Anna ingin sekali tertawa mendengar perkataan gadis itu. Seperti tahu segalanya tentang Anna dan suaminya. Namun, Anna sama sekali tidak berminat untuk menceritakan identitas suaminya. Dia bukan tipikal gadis yang suka pamer seperti gadis-gadis di depannya. "Terserah apa yang kau katakan. Maaf sekali waktuku tidak luang. Aku harus pergi," ucap Anna, berbalik hendak pergi dari pesta ini. Namun, belum sempat dia mencapai pintu keluar, tiba-tiba suara seorang lelaki yang sangat dikenalnya terdengar. Namanya dipanggil, dia lalu berbalik badan. Anna melihat Carlos yang tersenyum cerah ke arahnya. Seketika dia mengurungkan niatnya untuk pergi dari sana. Anna tersenyum dan berjalan mendekati Carlos, mengulurkan tangan seraya berkata, "Selamat atas pernikahanmu. Semoga kalian selalu bahagia." Carlos tersenyum padanya, dalam hati pria itu, entah kenapa dia merasakan sakit yang tidak bisa dijelaskan. Melihat kedua mata Anna yang nampak tulus ketika mengatakannya, semakin membuat hatinya te
Anna mendengus, dia sudah menduga akan mendapatkan penolakan dari teman-temannya. Mereka selalu memandang rendah Anna, mendengar Anna menyebutkan nama suamimu, tentu saja tidak akan percaya dengan mudah. Anna juga tidak berniat menjelaskan, dia meminum es cappucino miliknya seraya memalingkan pandangan. Ingin sekali dia segera pergi dari sana, menjauhi mereka yang terus saja penasaran dengan pernikahannya. Tepat pada saat itu, pandangan orang-orang tertuju pada sesuatu di belakang Anna. Mereka semua melihat sosok itu, tanpa sedikitpun mengedipkan kedua mata. Melihat bagaimana reaksi mereka yang dirasa berlebihan, seketika membuat Anna menjadi penasaran, dia segera berbalik dan kini berganti dirinya yang terbelalak. Tiba-tiba ayah Laura langsung bangkit, senyuman cerah merekah di wajahnya. Dia berjalan menuju tubuh seorang pria, dengan sedikit membungkukkan tubuhnya, dia memberi pria itu sebuah penghormatan. "Tuan Eric, saya tidak menyangka Anda akan datang ke pesta pernikahan put
"Dan ini adalah sebagai hadiah pernikahan dari kami untuk pernikahanmu." Laura pun menerima bingkisan kecil itu dari Eric dengan tangan yang sedikit gemetar. "Te-terima kasih," jawab Laura terbata. Dia sudah kehabisan kata-kata melihat senyuman di wajah Anna. Laura tidak senang melihatnya, batinnya merasa terusik dengan senyuman Anna yang merekah. Laura berpikir bahwa Anna hanya bisa mendapatkan suami dari kalangan pria biasa saja. Jika sudah seperti ini, rasanya seperti terjatuh di dalam kubangan lumpur yang membuat seluruh wajahnya kotor dan itu sangat memalukan. Apalagi mengingat bagaimana papanya membungkukkan badan di hadapan Eric, Laura merasa harga dirinya terciderai di hadapan Anna. Hanya bisa mengucapkan kata terima kasih kepada Eric, rasa penyesalan yang datang terlambat itu membuat mata Laura memerah. Seharusnya dia tidak mendesak Anna datang dengan suaminya. Sedangkan Anna sungguh menikmati wajah Laura yang sangat kebingungan saat itu. "Selamat, Carlos." Eric kemba
"Kenapa kalian sangat berharap bahwa teman kalian Anna sedang berbohong kepada kalian. Teman macam apa kalian?" Tiba-tiba saja seorang pria tampan berdiri di belakang mereka.Maria dan teman-temannya langsung menoleh dan melihat pria tersebut. Mata mereka juga tidak melotot saat melihat wajah Liam. “Siapa kamu?” tanya Maria sambil memicingkan kedua matanya manatap pria itu.“Siapapun aku, bukanlah urusanmu.” Pria tersebut lalu melengos dan pergi meninggalkan Maria dan teman-temannya menuju ke mejanya Eric dan Anna.Ketika telah sampai, di hadapan bosnya dan istri, Liam langsung menundukkan kepalanya tanda hormat lalu berdiri di belakang tuannya. Seperti biasa, setiap kali Eric menghadiri acara, maka Liam akan selalu stand by kalau-kalau dia dibutuhkan. Melihat hal tersebut Maria dan teman-temannya semakin kebakaran jenggot. Sedangkan Laura sangking terkejutnya tidak sadar jika mulutnya saat ini sedang terbuka lebar seperti orang bodoh. “Tolong tutup mulutmu, Laura,” bisik Carlos ya
