Abie masih membutuhkan waktu pemulihan yang lama. Meski operasi itu berjalan lancar. Tapi tidak menutup kemungkinan akan terjadi indikasi akibat operasi sumsum tulang belakang itu. Untuk itulah Abie beberapa bulan ke depan masih mendapat perawatan intensif di rumah sakit.Hisyam berdiri di samping Abie. Ia menatap penuh rasa iba kepada putranya. Perlahan Abie membuka matanya. Ia melihat ke sekeliling, hanya ada Hisyam di sana. Tidak ada Zahra di sisi papanya."Kemana Zahra, Pa?" tanya Abie. Satu hal yang ada di pikiran Abie hanya Zahra dan Zahra."Kemarin Zahra ke rumah orang tuanya. Sekarang dia sudah kembali dan istirahat di rumah," terang Hisyam. Ia memang sengaja tidak memunculkan Zahra di depan Abie, karena anaknya itu pasti ingin dekat dengan Zahra terus menerus."Aku ingin Zahra menemaniku di sini, Pa," pinta Abie tanpa mempedulikan perasaan Hisyam.Hisyam rasanya geram terhadap sikap putranya yang masih saja mengharapkan Zahra. Untung saja dia tengah sakit. Kalau tidak Hisyam
Reno penuh percaya diri memasuki perusahaan Hisyam. Banyak pasang mata yang menatapnya curiga. Karena dia berani memaksa masuk ke dalam ruang kantor Presdir."Maaf Pak, Anda tidak di perbolehkan masuk sembarangan. Ini ruang Pak Presdir," cegah salah seorang karyawan. "Berani sekali kamu mencegahku. Kantor ini dan semua perusahaan Hisyam sekarang jadi milikku!" ucap Reno tegas.Semua yang ada di sana menatap Reno tak percaya."Bapak jangan asal bicara. Mana buktinya kalau perusahaan ini di jual oleh Pak Hisyam?" tanya mereka.Tentu saja Reno sudah menyiapkan buktinya. Berupa surat perjanjian yang di tanda tangani bersama Hisyam. Ia sudah menduga para karyawan Hisyam pasti banyak yang protes tak percaya."Ini sudah bisa jadi bukti kan!" kata Reno.Semua langsung terpaku diam tak ada yang berani bicara. Reno tersenyum smirk, ia melanjutkan langkahnya hingga sampai ke depan pintu langkahnya terhenti karena mendengar suara dari belakang yang cukup mengganggunya."Berhenti!" Suara itu terd
Reno tidak terima, dia merasa di permainkan oleh Hisyam. Meski dia tidak miskin-miskin amat karena wanita yang di nikahinya seorang janda kaya raya. Tetapi semua harta bersumber dari istrinya. Ia meninggalkan Winda yang pada saat itu sudah merintis bersamanya. Tak tahan mengalami kesulitan hidup akhirnya dia memilih meninggalkan Winda di saat wanita itu justru sangat membutuhkannya. Menjadi suami janda kaya raya, membuat Reno bisa berbuat apapun di belakang istrinya. Ia menggunakan harta kekayaan istrinya untuk memanjakan para selingkuhannya. Meski sudah memiliki kekayaan yang cukup banyak dari istrinya. Tetapi Reno tidak merasa puas. Ia ingin menjadi orang yang paling kaya raya menyaingi Hisyam.Tak menemukan Hisyam di perusahaannya ia berniat untuk menemuinya di rumah. Reno sudah mengantongi alamat rumahnya. Sampai di depan rumah Hisyam, matanya berdecak kagum menatap betapa besarnya rumah Hisysm. Meski rumahnya juga tak kalah besar, tapi desainnya lebih mewah milik Hisyam.Sengaj
Sudah menjadi rutinitas setiap hari menjenguk Reno di rumah sakit bersama Om Hisyam. Bagaimanapun juga sekarang aku adalah mama tiri yang harus bersikap baik pada anak tiriku. Heh, meski Abie memandangiku rautnya menyiratkan kekecewaan. Peduli amat, aku tidak menggubrisnya. "Makanlah, biar kamu cepat sembuh," ucapku.Dia malahan diam tak bergeming lalu menatapku penuh harap. Sebenarnya aku merasa tidak enak duduk di sini. Berhubung suami tercintaku tadi keluar sebentar membelikanku sarapan. Terpaksa aku terkurung berduaan bersama Abie."Kalau aku makan bisa mengembalikanmu di sisiku. Aku mau makan terus setiap hari," balasnya.Ck, itu terus yang dia bahas. Jelas-jelas aku sudah menikah dengan Papa nya. Apakah dia buta dan tuli sehingga tidak mau menerima kebenaran. Salah sendiri kenapa saat itu dia meninggalkanku di pernikahan."Ini makananmu. Kamu bisa ambil di sini. Kalau kamu tidak mau makan, tubuhmu akan menderita. Obat itu tidak akan bisa bereaksi sepenuhnya," ucapku.Tanganya t
