Anna mendengus, dia sudah menduga akan mendapatkan penolakan dari teman-temannya. Mereka selalu memandang rendah Anna, mendengar Anna menyebutkan nama suamimu, tentu saja tidak akan percaya dengan mudah. Anna juga tidak berniat menjelaskan, dia meminum es cappucino miliknya seraya memalingkan pandangan. Ingin sekali dia segera pergi dari sana, menjauhi mereka yang terus saja penasaran dengan pernikahannya. Tepat pada saat itu, pandangan orang-orang tertuju pada sesuatu di belakang Anna. Mereka semua melihat sosok itu, tanpa sedikitpun mengedipkan kedua mata. Melihat bagaimana reaksi mereka yang dirasa berlebihan, seketika membuat Anna menjadi penasaran, dia segera berbalik dan kini berganti dirinya yang terbelalak. Tiba-tiba ayah Laura langsung bangkit, senyuman cerah merekah di wajahnya. Dia berjalan menuju tubuh seorang pria, dengan sedikit membungkukkan tubuhnya, dia memberi pria itu sebuah penghormatan. "Tuan Eric, saya tidak menyangka Anda akan datang ke pesta pernikahan put
"Dan ini adalah sebagai hadiah pernikahan dari kami untuk pernikahanmu." Laura pun menerima bingkisan kecil itu dari Eric dengan tangan yang sedikit gemetar. "Te-terima kasih," jawab Laura terbata. Dia sudah kehabisan kata-kata melihat senyuman di wajah Anna. Laura tidak senang melihatnya, batinnya merasa terusik dengan senyuman Anna yang merekah. Laura berpikir bahwa Anna hanya bisa mendapatkan suami dari kalangan pria biasa saja. Jika sudah seperti ini, rasanya seperti terjatuh di dalam kubangan lumpur yang membuat seluruh wajahnya kotor dan itu sangat memalukan. Apalagi mengingat bagaimana papanya membungkukkan badan di hadapan Eric, Laura merasa harga dirinya terciderai di hadapan Anna. Hanya bisa mengucapkan kata terima kasih kepada Eric, rasa penyesalan yang datang terlambat itu membuat mata Laura memerah. Seharusnya dia tidak mendesak Anna datang dengan suaminya. Sedangkan Anna sungguh menikmati wajah Laura yang sangat kebingungan saat itu. "Selamat, Carlos." Eric kemba
"Kenapa kalian sangat berharap bahwa teman kalian Anna sedang berbohong kepada kalian. Teman macam apa kalian?" Tiba-tiba saja seorang pria tampan berdiri di belakang mereka.Maria dan teman-temannya langsung menoleh dan melihat pria tersebut. Mata mereka juga tidak melotot saat melihat wajah Liam. “Siapa kamu?” tanya Maria sambil memicingkan kedua matanya manatap pria itu.“Siapapun aku, bukanlah urusanmu.” Pria tersebut lalu melengos dan pergi meninggalkan Maria dan teman-temannya menuju ke mejanya Eric dan Anna.Ketika telah sampai, di hadapan bosnya dan istri, Liam langsung menundukkan kepalanya tanda hormat lalu berdiri di belakang tuannya. Seperti biasa, setiap kali Eric menghadiri acara, maka Liam akan selalu stand by kalau-kalau dia dibutuhkan. Melihat hal tersebut Maria dan teman-temannya semakin kebakaran jenggot. Sedangkan Laura sangking terkejutnya tidak sadar jika mulutnya saat ini sedang terbuka lebar seperti orang bodoh. “Tolong tutup mulutmu, Laura,” bisik Carlos ya
Sepeninggalan Carlos, Eric menoleh ke arah bahunya yang ditepuk oleh Laura. Sejak tadi dia sudah menahan amarah karena istrinya telah dirundung oleh mereka. Sekarang dengan tidak sopan, wanita ini malah menyentuh tubuhnya. Ayah Laura juga tak kalah terkejut dengan sikap putrinya, tetapi dia juga ingin tahu bagaimana reaksi dari pewaris Shailendra. Dalam hatinya dia masih sedikit berharap bahwa mungkin saja putrinya bisa mendapatkan hati pria itu. Jika begitu, maka akan berakibat baik untuk perusahaannya.Ayah Laura seakan lupa bawa putrinya baru saja menikah. Statusnya sekarang adalah seorang wanita yang memiliki suami. Secara tidak langsung dia telah mendukung putrinya untuk menjadi perebut suami orang dan juga berselingkuh dari suaminya. Laura bisa merasakan ketidaksukaan Eric setelah dia menepuk bahunya. Tetapi di depan banyak orang, dia merasa malu jika mereka sadar perubahan suasana di antara dia dan suami Anna. Jadi langsung menurunkan tangan dan memberikan ekspresi wajah yang
