Setelah Miranda pergi di tarik paksa oleh petugas keamanan restoran, Tina bertanya kepada Julia, kenapa bisa mengenal Miranda."Dia sepupu suamiku, dia sudah lama menyukai Lucas, aku tidak tahu bagaimana hubungan mereka sebenarnya, sampai dia begitu terobsesi dengan Lucas!" kata Julia menjelaskan pada Tina."Apa kamu tidak merasa kalau dia itu sepertinya memang memiliki hubungan sebelumnya dengan suamimu itu?" tanya Tina."Tidak tahu, yang aku lihat, Lucas tidak begitu suka padanya, tapi kalau Mertuaku sangat menyukai wanita itu!" ujar Julia."Suamimu seorang Ceo yang kaya, dan juga tampan, tentu saja banyak wanita yang tidak tahu malu mengejar-ngejar dia, dan bisa jadi dia sudah memiliki kekasih sebelum mengenalmu!" kata Tina.Julia diam mendengarkan apa yang di katakan Tina, karena dia pun berpikiran seperti itu juga.Lucas seorang pria super kaya, memiliki wajah tampan, tentu banyak wanita cantik yang dekat dengannya.Julia menghela nafas panjang, dia akan mengesampingkan masalah me
Akhirnya Julia dan Tina sepakat memilih empat menu baru untuk restoran mereka, semuanya untuk makanan pembuka.Tidak terasa waktu sudah menjelang malam, Julia lupa waktu karena sibuk di dapur restoran membuat resep baru."Nyonya, ada yang mencari anda!" sahut seorang karyawan Julia masuk ke dalam dapur restoran."Siapa?" tanya Julia mencuci tangannya."Tuan itu mengatakan, kalau dia suami anda!" sahut karyawan itu."Eh!" Julia baru tersadar kalau dia sudah terlalu lama di restoran, dan ternyata ini sudah malam.Julia melihat jam."Astaga!" gumamnya terkejut, sudah hampir jam tujuh malam.Julia pun bergegas menyelesaikan pekerjaannya, dan asisten chef membantu Julia membereskan sisanya.Dengan cepat gadis itu pun menemui pria yang di katakan karyawannya tadi 'suami' nya. Di ruang kantor Julia tampak Lucas duduk di sofa sembari melihat tabletnya, dan Harry duduk di samping Ayahnya itu, sambil menulis sesuatu di atas sebuah benda yang mirip seperti tablet.Kedua lelaki beda usia itu lan
Julia membawa Lucas dan Harry ke ruang VIP, ruang yang memiliki balkon menghadap ke arah taman restoran.Ruang khusus model lesehan dengan meja berkaki pendek, sangat cocok untuk Harry, bisa duduk dengan bebas."Tunggu sebentar, aku akan membuat makan malam kita!" sahut Julia kepada Lucas, setelah Lucas dan Harry duduk di bantalan kursi sebagai tempat duduk di ruang khusus tersebut."Tidak, jangan kamu yang memasak, biarkan koki restoran yang memasak untuk kita, kamu tetap di sini bersama kami!" ujar Lucas memegang tangan Julia."Baiklah, aku akan pesan makanan apa saja yang akan kita makan malam ini, sesuai dengan rekomendasi dari aku!" ucap Julia menuruti perkataan Lucas.Lucas melepaskan pegangan tangannya memegang pergelangan tangan Julia, dan membiarkan Julia keluar dari ruang khusus tersebut.Julia kemudian memberitahukan kepada Chef menu makan malam yang diinginkannya."Baik Nyonya, kami akan selesaikan dalam sepuluh menit, dan akan kami buat yang terbaik dan yang paling lezat!"