Mereka duduk di ruang tamu, suasana sedikit tegang karena ada Citra di sana. Citra menunduk mengungkapkan apa yang terjadi padanya. Secarik kertas tergeletak di atas meja. Dalam kertas itu menerangkan mengenai kehamilan Citra."Aku sudah mendatangi rumah sakit. Berbicara mengenai hal ini pada Abie. Tapi dia tidak mau mengakuinya," terang Citra menangis terisak-isak.Hisyam mendengarkan secara seksama semua perkataan Citra. Sementara Zahra justru diam tak bergeming seolah tidak peduli dengan keluhan Citra."Trik apalagi yang akan di perbuat perempuan ini," batin Zahra. Ia sama sekali tidak tersentuh cerita-cerita Citra yang mendramatisir keadaan."Pak Hisyam, tolong kebijakannya, aku tidak ingin anak ini lahir tanpa kasih sayang ayahnya," tangis Citra.Hisyam terdiam, Abie selalu saja menimbulkan masalah baginya. Baru saja dia menikmati hidup yang bahagia bersama Zahra. Sekarang sudah timbul masalah baru lagi. Menghamili anak orang, tidak mungkin dirinya yang harus tanggung jawab. Apal
"Kamu masih sakit, tapi selalu saja bikin ulah Abie!" ucap Hisyam. Pria bertubuh kekar itu sudah berdiri tegap di hadapan putra tirinya yang tengah duduk di tepi brangkar. Abie menatap Hisyam dan menghela nafas kasar."Papa percaya perkataan perempuan itu?" "Dulu mungkin Papa lebih percaya sama kamu. Tapi setelah kamu meninggalkan Zahra di pelaminan. Papa jadi sangsi apakah semua omonganmu bisa di percaya!" balas Hisyam. Lelaki itu membalas menatap tajam pada Abie. Abie tidak berani menatapnya di melarikan tatapan matanya ke arah lain."Itu kesalahan kecil Pa, aku tidak mau menikahi Citra. Aku tidak mencintainya," lirih Abie sembari menundukkan kepalanya."Ck, tidak usah banyak alasan Abie. Papa tidak tanya kamu cinta Citra atau tidak yang Papa butuhkan tanggung jawabmu!" Sahut Hisyam dengan tegas.Abie mengusap rambut kepalanya kasar, ia makin stres kalau memikirkan harus menikahi Citra. Karena Citra sekarang bukan tujuannya. Dia bosan perempuan itu. Semua lekuk tubuhnya sudah di ke
"Menyebalkan Mas, tingkah perempuan itu makin menjadi-jadi saja," omel ZahraMereka bareng satu mobil karena Hisyam menjemput Zahra di kampus.Hisyam tetap tenang mendengar omelan Zahra."Siapa yang kamu Sayang?" tanta Hisyam lembut."Siapa lagi kalau bukan perempuan ular itu.""Memamgnya ada perempuan yang bertubuh ular?" tanya Hisyam bercanda.Bibir Zahra mengerucut."Om, ini aku beneran marah loh.""Aku tahu kamu tidak nyaman dengankeberadaan Citra di lingkungan rumah kita. Sabar, nanti setelah mereka menikah aku akan menyuruh Abie membawa Citra pergi dari rumah itu," kata Hisyam."Berapa minggu, Om?" sahut Zahra."Satu bulan."Zahra langsung menoleh kaget. Apa tidak salah satu bulan terlalu lama baginya. Bisa-bisa perempuan itu keenakan di sana."Jangan satu bulan Om ... itu terlalu lama. Satu hari saja ada dia mondar-mondir di sekitar rumah sudah bikin kepalaku pusing," ungkap Zahra.Hisyam bisa mengerti perasaan Zahra, ia pun berpikir sejenak. Kalau ingin pernikahannya cepat, dia
