentangmu!" ujar Julia memandang mata Lucas dengan lekat."Maaf, aku tidak mengatakan kalau sebenarnya Mama yang memanggilku, karena aku merasa kesal pada Mama!" ucap Lucas dengan nada menyesal.Julia memandang Lucas semakin lekat, gadis itu tidak bisa menebak-nebak apa yang ada di pikiran Lucas