Harry meletakkan alat tulis tabletnya ke atas meja, walaupun Harry sibuk dengan apa yang di pegangnya, telinganya mendengar apa yang di bicarakan oleh ke dua orang tuanya.Harry melihat Ayahnya meminta maaf kepada Ibunya, Ayahnya merasa bersalah kepada Ibunya."Jadi karena itulah kamu berjuang sendirian untuk masa depan kalian berdua?" tanya Lucas masih mendekap Julia dalam pelukannya."Ya!"Lucas memejamkan matanya untuk menenangkan perasaannya yang terasa sesak, gadis yang masih muda, dengan tubuh yang mungil mengandung anaknya, berjuang sendirian menjalani kehidupannya yang keras tanpa rasa mengeluh, sungguh gadis yang berani."Dan, kamu belajar sendiri membuka restoran tanpa bantuan orang lain?""Tina membantuku, dia menjadi asistenku mengelola restoran dengan uang bayaran yang kamu berikan!""Julia!" sontak Lucas melepaskan dekapannya, "Ku mohon jangan lagi singgung soal uang itu, sebagai bayaran atas apa yang telah ku lakukan padamu!"Lucas mencengkram bahu Julia dengan erat, it
Julia mencoba untuk menggeser duduknya, tapi tangan Lucas yang merangkul pinggangnya, menahan tubuh Julia untuk tidak menjauh."Kenapa? apakah kamu tidak percaya padaku? aku jatuh cinta padamu, tidak tahu sejak kapan, selama lima tahun aku selalu memikirkan mu, mencari mu ke setiap kota dan juga ke luar negeri, dalam pikiranku hanya ada kamu, aku begitu takut tidak dapat menemukanmu lagi!" gumam Lucas di depan wajah Julia.Tangan Lucas perlahan mengelus pipi Julia yang terlihat bengong, mata Julia begitu lekat menatap Lucas.Senyuman Lucas mengembang melihat raut wajah Julia yang bengong.Cup!Lucas mendaratkan kecupannya ke bibir Julia, dan Julia tersentak merasakan bibirnya di kecup Lucas lagi.Julia mengedipkan matanya."Kenapa bengong? kamu masih tidak percaya?" tanya Lucas dengan senyuman yang terus masih mengembang."A..apa kamu yakin dengan perasaanmu padaku? kamu harus memikirkan lagi!" ujar Julia akhirnya bersuara."Tidak perlu di pikirkan lagi, aku lebih tahu mengenai perasa
Lucas bangkit dari duduknya."Kalau begitu, Ayo kita sama-sama datang menuruti keinginannya!" ujar Lucas."Kenapa aku ikut? nanti Mama kamu jadi semakin marah!""Kalau begitu, aku tidak jadi pergi!" kata Lucas, lalu kembali duduk."Kami sudah terbiasa makan berdua, pergilah!""Aku tidak mau, mulai sekarang kalian berdua harus merasa tidak enak, kalau tidak makan bersamaku, aku tidak mungkin meninggalkan istri dan anakku makan malam berdua saja, sekarang kita sudah menjadi satu keluarga, harus sering bersama, aku tidak ingin kamu dan Harry merasa kesepian!" ujar Lucas dengan nada yang tegas.Mendengar itu, Julia tidak bisa berkata-kata lagi."Ayo!" Lucas mengulurkan tangannya kepada Julia, dia akan menghadapi Ibunya.Dia tidak perduli nantinya Ibunya akan berteriak padanya, karena membawa istri dan putranya untuk makan malam di rumah utama.Julia terpaksa membatalkan pesanan makan malam yang sedang di siapkan Koki di dapur restoran."Kita mau makan di mana Pa?" tanya Harry, saat mereka
Lucas menahan geram mendengar hinaan Ibunya kepada istrinya, pria itu mencoba tetap bersabar, tidak ingin langsung menegur Ibunya yang terang-terangan memusuhi gadis pilihan hatinya."Apakah kami sudah bisa duduk? anakku sudah lapar, makan malam kami terpaksa batal, karena panggilan dari Mama!" sahut Lucas mencoba tetap sabar dan setenang mungkin."Letakkan anak kecil itu, apa kamu begitu bodohnya mau saja di tipu oleh gadis itu, aku merasa anak kecil itu bukan putramu, walau ada mirip dengan kamu sewaktu kecil dulu, bukan berarti dia itu putramu!" sahut Lisbet dengan nada mencibir."Mama sungguh kasar sekali bicaranya, itu tentu keponakanku, kak Lucas lebih pintar dari pada Mama yang tahunya hanya berprasangka saja!" ujar Adelia merasa Ibunya sudah sangat kelewatan."Kamu tahu apa Adelia, jangan percaya dengan wajah polos dan penampilannya yang biasa-biasa saja, bisa jadi di balik itu semua, dia adalah wanita yang sangat mengerikan, perempuan matre!" sahut Lisbet masih tetap bernada