Abie menyetujui menikahi Citra, keduanya sudah meresmikan hubungan mereka di KUA. Demi menyelamatkan dirinya agar tetap bisa menikmati fasilitas dari Hisyam."Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri. Aku harap kamu menjadi suami yang baik buat Citra," nasihat Hisyam.Zahra tidak banyak bicara dia hanya diam di samping Hisyam. Rasanya enggan berbasa-basi di depan perempuan yang terang-terangan ingin merebut suaminya."Setelah ini, Mang Ujang akan mengantarkan kalian ke rumah yang baru. Kalian tidak tinggal bersama kami lagi," ucap Hisyam.Keduanya saling menatap satu sama lainnya. Bukan itu yang mereka harapkan. Kalau mereka jauh dari sasaran, bagaimana bisa rencana yang sudah di susun itu berjalan."Tapi Pa, kami ingin tinggal di rumah lama saja," kata Abie."Tidak masalah, kamu menempati rumah lama dan aku bersama Zahra yang akan tinggal di rumah baru," jawab Hisyam.Abie jadi bingung, di putar-putar hasilnya juga sama saja. Kalau dia tidak tinggal bersama mereka. Lalu apa haru
Pelukan hangat di sambut Aysel manakala Meta sudah pulang dari rumah sakit. "Ma, akhirnya Mama pulang juga," peluk Aysel.Rasa rindu tak terbendung di hati Aysel. Gadis kecil itu melirik Alex yang masih saja berdiri lemah di belakang Meta. Segera Aysel melepaskan diri dari pelukan Meta. Dia mencoba memberanikan dirinya mendekati Alex.Aysel menatap Omnya dengan mata berkaca-kaca, isak tangisnya tertahan di tenggorokan. "Om, maafin Aysel. Udah buat Om kecelakaan," katanya dengan suara yang bergetar, penuh penyesalan.Alex menghampiri dengan langkah ringan, senyum lebar menghiasi wajahnya yang lega. Ia merentangkan kedua tangannya, seolah menawarkan pelukan hangat. "Om sudah memaafkan kamu, Sayang," ucapnya seraya matanya berbinar penuh kelembutan. Dan sedikit ragu Aysel mendekat masuk dalam pelukan Alex. Pria tampan itu mengusap rambut Aysel yang harum aroma shampo. Dalam hati Alex merasa lega. Berkat kecelakaan itu hati Aysel yang semula beku kini telah mencair."Meta mengulurkan tang
Meta yang akhirnya sampai di sekolah Aysel segera dengan langkah terburu-buru hendak menemui Aysel. Ia memasang senyum penuh kelegaannya setelah mendapati putri semata wayangnya masih menunggu duduk di bangku kecil. Berdiri di sampingnya guru dan orang suruhan Alex. Menyadari kehadiran mamanya Aysel langsung berteriak."Mama!" segera Aysel berlari ke arah Meta dan menghambur dalam pelukannya. Alex sengaja tidak ikut masuk karena di cegah Meta. Ia belum siap kalau Aysel ngambek lagi. Meta meminta agar Alex bersabar sampai Aysel menerimanya.Pelukan hangat, cipika-cipiki pun terjadi. Aysel rindu sekali mamanya."Mama kok lamaaa ... sekali. Teman-teman udah pulang semua," celoteh Aysel."Maafin Mama Sayang. Besok Mama usahain agar lebih cepat jemputnya," sesal Meta. Untuk kesekian kalinya terpaksa dia berbohong. Dia akan jelaskan nanti kalau sudah di rumah.Di bahu jalan mobil Alex terparkir di sana. Ia memantau dari kaca mobil Aysel dan Meta sudah keluar dari halaman sekolah. Alex pun t
Alex menarik tubuh Meta. Ia sudah cukup menahan diri karena Meta sepertinya menghindarinya. Ada apa gerangan dengan Meta. Alex merasa tidak ada kesalahan yang di perbuatnya.Nafas Alex memburu mengusap wajah perempuan itu perlahan. Meta melipat bibirnya ke dalam, tubuhnya memanas. Rasa cemas terpancar di wajahnya. Ia terjebak bagaimana bisa Alex menemukannya. Bukan di rumah, Meta sedang mengadakan kunjungan di perumahan yang baru di kembangkannya. Ia ingin mengecek desain interiornya. Tak ada siapapun di sana kecuali dirinya dan Alex.Tadi seorang karyawannya mengatakan kalau ada pembeli baru. Dan sialnya, ternyata Alex yang mengatur semua rencana itu agar bertemu."Meta, katakan mengapa kau menghindariku? Hemm?" Jari tangan Alex menyisir helai rambut Meta.Meta bergerak mundur. Sayangnya, Alex menarik pingganggnya ke dalam pelukannya. "Lex, ini tidak benar," lirih Meta."Aku tidak bisa sedikitpun jauh darimu. Aku mau menikahimu sekarang," kata Alex."Sekarang? Kamu jangan gila, Lex.
