Suara tembok terkena tinju Lucas terdengar begitu kuat, sehingga membuat Ibu mereka datang dengan panik."Ada apa, apa yang terjadi?" sahut Lisbet berteriak sambil berjalan setengah berlari dari ruang belakang menuju ruang tengah.Wanita itu melihat Lucas dan Adelia berdiri di ruang tengah, sepertinya membicarakan masalah tadi malam."Kenapa kamu Lucas?" tanyanya lagi menghampiri ke dua anaknya tersebut."Mama tidak usah sok perduli, ini semua karena sikap Mama!" sahut Adelia memarahi Ibunya."Kenapa jadi aku yang di salahkan, memangnya Mama salah apa?" tanya Lisbet bingung."Lain kali Mama jangan undang lagi Miranda untuk datang ke rumah kita!" sahut Adelia masih terus marah pada Ibunya itu."Eh, tidak bisa seperti itu dia keponakan Mama, kapan dia datang tidak masalah, Mama mana bisa mengusir dia!" sahut Lisbet tidak mau mendengarkan perkataan putrinya tersebut."Sudahlah, aku pergi dulu, aku tidak akan datang lagi, kalau tidak ada masalah yang penting, putraku hari ini akan masuk se
Lucas bergegas turun dari mobil, begitu Edward memarkirkan mobil di parkiran restoran yang dikelola Tina.Pria itu dengan cepat memasuki restoran, dan langsung menuju ruang kantor restoran.Lucas kemudian mengetuk pintu, sebelum membuka pintu ruang kantor Julia."Siapa?" terdengar suara dari dalam ruangan."Julia!" panggil Lucas, begitu pintu dia buka, dan menghambur masuk kedalam."Tuan Lucas!" Tina terkejut melihat Lucas masuk ke dalam ruang kantor mereka, gadis itu langsung berdiri dari duduknya."Di mana istriku?" tanya Lucas mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tersebut."Bukankah bersama anda? sejak terakhir sekali dia datang ke restoran ini, Julia tidak pernah datang lagi!" sahut Tina memandang Lucas dengan bingung."Tadi pagi dia berangkat untuk mendaftarkan anakku ke sekolah barunya, jadi aku berpikir kalau istriku, pasti setelah selesai mengantar putra Kami, dia akan singgah ke mari!" sahut Lucas."Julia pasti menunggui Harry di sekolah barunya, karena hari pertama m
Julia tidak ingin lagi mendengarkan apa yang di bicarakan oleh ke dua wanita, yang duduk di belakang kursinya tersebut.Perlahan Julia membungkuk ke depan, berbicara dengan suara pelan kepada Harry."Nak, Ayo kita pulang, kita bungkus makan di rumah saja pizza nya, oke?" sahut Julia sembari tersenyum pada putranya itu."Oke Ma!" Harry mengangguk setuju.Memang anak yang pintar, dan pengertian.Julia melambaikan tangannya kepada pelayan restoran siap saji tersebut, yang kebetulan berdiri tidak jauh dari mereka.Setelah pelayan itu menghampiri mereka, Julia meminta tolong dengan sopan, kalau sisa pizza yang belum habis, di bungkus untuk mereka bawa pulang.Pelayan tersebut mengerjakan apa yang diinginkan Julia."Terimakasih!" sahut Julia dengan ramah pada pelayan yang telah membungkus sisa pizza. "Sama-sama Nyonya!" jawab pelayan itu dengan sopan, sembari membungkukkan sedikit tubuhnya.Julia pun bergegas membawa Harry keluar dari restoran siap saji tersebut.Pembicaraan terakhir yang
Lima belas menit Julia di kamar, sudah selesai membersihkan badan, dan berpakaian.Terdengar suara ketukan di pintu kamar.Tok! tok! tok!Dengan langkah cepat Julia menuju pintu kamarnya, dia menduga itu pasti Harry mencarinya.Julia membuka pintu kamar, dan tampaklah Lucas berdiri di depan pintu kamarnya."Mana Harry?" tanya Julia melihat di sekitar Lucas, tidak ada sosok putranya itu."Harry makan pizza di temani Lita dan Mer di ruang makan!" jawab Lucas."Oh, aku akan turun menemaninya juga!" ujar Julia, lalu berjalan melewati Lucas."Tunggu, aku ingin minta maaf, soal semalam aku...""Ah, iya! aku baru ingat, kita perlu bicara, aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu!" kata Julia, baru teringat kalau dia ingin bicara pada Lucas.Lucas merasakan kalau Julia sepertinya sangat serius, dan terlihat dari gestur tubuh Julia, kalau gadis itu merasa tidak nyaman terlalu dekat dengannya.Julia menutup pintu kamarnya, lalu berlalu dari sana."Mau kemana?" tanya Lucas dengan cepat menangkap