Julia merasakan tatapan mata Lisbet menatapnya tidak senang, saat Pelayan menaruh nasi ke piring Julia.Lucas mengambil ikan, dan menaruhnya ke piring Julia.Trang!Terdengar suara sendok di letakkan dengan kasar ke piring.Semua mata melihat ke arah Lisbet."Kenapa musti kamu yang melayani dia Lucas, keterlaluan! kamu adalah seorang Ceo yang dihormati banyak orang, kenapa kamu begitu bodohnya tunduk pada gadis tidak jelas ini, memangnya dia tidak bisa mengambil sendiri lauknya, kenapa harus kamu mengambil untuknya!" bentak Lisbet dengan suara lantang.Semua yang ada di meja makan itu, terkejut mendengar bentakan Lisbet tersebut.Lucas benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan sikap arogan Ibunya, terlalu cemburu yang tidak masuk akal.Trang!Lucas meletakkan sendoknya juga dengan kasar ke piringnya."Mau makan atau mau ngajak bertengkar sebenarnya Mama?" tanya Lucas dengan nada tajam memandang Ibunya dengan kesal."A..apa maksudmu Lucas, kamu marah pada Mama karena tidak suka dengan
Setelah acara resepsi selesai jam delapan malam, Adelia berganti pakaian dengan pakaian pesta mewah, yang di pilih oleh Ibunya. Sudah waktunya mereka akan pergi, menikmati hadiah bulan madu, yang di berikan Lucas kepada mereka. Di halaman lobby gedung aula Hotel, telah menunggu mobil pengantin, seperti apa yang di katakan Lucas tadi. Mobil mewah yang dihiasi dengan bunga mawar. "Bersenang-senang lah nak, ingat kalau pulang nanti, kamu sudah memberikan cucu kepadaku, ya?" ujar Adelia seraya memeluk Adelia dengan erat. "Aih, Mama ini! sudah punya cucu juga dari kak Lucas, tuh... bahkan sudah mau nambah satu lagi!" sahut Adelia cemberut. "Itu beda nak, maksud Mama anakmu, milikmu sendiri!" kata Lisbeth mengingat kan Adelia. Adelia diam saja, tidak menjawab perkataan Ibunya itu, dia malu untuk menjawabnya, yang menurutnya Mamanya itu terlalu terang-terangan membahas soal cucu. "Sudah ah, kami pergi dulu!" ujar Adelia. Sopir mobil mewah itu, dengan segera membuka daun pint
Adelia memeluk Daniel dengan erat, ia begitu senang sekali Daniel melamarnya, cara Daniel melamar seperti di novel romantis.Daniel dengan penuh keyakinan berlutut melamarnya, membuat Adelia jadi gemas pada Daniel.Sementara Daniel jadi tertawa dengan tindakan Adelia tersebut, menghamburkan tubuhnya dengan spontan, membuat mereka berdua sekarang berbaring di lantai, dengan posisi Daniel di bawah Adelia.Adelia berbaring di atas tubuh Daniel, memeluk Daniel dengan eratnya.Senyuman Adelia terus mengembang dengan bahagianya, berbaring di atas tubuh Daniel."Aku mau, jangan di tanya lagi, Ayo kita besok menikah!" ucap Adelia dengan bahagianya."Kita harus membuat persiapan dulu, baru kita melangsungkan pernikahan, aku ingin membuat pernikahan yang terbaik untukmu, sayang!" ujar Daniel tersenyum lebar."Apa? katakan sekali lagi!" sahut Adelia, mengangkat kepalanya memandang mata Daniel di bawahnya."Yang mana? aku ingin melangsungkan pernikahan yang terbaik untukmu!" ucap Daniel mengulang
Dua minggu berlalu.Hubungan Daniel dan Adelia, berjalan dengan baik, mereka terlihat sangat romantis.Tidak ada lagi pembullyan, Daniel menjadi Direktur yang sangat di segani, dan kinerjanya memuaskan Lucas.Hubungan Julia dengan Kakeknya, akhirnya menjadi lebih baik, dan Julia memaafkan Kakeknya.Pagi ini, Julia bangun pagi seperti biasanya, ia akan membantu pengasuh Harry untuk mempersiapkan Harry berangkat sekolah.Tapi, tiba-tiba Julia merasakan kepalanya sedikit pusing, dan perutnya terasa tidak nyaman.Julia menyingkirkan selimut dengan cepat, lalu turun dengan cepat dari tempat tidur, dan berlari ke kamar mandi."Sayang, kenapa?" tanya Lucas terkejut, melihat Julia yang tergesa-gesa ke kamar mandi.Julia tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia menutup pintu kamar mandi dengan kencang.Melihat gelagat Julia yang terasa aneh, Lucas pun buru-buru turun dari tempat tidur, lalu masuk ke kamar mandi."Hoekk! hoekk!"Tampak Julia membungkuk di toilet, memuntahkan sesuatu dari mulutnya."
