Julia dan Lucas saling memandang satu sama lain.Yang satu merasa yang di pandangnya, pura-pura merasa tidak bersalah, sementara yang satu lagi tidak mengerti apa yang barusan di katakan gadis itu."Apa maksudmu Julia? aku tidak mengerti!" mata Lucas dengan lekat menatap mata Julia."Apa maksudku? kamu jangan pura-pura tidak mengerti, bukankah barusan kamu katakan, kalau kamu makan malam dengan keluarga dan sepupumu?" sahut Julia menatap dengan lekat mata Lucas.Lucas terdiam begitu Julia memperjelas perkataannya, memang benar dia makan malam bersama dengan orang tua dan sepupunya.Melihat Lucas yang tidak bisa berkata-kata lagi, mendengar apa yang dikatakannya, Julia akhirnya percaya apa yang di dengarnya tadi di restoran cepat saji itu, memang benar adanya.Bahwa Lucas dan keluarganya telah merundingkan, masalah hubungan Lucas bersama dengan sepupu pria itu."Aku akan mengurus dalam seminggu suratnya, sore ini kami akan berkemas, dan segera pergi!" ujar Julia dengan tenang."Apa kam
"Apa maksudmu? kejadian apa?" tanya Julia heran, memandang wajah Lucas bingung.Mata Julia tanpa sengaja melihat bercak merah di tangan Lucas, saat pria itu hendak menyingkirkan rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya."Kenapa ini?" tanya Julia menangkap tangan Lucas, yang hendak akan menyelipkan rambutnya ke sela telinganya.Sisi peduli Julia yang kuat, tidak tega melihat seseorang terluka, karena dia tahu bagaimana sakitnya kalau terluka.Dia pernah mengalami terluka, dan mengalami bagaimana tidak dipedulikan saat terluka.Masih ingat dalam ingatan Julia, dia di dorong oleh sepupunya hingga mengalami luka di kepalanya.Darah begitu banyak keluar, tapi tantenya cuek saja melihat Julia yang terluka, membiarkan Julia menahan sakit, sampai Julia pingsan karena mengeluarkan banyak darah.Perasaan Julia begitu sakit, tantenya tidak peduli padanya, itu benar-benar sangat menyakitkan.Tantenya keluarga satu-satunya tempat dia bersandar, tapi wanita itu tidak ada rasa kasih sedikitpun kepa
Lucas masih terus memeluk Julia, sampai tangisan istrinya itu mereda.Tangan Lucas dengan lembut masih terus menepuk-nepuk punggung Julia, dan tangan yang satu lagi, juga masih terus mengelus kepala istrinya itu.Beberapa saat mereka saling diam tidak berbicara, hanya suara tangis Julia yang sudah mereda terdengar dengan pelan.Julia melepaskan pelukannya, dan kemudian duduk tegak di pangkuan Lucas.Lucas meletakkan tangannya di seputar pinggang Julia, sepertinya pria itu enggan melepaskan Julia dari pangkuannya."Jadi, sebenarnya apa yang terjadi, kenapa kamu tidak pulang setelah selesai makan malam dengan keluargamu, dan ternyata urusan kamu bukan urusan kantor, Harry jadi berpikiran negatif tentangmu!" ujar Julia memandang mata Lucas dengan lekat."Maaf, aku tidak mengatakan kalau sebenarnya Mama yang memanggilku, karena aku merasa kesal pada Mama!" ucap Lucas dengan nada menyesal.Julia memandang Lucas semakin lekat, gadis itu tidak bisa menebak-nebak apa yang ada di pikiran Lucas
Lucas tanpa sadar meremas pinggang Julia, merasa sakit hati melihat Julia menggelengkan kepalanya.Sepertinya Julia tidak mempercayai penjelasannya.Julia meringis merasakan remasan tangan besar Lucas di pinggangnya, terasa begitu kuat ditekan oleh Lucas."Sakit!" gumam Julia memegang tangan Lucas yang meremas pinggangnya.Wajah Julia terlihat meringis menahan sakit, di tatapnya wajah Lucas yang terlihat kesal."Kamu tidak mempercayai penjelasanku?" tanya Lucas menatap Julia dengan nada kecewa."Apa? memangnya aku ada mengatakan aku tidak percaya?" Julia merasa heran dengan pertanyaan Lucas."Barusan kamu menggelengkan kepala, jadi apa itu maksudnya? bukankah itu tandanya kalau kamu itu tidak percaya padaku?""Oh!" Julia tersadar dengan gelengan kepalanya tadi, "Bukan begitu, aku hanya teringat sesuatu saja, makanya menggelengkan kepala!"Tiba-tiba pintu ruang baca Lucas terbuka, dan muncullah dari balik pintu wajah seorang anak lelaki kecil, dan kemudian melangkah masuk ke dalam ruan