Di dalam kamar Hisyam belum juga beranjak dari sisi istrinya. Hampir tiga puluh menit lamanya dia menatap wajah cantik istrinya yang tengah terlelap. Sesekali dia mengusap pipi putih Zahra. Kemudian berganti merapikan anakan rambut menyembunyikannya di belakang telinga.Aksi random Hisyam membuat Zahra terganggu. Ia mengerjapkan matanya. Lalu membuka matanya perlahan. Wajah tampan itu tersenyum padanya."Sayang, udah baikan belum?" tanya Hisyam lembut."Sedikit," jawab Zahra yang memang masih lemah. Hisyam langsung memasang mode wajah bersalah. Gara-gara hasratnya yang terlalu tinggi membuat istrinya sakit."Maaf, lain kali aku akan menahan diri. Demi bayi kita," lirih Hisyam. Wajahnya sayu saat mengatakannya. Membuat Zahra tidak enak hati."Om, nggak usah pikirin itu. Kan sama-sama enak. Om, nggak usah ngerasa bersalah gitu," hibur Zahra mengumbar senyum manisnya."Iya, tapi Om janji akan lebih hati-hati lagi," ulang Hisyam. Ia tidak ingin membahayakan kondisi bayinya. Demi Zahra, de
Meta jongkok di hadapan Aysel dan berniat memeluknya."Aysel, dengerin Mama Sayang. Mama tidak pernah mengabaikan Aysel. Akhir-akhir ini Mama banyak masalah yang harus di selesaikan," bujuk Meta.Namun Aysel justru lari ke dalam kamar menepis tangan Meta.Alex tahu Meta terluka dengan kelakuan putrinya. Di tambah lagi akhir-akhir ini hari-harinya begitu berat menghadapi sidang perceraianmnya dengan Reno. Tidak mungkin juga ia cerita pada Aysel kalau sebenarnya dirinya dan Reno sudah cerai. Ia takut kalau Aysel belum bisa menerima. Meski dulu Aysel pernah cerita padanya kalau lihat papanya selingkuh. Meta takut Aysel belum rela melepas kepergian papanya. Buktinya dia marah-marah waktu dirinya datang bersama Alex."Maafin Aysel ya Lex. Dia cuma anak kecil. Nanti aku akan bicara padanya pelan-pelan," kata Meta."Tidak apa-apa. Wajar kalau Aysel bersikap demikian. Dunianya sekarang hanya ada kamu. Dia mungkin butuh perhatian. Sebaiknya aku pulang dulu. Kamu temani Aysel. Nanti dia pasti ak
"Tadi Reno mengamuk di kantor.""Aku terpaksa membohonginya kalau perusahaan itu sudah aku beli. Agar dia tidak menginjakkan kaki di sana," terang Alex.Pengakuan Alex membuat Meta menunduk sebentar kemudian ia mengangkat kepalanya dan tersenyum. "Lakukan saja yang menurutmu benar. Maaf kalau aku ngrepotin kamu," kata Meta."Jangan berkata begitu, susah payah aku menemukanmu. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku akan melindungimu dari bajingan yang bernama Reno!" ucap Alex tegas.Meta tersenyum getir. Harusnya Reno yang berbuat demikian bukan orang lain. Sepanjang hidupnya bersama Reno ia tidak pernah merasakan cinta yang tulus dari pria itu.Alex memberanikan diri mengambil tangan Meta hingga membuat perempuan itu tersentak kaget."Lex, kamu mau apa?" Melihat Alex tiba-tiba bersimpuh di hadapannya."Aku mau jadi ayahnya Aysel. Aku ingin menghapus semua kesedihan di matamu menjadi kebahagiaan," kata Alex."Lex, ini terlalu cepat. Aku ... aku belum bisa. Lagian surat perce