Julia dan Lucas saling memandang satu sama lain.Yang satu merasa yang di pandangnya, pura-pura merasa tidak bersalah, sementara yang satu lagi tidak mengerti apa yang barusan di katakan gadis itu."Apa maksudmu Julia? aku tidak mengerti!" mata Lucas dengan lekat menatap mata Julia."Apa maksudku? kamu jangan pura-pura tidak mengerti, bukankah barusan kamu katakan, kalau kamu makan malam dengan keluarga dan sepupumu?" sahut Julia menatap dengan lekat mata Lucas.Lucas terdiam begitu Julia memperjelas perkataannya, memang benar dia makan malam bersama dengan orang tua dan sepupunya.Melihat Lucas yang tidak bisa berkata-kata lagi, mendengar apa yang dikatakannya, Julia akhirnya percaya apa yang di dengarnya tadi di restoran cepat saji itu, memang benar adanya.Bahwa Lucas dan keluarganya telah merundingkan, masalah hubungan Lucas bersama dengan sepupu pria itu."Aku akan mengurus dalam seminggu suratnya, sore ini kami akan berkemas, dan segera pergi!" ujar Julia dengan tenang."Apa kam
"Apa maksudmu? kejadian apa?" tanya Julia heran, memandang wajah Lucas bingung.Mata Julia tanpa sengaja melihat bercak merah di tangan Lucas, saat pria itu hendak menyingkirkan rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya."Kenapa ini?" tanya Julia menangkap tangan Lucas, yang hendak akan menyelipkan rambutnya ke sela telinganya.Sisi peduli Julia yang kuat, tidak tega melihat seseorang terluka, karena dia tahu bagaimana sakitnya kalau terluka.Dia pernah mengalami terluka, dan mengalami bagaimana tidak dipedulikan saat terluka.Masih ingat dalam ingatan Julia, dia di dorong oleh sepupunya hingga mengalami luka di kepalanya.Darah begitu banyak keluar, tapi tantenya cuek saja melihat Julia yang terluka, membiarkan Julia menahan sakit, sampai Julia pingsan karena mengeluarkan banyak darah.Perasaan Julia begitu sakit, tantenya tidak peduli padanya, itu benar-benar sangat menyakitkan.Tantenya keluarga satu-satunya tempat dia bersandar, tapi wanita itu tidak ada rasa kasih sedikitpun kepa
Lucas masih terus memeluk Julia, sampai tangisan istrinya itu mereda.Tangan Lucas dengan lembut masih terus menepuk-nepuk punggung Julia, dan tangan yang satu lagi, juga masih terus mengelus kepala istrinya itu.Beberapa saat mereka saling diam tidak berbicara, hanya suara tangis Julia yang sudah mereda terdengar dengan pelan.Julia melepaskan pelukannya, dan kemudian duduk tegak di pangkuan Lucas.Lucas meletakkan tangannya di seputar pinggang Julia, sepertinya pria itu enggan melepaskan Julia dari pangkuannya."Jadi, sebenarnya apa yang terjadi, kenapa kamu tidak pulang setelah selesai makan malam dengan keluargamu, dan ternyata urusan kamu bukan urusan kantor, Harry jadi berpikiran negatif tentangmu!" ujar Julia memandang mata Lucas dengan lekat."Maaf, aku tidak mengatakan kalau sebenarnya Mama yang memanggilku, karena aku merasa kesal pada Mama!" ucap Lucas dengan nada menyesal.Julia memandang Lucas semakin lekat, gadis itu tidak bisa menebak-nebak apa yang ada di pikiran Lucas