Harry menegakkan tubuhnya dengan benar, lalu mulai bercerita."Tadi pulang dari sekolah, Mama mengajak aku pergi makan pizza, terus tidak lama kemudian, ada dua orang tante cantik masuk ke restoran pizza itu, lalu duduk di belakang kursi Mama!" kata Harry bercerita sembari tangannya memperagakan, 'ada dua tante cantik' sambil dua jarinya dia tunjukkan, menyebutkan dua orang.Lucas menyimak cerita putranya itu dengan seksama, sambil menatap Harry dengan lekat, pria itu begitu takjub melihat begitu pintarnya anak lelakinya itu bicara.Sementara Julia tidak percaya melihat putranya itu, begitu sangat pandai menceritakan apa yang mereka lakukan tadi.Bahkan dua wanita cantik yang masuk kedalam restoran siap saji itu, dia perhatikan juga, sementara dia sendiri tidak perhatikan."Terus...!" Harry melanjutkan lagi ceritanya, "Tante cantik itu memesan pizza, lalu kemudian...sambil menunggu pesanannya datang, dia berbicara dengan temannya, dia bilang kalau dia berhasil menaklukkan lelaki berna
Harry memandang Ayahnya mencium Ibunya, anak kecil itu merasa begitu bahagia melihat kemesraan kedua orang tuanya.Seperti air yang sejuk mengalir dalam dirinya, dengan cepat tubuh kecilnya bergabung di tengah ke dua orang tuanya itu.Harry mendaratkan ciumannya ke pipi Lucas, lalu kemudian ke pipi Julia."Aku senang sekali, aku bahagia Papa... Mama, aku mau di gendong!" sahut Harry dengan manjanya, lalu memeluk leher Lucas.Lucas dan Julia memandang putra mereka yang tampak begitu menggemaskan.Tangan Lucas meraih tubuh kecil Harry.Melihat tubuh Harry di angkat suaminya, Julia pun turun dari pangkuan Lucas."Ayo nak, Mama mandikan kamu!" sahut Julia, lalu bergerak melangkah menuju pintu ruang baca Lucas.Lucas perlahan bangkit dari duduknya, dan menggendong tubuh kecil putranya itu mengikuti langkah kaki Julia.Julia naik ke lantai atas, dan langsung menuju kamar Harry.Lucas mengikuti langkah Julia masuk ke dalam kamar Harry, dan kemudian mengekor juga masuk ke dalam walk in closet
Mobil yang membawa Julia, perlahan masuk ke area pelataran parkir restoran."Terimakasih" ucap Julia pada Bodyguard suaminya tersebut."Sama-sama Nyonya!" sahut pria itu.Julia kemudian turun dari mobil, dan melangkah menuju restoran yang kelihatanya ramai."Aku tidak mau, ini bukan pesananku, aku tidak memesan ini tadi!"Begitu Julia masuk ke dalam restoran, terdengar suara teriakan di dalam restoran.Membuat Julia kaget.Terlihat di pintu salah satu ruang VIP, beberapa Pelayan dan Tina, tengah menghadapi seorang wanita yang sedang berteriak-teriak, seraya menudingkan telunjuknya kepada Tina.Julia mendekati kerumunan tersebut, dan terlihatlah dengan jelas wajah pelanggan yang berteriak tersebut.Julia merasa, kalau wanita itu sepertinya seorang penguntit, atau memang suatu kebetulan saja. Tampak sepupu Lucas, wanita yang baru saja tiga jam lewat, di lihatnya berada di restoran cepat saji, tapi sekarang sudah menjadi pelanggan di restorannya."Ada apa ini?" sahut Julia menyeruak ke
Julia mencocokkan menu makanan yang sudah di sajikan di meja, dengan yang ada dalam catatan selembar kertas pesanan yang di pegangnya.Semuanya sama, hanya saja ada beda tatanan saja.Julia tahu makanan apa yang di sajikan di atas meja itu, karena makanan itu adalah hasil karyanya, yang kemudian di teruskan kepada Tina.Dari Tina, kemudian di ajarkan kepada chef pengganti."Ini sesuai dengan pesanan, kenapa kamu bisa bilang kalau ini bukan pesanan yang kamu pesan!" sahut Julia."Temanku bilang, kalau itu tidak sesuai dengan di buku menu!" sahut Miranda masih saja ngotot, kalau pesanan mereka salah."Ini hanya beda tatanan dan bentuk saja, apa kamu tidak pernah makan di restoran, atau memang sengaja mau cari masalah?" sahut Julia memandang Miranda dengan tatapan menyelidik."Apa katamu? kamu gadis ingusan, bicara apa kamu? kamu seharusnya bersikap sopan pada pelanggan VIP, karena pelanggan VIP adalah pelanggan khusus yang harus kamu layani dengan baik!" teriak Miranda tidak senang."Ka