Citra menemui Reno di depan hotel seperti yang telah di janjikan. Ia senang sekali karena tidak perlu luntang-lantung mencari tempat tinggal. Teman-temannya tidak ada yang mau menampungnya. Untung saja uang penjualan tas masih ada. Sehingga dia putuskan untuk menginap di hotel. Citra pikir setelah bertemu Reno kehidupannya jauh lebih baik. Reno pasti membelikannya rumah baru atau apartemen. Namun Citra heran mengapa Reno datang memakai jasa taksi tidak menggunakan mobil mewahnya."Om kok pakai taksi?" tanya Citra heran."Iya Sayang, tadi istriku sempat curiga jadi aku pakai taksi aja biar tetap bisa nemuin kamu," bohong Reno.Citra yang percaya kebohongan Reno menyambut suka cita kedatangannya."Akhirnya Om datang juga," sambut Citra sumringah. Ia sama sekali tidak curiga kalau Reno sekarang sudah kere.Tak biasanya Reno yang biasanya bersikap mendominasi kelihatan bahagia bertemu Citra. Ia berharap bisa tinggal bersama Citra di hotel untuk sementara ini."Om juga kangen kamu, Sayang,
"Oh, ya. Kamu tidak pernah tanya padaku kenapa aku tidak mau melayanimu. Itu karena aku jijik bersentuhan denganmu. Entah sudah berapa wanita yang kau sentuh. Jadi, tidak usah beralasan sok suci seolah kamu tidak pernah selingkuh dengan siapapun!" jelas Meta.Selama ini dirinya sudah cukup banyak bersabar. Sekarang saatnya dia bangkit membuang seseorang yang selama ini membuat hatinya terluka. Ia merasa bersalah pada Winda sahabatnya. Mengapa dulu menjalin hubungan diam-diam di belakang Winda. Dan kini dia tahu betapa menderitanya di selingkuhi. Ternyata harta yang di miliki bukan sumber kebahagiaan. Punya suami yang tidak setia juga bisa menjadi masalah terbesar dalam hidupnya. Hanya saja Meta tidak seperti Reno yang genar selingkuh. Dia hanya mencintai Reno sehingga menerima tawaran pernikahan dari Reno kala itu.Kini cinta yang dulunya begitu besar lama-lama terkikis berubah menjadi kebencian karena ulah Reno sendiri."Meta Sayang, aku janji akan berubah. Aku minta maaf. Katakan ka
"Gimana istri Om di rumah? Apa tidak menaruh curiga kalau kita sering bertemu?" tanya Citra nggelendot di lengan Reno."Dia terlalu sibuk dengan putri kami dan pekerjaannnya. Ia tidak akan sempat berpikir kalau aku punya kamu," jawab Reno menjawil dagu Citra mesra.Citra langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Reno. Tanpa menunggu lama mereka langsung beradu bibirnya. Reno yang masih memakai jas kerja langsung melepas jasnya ke lantai. Sementara Citra menyodorkan tubuhnya yang sudah setengah polos ke dada bidang Reno.Seperti biasa perbuatan menjijikkan itu pun terjadi. Mereka berbagi peluh bersama dan keduanya sama-sama gila hubungan tanpa status yang halal itu. Tanpa di sadari dari balik pintu ada seorang pria yang berdiri merekam kegiatan mereka. Andai tidak berpikir waras mungkin dia sudah menendang pintu itu dan menghajar pria itu habis-habisan.Sebelumnya Abie sudah curiga kenapa Citra selalu pulang pagi dalam keadaan kelelahan. Dari pertengkaran tadi pagi ia tahu kalau C