Lucas tanpa sadar meremas pinggang Julia, merasa sakit hati melihat Julia menggelengkan kepalanya.Sepertinya Julia tidak mempercayai penjelasannya.Julia meringis merasakan remasan tangan besar Lucas di pinggangnya, terasa begitu kuat ditekan oleh Lucas."Sakit!" gumam Julia memegang tangan Lucas yang meremas pinggangnya.Wajah Julia terlihat meringis menahan sakit, di tatapnya wajah Lucas yang terlihat kesal."Kamu tidak mempercayai penjelasanku?" tanya Lucas menatap Julia dengan nada kecewa."Apa? memangnya aku ada mengatakan aku tidak percaya?" Julia merasa heran dengan pertanyaan Lucas."Barusan kamu menggelengkan kepala, jadi apa itu maksudnya? bukankah itu tandanya kalau kamu itu tidak percaya padaku?""Oh!" Julia tersadar dengan gelengan kepalanya tadi, "Bukan begitu, aku hanya teringat sesuatu saja, makanya menggelengkan kepala!"Tiba-tiba pintu ruang baca Lucas terbuka, dan muncullah dari balik pintu wajah seorang anak lelaki kecil, dan kemudian melangkah masuk ke dalam ruan
Setelah acara resepsi selesai jam delapan malam, Adelia berganti pakaian dengan pakaian pesta mewah, yang di pilih oleh Ibunya. Sudah waktunya mereka akan pergi, menikmati hadiah bulan madu, yang di berikan Lucas kepada mereka. Di halaman lobby gedung aula Hotel, telah menunggu mobil pengantin, seperti apa yang di katakan Lucas tadi. Mobil mewah yang dihiasi dengan bunga mawar. "Bersenang-senang lah nak, ingat kalau pulang nanti, kamu sudah memberikan cucu kepadaku, ya?" ujar Adelia seraya memeluk Adelia dengan erat. "Aih, Mama ini! sudah punya cucu juga dari kak Lucas, tuh... bahkan sudah mau nambah satu lagi!" sahut Adelia cemberut. "Itu beda nak, maksud Mama anakmu, milikmu sendiri!" kata Lisbeth mengingat kan Adelia. Adelia diam saja, tidak menjawab perkataan Ibunya itu, dia malu untuk menjawabnya, yang menurutnya Mamanya itu terlalu terang-terangan membahas soal cucu. "Sudah ah, kami pergi dulu!" ujar Adelia. Sopir mobil mewah itu, dengan segera membuka daun pint
Adelia memeluk Daniel dengan erat, ia begitu senang sekali Daniel melamarnya, cara Daniel melamar seperti di novel romantis.Daniel dengan penuh keyakinan berlutut melamarnya, membuat Adelia jadi gemas pada Daniel.Sementara Daniel jadi tertawa dengan tindakan Adelia tersebut, menghamburkan tubuhnya dengan spontan, membuat mereka berdua sekarang berbaring di lantai, dengan posisi Daniel di bawah Adelia.Adelia berbaring di atas tubuh Daniel, memeluk Daniel dengan eratnya.Senyuman Adelia terus mengembang dengan bahagianya, berbaring di atas tubuh Daniel."Aku mau, jangan di tanya lagi, Ayo kita besok menikah!" ucap Adelia dengan bahagianya."Kita harus membuat persiapan dulu, baru kita melangsungkan pernikahan, aku ingin membuat pernikahan yang terbaik untukmu, sayang!" ujar Daniel tersenyum lebar."Apa? katakan sekali lagi!" sahut Adelia, mengangkat kepalanya memandang mata Daniel di bawahnya."Yang mana? aku ingin melangsungkan pernikahan yang terbaik untukmu!" ucap Daniel mengulang
Dua minggu berlalu.Hubungan Daniel dan Adelia, berjalan dengan baik, mereka terlihat sangat romantis.Tidak ada lagi pembullyan, Daniel menjadi Direktur yang sangat di segani, dan kinerjanya memuaskan Lucas.Hubungan Julia dengan Kakeknya, akhirnya menjadi lebih baik, dan Julia memaafkan Kakeknya.Pagi ini, Julia bangun pagi seperti biasanya, ia akan membantu pengasuh Harry untuk mempersiapkan Harry berangkat sekolah.Tapi, tiba-tiba Julia merasakan kepalanya sedikit pusing, dan perutnya terasa tidak nyaman.Julia menyingkirkan selimut dengan cepat, lalu turun dengan cepat dari tempat tidur, dan berlari ke kamar mandi."Sayang, kenapa?" tanya Lucas terkejut, melihat Julia yang tergesa-gesa ke kamar mandi.Julia tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia menutup pintu kamar mandi dengan kencang.Melihat gelagat Julia yang terasa aneh, Lucas pun buru-buru turun dari tempat tidur, lalu masuk ke kamar mandi."Hoekk! hoekk!"Tampak Julia membungkuk di toilet, memuntahkan sesuatu dari mulutnya."