Sepeninggalan Carlos, Eric menoleh ke arah bahunya yang ditepuk oleh Laura. Sejak tadi dia sudah menahan amarah karena istrinya telah dirundung oleh mereka. Sekarang dengan tidak sopan, wanita ini malah menyentuh tubuhnya. Ayah Laura juga tak kalah terkejut dengan sikap putrinya, tetapi dia juga ingin tahu bagaimana reaksi dari pewaris Shailendra. Dalam hatinya dia masih sedikit berharap bahwa mungkin saja putrinya bisa mendapatkan hati pria itu. Jika begitu, maka akan berakibat baik untuk perusahaannya.Ayah Laura seakan lupa bawa putrinya baru saja menikah. Statusnya sekarang adalah seorang wanita yang memiliki suami. Secara tidak langsung dia telah mendukung putrinya untuk menjadi perebut suami orang dan juga berselingkuh dari suaminya. Laura bisa merasakan ketidaksukaan Eric setelah dia menepuk bahunya. Tetapi di depan banyak orang, dia merasa malu jika mereka sadar perubahan suasana di antara dia dan suami Anna. Jadi langsung menurunkan tangan dan memberikan ekspresi wajah yang
Langkah kaki Anna terhenti, dia menoleh ke arah Eric dengan tatapan penuh tanya. Tetapi pria itu hanya membalasnya dengan sebuah senyuman. Sembari terus memeluk tubuh Anna, membawanya pergi dari sana. Ketika mereka telah sampai di dalam mobil, Anna termenung sebentar, sampai akhirnya Liam datang dan masuk ke kursi kemudi, barulah dia tersadar. Anna menoleh pada Eric kemudian berkata, "Eric, sepertinya kita harus kembali. Aku merasa ada sesuatu yang tidak benar sudah terjadi di sana."Eric tidak langsung menjawab perkataannya, dia memandang Anna, sedikit memiringkan kepala sembari terus menatap tanpa mengeluarkan suara. "Eric," Anna menggoyangkan lengan Eric, "Ayo, kita lihat apa yang telah terjadi!" ajaknya. "Kau masih mencintainya?""Apa?""Pria itu, apa kau masih mencintainya?"Seketika Anna sadar dengan seseorang yang dimaksud suaminya. Dia menegakkan punggung, lalu menjawab, "Aku sudah tidak mencintainya. Sekarang, ayo pergi dan lihat apa yang terjadi.""Untuk apa?"Kening Ann
Laura sangat kesal menyadari dirinya sudah tidak berdaya. Melawan Eric, dia sangat sadar bahwa dirinya tidak mampu. Ayahnya saja sudah dibuat hancur, apalagi dia yang sama sekali tidak memiliki kekuatan apapun.Kemudian dengan hati yang dipenuhi oleh amarah, Laura langsung pergi dari sana meninggalkan suaminya. Sekarang dia bahkan sudah tidak peduli lagi bagaimana perasaan Carlos terhadapnya. Tujuannya memenangkan hati Carlos, adalah untuk mengalahkan Anna. Dia sama sekali tidak terima jika gadis itu memiliki sesuatu yang lebih baik darinya.Namun, tanpa dia ketahui, Anna malah sudah menikah dengan seorang pria yang merupakan pewaris dari kerajaan bisnis terkenal di negeri ini. Pencapaiannya dalam menikahi Carlos, tentu saja menjadi hal yang percuma. Laura sekarang sudah berada di kamar pengantinnya. Melihat dekorasi yang sangat cantik membuat hatinya menjadi semakin marah. Laura berteriak dengan kesal, melempar apapun yang bisa dilempar. Untung saja kamar ini kedap suara, sehingga
"Anna, kau kenapa?" Mendengar suara itu, seketika membuat Anna membuka kedua mata. Dia menurunkan tangan dan melihat Eric yang sudah terlihat dengan jelas berada di depannya. Saat itulah dia baru bisa bernapas lega, ternyata siluet hitam itu adalah suaminya. "Kau tidak apa-apa?" Eric kembali bertanya ketika Anna tak kunjung menjawab pertanyaannya. Anna memaksakan senyuman, dia menganggukkan kepala. Tidak mungkin dia berkata dengan jujur bahwa suasana tadi berubah menjadi menyeramkan. Siluet hitam yang dia kira adalah sebuah penampakan, ternyata adalah suaminya. Eric menuntun Anna duduk di kursi makan, mengambilkan air minum lalu duduk di sampingnya. Pria itu menunggu Anna sampai selesai menetralkan perasaannya. Melihat perhatian Eric yang sangat nyata, seketika membuat Anna semakin merasa malu. Seketika dia teringat dengan pernyataan cinta yang diucapkan olehnya. Tetapi dia saja yang memang masih sulit untuk membuka hati setelah dipatahkan berkali-kali oleh pria lain. "Kena
Waktu berlalu sejak hari di mana mereka pergi ke taman yang ada di dekat rumah. Berhari-hari setelahnya, Ethan juga terlihat murung karena tidak bisa bermain dengan teman barunya. Anna berpikir bahwa ini hanya masalah anak kecil, waktu yang akan membuatnya lupa. Sekarang kedua anaknya sudah beranjak dewasa. Ethan sudah berusia 30 tahun sementara Lyra tahun ini baru menginjak usia 28 tahun. Anna menikmati kebersamaannya bersama dengan sang suami. Perusahaan pun sudah perlahan-lahan diserahkan pada Ethan. Kini dia dan Eric hanya tinggal menikmati masa tua bersama. Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 06.00 sore. Sebentar lagi suami dan juga anak-anaknya akan kembali setelah selesai bekerja. Anna merapikan meja makan dan tepat pada saat itu dugaannya benar. Tak lama datang Eric dengan Lyra yang menggendong tangannya. Namun, tidak ada Ethan yang mengekori mereka. Hal itu membuat Anna bertanya-tanya, "Sayang, dimana kakakmu?" Lyra memeluk sang ibu kemudian berkata, "Kata