Makan malam akhirnya berjalan dengan sempurna, Daniel yang tadinya merasa canggung, bisa menyesuaikan dirinya dengan keluarga Adelia.Harry yang banyak pertanyaan, bisa di jawab Daniel dengan baik, dan semua orang, yang ada di ruang makan itu, selalu setuju dengan pertanyaan yang diajukan ponakan Adelia itu.Daniel merasa keponakan Adelia, sosok yang sangat berpengaruh di keluarga kekasihnya itu.la senyum-senyum lucu, melihat ponakan Adelia yang pintar dalam berbicara, sungguh anak yang menggemaskan."Paman, hati-hati naik motor ya, jangan terlalu kencang menyetirnya!" sahut Harry, saat mereka sudah selesai makan, dan saatnya Daniel akan permisi untuk pulang."Iya, terimakasih Harry!" ucap Daniel tersenyum hangat, mendengar perhatian putra Bosnya itu padanya."Papa, aku akan keluar sebentar, aku mau mengobrol sebentar dengan Daniel!" ujar Adelia, saat Daniel selesai pamit untuk pulang, pada ke dua calon mertuanya."Jangan terlalu larut pulangnya!" sahut Piter."Iya, Pa!" jawab Adelia
Malam harinya sebelum jam tujuh malam, Adelia sudah mulai berdandan dengan cantik.la sudah berpesan kepada Bibi koki, untuk memasak, masakan istimewa malam ini, karena ada tamu yang akan datang, untuk makan malam bersama keluarga Sylvester.Sementara Lucas sudah tahu, siapa yang akan datang malam ini, setelah adiknya itu mengatakan kepada orang tua mereka, kalau Adelia ingin memperkenalkan seseorang kepada orang tua mereka."Tante, kamu cantik sekali malam ini!" sahut Harry dengan nyaringnya, melihat Adelia berdandan tidak seperti biasanya.Wajah Adelia merona, mendengar suara ponakannya mengatakan kalau ia begitu cantik."Benarkah?" tanya Adelia, malu-malu kucing, seraya membenarkan letak helaian rambutnya."Iya! apakah paman hari ini mau datang melihat Tante?" tanya Harry dengan polosnya.Wajah Adelia semakin merona mendengar lagi, apa yang di katakan ponakannya itu.la heran dengan ponakannya itu, yang selalu bicara benar, dan tidak pernah salah.Harry menatap Adelia yang tampak m
Perlahan jempol Daniel menelusuri bibir Adelia, yang masih memejamkan matanya.Bibir Adelia yang sedikit terbuka itu, terlihat begitu ranum, dan sangat menggoda.Ternyata Adelia juga merasakan hal yang sama dengan dirinya, membuat Daniel begitu bahagia.Matanya terasa panas, ia pun menangis bahagia.Adelia seorang putri konglomerat, menyukai dirinya seorang pria miskin, yang tidak memiliki apa pun, untuk di pamerkan pada Adelia.Daniel menempelkan keningnya pada kening Adelia, ia pun menangis tanpa suara.Daniel tidak sadar air matanya, jatuh ke pipi Adelia, sehingga membuat Adelia membuka matanya.Karena kening Daniel menempel pada kening Adelia, tatapan mata Adelia dengan jelas melihat Daniel yang sedang menangis diam-diam, sembari memejamkan mata."Kenapa?" tanya Adelia keheranan.Bukankah tadi dia mengecup bibirku dengan lembut? kenapa sekarang dia jadi menangis? pikir Adelia bingung.Perlahan mata Daniel terbuka, dan menatap mata Adelia, dengan matanya yang sembab."Nona, kenapa