Makan malam akhirnya berjalan dengan sempurna, Daniel yang tadinya merasa canggung, bisa menyesuaikan dirinya dengan keluarga Adelia.Harry yang banyak pertanyaan, bisa di jawab Daniel dengan baik, dan semua orang, yang ada di ruang makan itu, selalu setuju dengan pertanyaan yang diajukan ponakan Adelia itu.Daniel merasa keponakan Adelia, sosok yang sangat berpengaruh di keluarga kekasihnya itu.la senyum-senyum lucu, melihat ponakan Adelia yang pintar dalam berbicara, sungguh anak yang menggemaskan."Paman, hati-hati naik motor ya, jangan terlalu kencang menyetirnya!" sahut Harry, saat mereka sudah selesai makan, dan saatnya Daniel akan permisi untuk pulang."Iya, terimakasih Harry!" ucap Daniel tersenyum hangat, mendengar perhatian putra Bosnya itu padanya."Papa, aku akan keluar sebentar, aku mau mengobrol sebentar dengan Daniel!" ujar Adelia, saat Daniel selesai pamit untuk pulang, pada ke dua calon mertuanya."Jangan terlalu larut pulangnya!" sahut Piter."Iya, Pa!" jawab Adelia
Malam harinya sebelum jam tujuh malam, Adelia sudah mulai berdandan dengan cantik.la sudah berpesan kepada Bibi koki, untuk memasak, masakan istimewa malam ini, karena ada tamu yang akan datang, untuk makan malam bersama keluarga Sylvester.Sementara Lucas sudah tahu, siapa yang akan datang malam ini, setelah adiknya itu mengatakan kepada orang tua mereka, kalau Adelia ingin memperkenalkan seseorang kepada orang tua mereka."Tante, kamu cantik sekali malam ini!" sahut Harry dengan nyaringnya, melihat Adelia berdandan tidak seperti biasanya.Wajah Adelia merona, mendengar suara ponakannya mengatakan kalau ia begitu cantik."Benarkah?" tanya Adelia, malu-malu kucing, seraya membenarkan letak helaian rambutnya."Iya! apakah paman hari ini mau datang melihat Tante?" tanya Harry dengan polosnya.Wajah Adelia semakin merona mendengar lagi, apa yang di katakan ponakannya itu.la heran dengan ponakannya itu, yang selalu bicara benar, dan tidak pernah salah.Harry menatap Adelia yang tampak m
Perlahan jempol Daniel menelusuri bibir Adelia, yang masih memejamkan matanya.Bibir Adelia yang sedikit terbuka itu, terlihat begitu ranum, dan sangat menggoda.Ternyata Adelia juga merasakan hal yang sama dengan dirinya, membuat Daniel begitu bahagia.Matanya terasa panas, ia pun menangis bahagia.Adelia seorang putri konglomerat, menyukai dirinya seorang pria miskin, yang tidak memiliki apa pun, untuk di pamerkan pada Adelia.Daniel menempelkan keningnya pada kening Adelia, ia pun menangis tanpa suara.Daniel tidak sadar air matanya, jatuh ke pipi Adelia, sehingga membuat Adelia membuka matanya.Karena kening Daniel menempel pada kening Adelia, tatapan mata Adelia dengan jelas melihat Daniel yang sedang menangis diam-diam, sembari memejamkan mata."Kenapa?" tanya Adelia keheranan.Bukankah tadi dia mengecup bibirku dengan lembut? kenapa sekarang dia jadi menangis? pikir Adelia bingung.Perlahan mata Daniel terbuka, dan menatap mata Adelia, dengan matanya yang sembab."Nona, kenapa