Langkah kaki Anna terhenti, dia menoleh ke arah Eric dengan tatapan penuh tanya. Tetapi pria itu hanya membalasnya dengan sebuah senyuman. Sembari terus memeluk tubuh Anna, membawanya pergi dari sana. Ketika mereka telah sampai di dalam mobil, Anna termenung sebentar, sampai akhirnya Liam datang dan masuk ke kursi kemudi, barulah dia tersadar. Anna menoleh pada Eric kemudian berkata, "Eric, sepertinya kita harus kembali. Aku merasa ada sesuatu yang tidak benar sudah terjadi di sana."Eric tidak langsung menjawab perkataannya, dia memandang Anna, sedikit memiringkan kepala sembari terus menatap tanpa mengeluarkan suara. "Eric," Anna menggoyangkan lengan Eric, "Ayo, kita lihat apa yang telah terjadi!" ajaknya. "Kau masih mencintainya?""Apa?""Pria itu, apa kau masih mencintainya?"Seketika Anna sadar dengan seseorang yang dimaksud suaminya. Dia menegakkan punggung, lalu menjawab, "Aku sudah tidak mencintainya. Sekarang, ayo pergi dan lihat apa yang terjadi.""Untuk apa?"Kening Ann
Laura sangat kesal menyadari dirinya sudah tidak berdaya. Melawan Eric, dia sangat sadar bahwa dirinya tidak mampu. Ayahnya saja sudah dibuat hancur, apalagi dia yang sama sekali tidak memiliki kekuatan apapun.Kemudian dengan hati yang dipenuhi oleh amarah, Laura langsung pergi dari sana meninggalkan suaminya. Sekarang dia bahkan sudah tidak peduli lagi bagaimana perasaan Carlos terhadapnya. Tujuannya memenangkan hati Carlos, adalah untuk mengalahkan Anna. Dia sama sekali tidak terima jika gadis itu memiliki sesuatu yang lebih baik darinya.Namun, tanpa dia ketahui, Anna malah sudah menikah dengan seorang pria yang merupakan pewaris dari kerajaan bisnis terkenal di negeri ini. Pencapaiannya dalam menikahi Carlos, tentu saja menjadi hal yang percuma. Laura sekarang sudah berada di kamar pengantinnya. Melihat dekorasi yang sangat cantik membuat hatinya menjadi semakin marah. Laura berteriak dengan kesal, melempar apapun yang bisa dilempar. Untung saja kamar ini kedap suara, sehingga
"Anna, kau kenapa?" Mendengar suara itu, seketika membuat Anna membuka kedua mata. Dia menurunkan tangan dan melihat Eric yang sudah terlihat dengan jelas berada di depannya. Saat itulah dia baru bisa bernapas lega, ternyata siluet hitam itu adalah suaminya. "Kau tidak apa-apa?" Eric kembali bertanya ketika Anna tak kunjung menjawab pertanyaannya. Anna memaksakan senyuman, dia menganggukkan kepala. Tidak mungkin dia berkata dengan jujur bahwa suasana tadi berubah menjadi menyeramkan. Siluet hitam yang dia kira adalah sebuah penampakan, ternyata adalah suaminya. Eric menuntun Anna duduk di kursi makan, mengambilkan air minum lalu duduk di sampingnya. Pria itu menunggu Anna sampai selesai menetralkan perasaannya. Melihat perhatian Eric yang sangat nyata, seketika membuat Anna semakin merasa malu. Seketika dia teringat dengan pernyataan cinta yang diucapkan olehnya. Tetapi dia saja yang memang masih sulit untuk membuka hati setelah dipatahkan berkali-kali oleh pria lain. "Kena
Anna mendengus, dia memalingkan wajah, enggan menatap suaminya. Pria ini, kenapa bisa terlihat begitu mempesona dan menyebalkan di satu waktu yang bersamaan?"Jangan terlalu percaya diri! Aku tidak akan jatuh cinta padamu!" Anna berkata dengan penuh percaya diri. Sebelumnya dia sangat mencintai Carlos dan berakhir dengan patah hati. Selain itu, karena cinta, orang tuanya juga berakhir tragis. Anna sangat yakin bahwa dia tidak akan bisa lagi membuka hatinya untuk pria lain. Jadi sangat yakin berkata bahwa dia tidak akan jatuh hati pada sang suami. Eric menatap Anna dengan senyuman, kedua tangannya masih lihai memotong sayuran, "Kau sudah sesumbar seperti itu, tapi lihat saja ke depannya nanti. Akan kubuat kau jatuh ke dalam pelukanku."Anna berdecak ketika mendengarnya, dia memilih untuk memainkan ponsel sembari menunggu makanannya matang. Tepat pada saat itu, dia mencium aroma wangi masakan. Seketika dia mengangkat kepala dan melihat sebuah atraksi yang diperlihatkan suaminya. Eric