Mata Daniel berkedip menatap wajah Adelia, yang terlihat ramah dengan senyuman manisnya.Ting!Lift terbuka, dengan senyuman yang masih merekah di bibirnya, Adelia menarik Daniel keluar dari dalam lift.Benar saja, sebuah mobil sedari tadi telah menunggu Daniel.Seorang pria berpakaian formal membuka pintu mobil, untuk Daniel dan Adelia.Dengan patuh Daniel masuk ke dalam mobil, dan duduk berdampingan dengan Adelia."Nona!" panggil Daniel."Iya, ada apa?" jawab Adelia."Maksudnya apa ini? saya tidak mengerti, kenapa saya di pindahkan, apakah karena saya melakukan kesalahan?" tanya Daniel mengungkapkan, perasaannya yang sedari tadi tidak tenang.Sepertinya Daniel tidak ingin membahas, tentang wanita yang di tendang Adelia tadi.Adelia memandang Daniel, ia pikir Daniel akan mengatakan sesuatu, tentang wanita yang mereka tinggalkan begitu saja di depan lift.Ternyata Daniel lebih fokus pada kepindahannya, dari pada membicarakan tentang mantan pacarnya itu."Oh, soal itu, aku meminta kak
Setelah melihat Julia dan Harry di antar sopir baru, yang di rekrut Lucas, barulah Lucas dan Adelia berangkat ke kantor.Hari ini pemindahan Daniel ke bagian pemasaran, salah satu mall Sylvester di kota mereka.Sesampainya di kantor, Adelia seperti biasa melakukan rutinitasnya terlebih dahulu, memeriksa berkas yang ada di mejanya.Setelah itu membawanya masuk ke dalam ruang kantor Lucas.Lalu membuat kopi seperti biasa, untuk Lucas.Barulah ia kemudian memberitahukan ke bagian HRD, tentang pemindahan Daniel.Daniel terdiam di tempatnya, saat staf HRD memberitahukan kepadanya, untuk bersiap pindah kantor."A..apa maksud anda, Nona?" tanya Daniel kepada staf HRD tersebut."Hari ini, kantor anda pindah ke mall Anggrek putih!" sahut wanita itu."Sa..salah saya apa? kenapa saya harus di pindahkan ke mall Anggrek?" tanya Daniel terperanjat.Otaknya kemudian berputar, memikirkan kesalahan apa kira-kira yang telah ia perbuat.Daniel sontak terlonjak dari tempat duduknya, ia ingat tadi malam m
Esok harinya.Seperti biasa selagi Lucas mandi, Julia membersihkan kamar mereka, membuka jendela balkon, supaya udara pagi masuk ke kamar.Lalu mengganti sprei dengan yang baru, karena telah mencium aroma yang mulai berbau lembab.Setelah itu mempersiapkan pakaian kerja Lucas, dan menunggu suaminya itu selesai mandi."Sayang, pagi ini aku juga akan pergi ke restoran lagi!" sahut Julia kepada Lucas, saat pria itu keluar dari kamar mandi."Kenapa jadi rutin pergi ke restoran? bukankah sudah ada Nona Tina, yang memantau segalanya?" tanya Lucas sembari mengelap rambutnya, yang basah dengan handuk."Restoran semakin ramai, perlu resep baru lagi, untuk di tambahkan ke buku menu!" ujar Julia.Tangannya meraih hairdryer, dan memberi isyarat dengan tangannya, agar Lucas duduk di depan meja rias.Masih mengenakan handuk, melilit pinggulnya, Lucas menuruti gerakan tangan istrinya itu.la dengan patuh duduk di depan meja rias, dan mulai merasakan tangan kecil istrinya itu, mengeringkan rambutnya