Mata Daniel berkedip menatap wajah Adelia, yang terlihat ramah dengan senyuman manisnya.Ting!Lift terbuka, dengan senyuman yang masih merekah di bibirnya, Adelia menarik Daniel keluar dari dalam lift.Benar saja, sebuah mobil sedari tadi telah menunggu Daniel.Seorang pria berpakaian formal membuka pintu mobil, untuk Daniel dan Adelia.Dengan patuh Daniel masuk ke dalam mobil, dan duduk berdampingan dengan Adelia."Nona!" panggil Daniel."Iya, ada apa?" jawab Adelia."Maksudnya apa ini? saya tidak mengerti, kenapa saya di pindahkan, apakah karena saya melakukan kesalahan?" tanya Daniel mengungkapkan, perasaannya yang sedari tadi tidak tenang.Sepertinya Daniel tidak ingin membahas, tentang wanita yang di tendang Adelia tadi.Adelia memandang Daniel, ia pikir Daniel akan mengatakan sesuatu, tentang wanita yang mereka tinggalkan begitu saja di depan lift.Ternyata Daniel lebih fokus pada kepindahannya, dari pada membicarakan tentang mantan pacarnya itu."Oh, soal itu, aku meminta kak
Setelah melihat Julia dan Harry di antar sopir baru, yang di rekrut Lucas, barulah Lucas dan Adelia berangkat ke kantor.Hari ini pemindahan Daniel ke bagian pemasaran, salah satu mall Sylvester di kota mereka.Sesampainya di kantor, Adelia seperti biasa melakukan rutinitasnya terlebih dahulu, memeriksa berkas yang ada di mejanya.Setelah itu membawanya masuk ke dalam ruang kantor Lucas.Lalu membuat kopi seperti biasa, untuk Lucas.Barulah ia kemudian memberitahukan ke bagian HRD, tentang pemindahan Daniel.Daniel terdiam di tempatnya, saat staf HRD memberitahukan kepadanya, untuk bersiap pindah kantor."A..apa maksud anda, Nona?" tanya Daniel kepada staf HRD tersebut."Hari ini, kantor anda pindah ke mall Anggrek putih!" sahut wanita itu."Sa..salah saya apa? kenapa saya harus di pindahkan ke mall Anggrek?" tanya Daniel terperanjat.Otaknya kemudian berputar, memikirkan kesalahan apa kira-kira yang telah ia perbuat.Daniel sontak terlonjak dari tempat duduknya, ia ingat tadi malam m
Esok harinya.Seperti biasa selagi Lucas mandi, Julia membersihkan kamar mereka, membuka jendela balkon, supaya udara pagi masuk ke kamar.Lalu mengganti sprei dengan yang baru, karena telah mencium aroma yang mulai berbau lembab.Setelah itu mempersiapkan pakaian kerja Lucas, dan menunggu suaminya itu selesai mandi."Sayang, pagi ini aku juga akan pergi ke restoran lagi!" sahut Julia kepada Lucas, saat pria itu keluar dari kamar mandi."Kenapa jadi rutin pergi ke restoran? bukankah sudah ada Nona Tina, yang memantau segalanya?" tanya Lucas sembari mengelap rambutnya, yang basah dengan handuk."Restoran semakin ramai, perlu resep baru lagi, untuk di tambahkan ke buku menu!" ujar Julia.Tangannya meraih hairdryer, dan memberi isyarat dengan tangannya, agar Lucas duduk di depan meja rias.Masih mengenakan handuk, melilit pinggulnya, Lucas menuruti gerakan tangan istrinya itu.la dengan patuh duduk di depan meja rias, dan mulai merasakan tangan kecil istrinya itu, mengeringkan rambutnya