Akhirnya Anna harus merelakan pakaian dalam kesayangannya menjadi korban "keganasan" Eric yang sudah tidak bisa menahan gairahnya. Anna hanya bisa pasrah dan menikmati saja setiap perlakuan yang diberikan oleh suaminya. Anna merasa kehidupannya sudah sangat sempurna, suami yang sangat mencintainya dan juga anak-anak yang cantik dan tampan. Sudah lengkap kebahagiaan yang dirasakan olehnya setelah bertahun-tahun hidup dalam kesedihan. Tahun demi tahun dilalui keluarga kecil itu dengan penuh semangat kebahagiaan. Kerikil tetap saja akan hadir tetapi jika Eric terus menggenggam kedua tangannya, maka semua akan menjadi baik-baik saja. Kini Anna dan Eric bersiap-siap untuk mengajak Lyra dan Ethan bermain ke taman. Mereka berdua dengan penuh semangat dan kebahagiaan mempersiapkan segala perlengkapan yang diperlukan untuk hari yang menyenangkan bersama keluarga kecil mereka.Lyra yang ceria dan Ethan yang penuh energi dengan riangnya melompat-lompat karena hendak diajak pergi ke taman. Mer
Eric merasa sangat malu karena sudah tertangkap basah melakukan sesuatu yang tidak senonoh oleh istrinya. Padahal dia berusaha untuk menjaga kerahasiaan dirinya sendiri tetapi tidak disangka malah Anna tiba-tiba datang kembali setelah dia menyuruhnya untuk pergi beristirahat. Saat ini Eric sedang duduk di tepi ranjang dengan kepala tertunduk dan jemari yang saling bertaut. Dia seperti seorang penjahat yang sudah kedapatan tertangkap warga saat sedang melakukan aksinya. "Anna, aku ...." Eric tidak bisa menemukan alasan yang tepat untuk diberikan pada istrinya. Anna menggelengkan kepala, menatap Eric dengan tidak percaya. Dalam hati sedikit merasa bersalah karena dialah yang menjadi penyebab Eric melakukannya. Seandainya saja dia tidak ketakutan, mungkin hal seperti tadi tidak akan pernah terjadi. Anna menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia berjalan mendekati suaminya kemudian duduk di sebelahnya. "Sayang, maaf, aku tidak bermaksud—""Maafkan aku." Eric meng
Eric memicingkan kedua matanya, kali ini dia balik menatap Anna dengan kesal. Berani sekali istrinya ini berbohong dengan mengatakan bahwa dia belum selesai. Membuat Eric merasa uring-uringan selama seharian ini. Sementara Anna, dia tahu marabahaya akan segera datang. Dia segera bersiap, mendorong tubuh Eric, hendak bangun dan pergi meninggalkannya. Namun, gerakan Anna tidak kalah cepat dengan gerakan Eric. Prianitu segera menangkap pergelangan tangannya, membuat Anna tidak bisa pergi menjauhinya. "Kamu mau kemana?" Eric berkata dengan tatapan mengintimidasi. Anna yang melihat itu, seketika dia sadar bahwa riwayatnya akan segera tamat. Eric pasti tidak akan membiarkannya. "Eric, aku ...." Anna tidak bisa lagi berkata-kata. Dalam hati dia merasa harus mengubah strateginya. Jika ditolak, tentu Eric akan kecewa. Sementara jika diladenipun, Anna takut sebab dia masih merasa ngilu melakukannya. Anna berdeham, dia melingkarkan kedua tangannya di leher Eric kemudian memberikan kecupan-
"Mana ada! Bahkan aku tidak pernah terpikir untuk melakukan hal seperti itu di belakang!" Eric membela diri.Anna memicingkan kedua matanya, menatap Eric dengan perasaan curiga. Perlahan dia berjalan mendekati suaminya kemudian melirik ke arah layar laptop yang terbuka. Di sana hanya ada lembar kerja lengkap dengan catatan di sana. Anna membuka seluruh isi di dalamnya dan tidak menemukan hal-hal mencurigakan. Anna menolehkan kepala dan tatapannya langsung bertemu dengan Eric. Kedua tangan pria itu bersedekap di depan dada, melihat sang istri yang menatap yang tidak percaya. "Bagaimana? Apakah kamu sudah menemukan hal-hal yang kamu cari?" Eric bertanya dengan penuh keberanian. Sementara Anna, dia hanya diam sembari terus memperhatikan ekspresi wajah suaminya. Tetapi dia hanya mencintai kebenaran di sana. Eric sama sekali tidak berbohong tentang dia yang memiliki pekerjaan. "Kalau gitu, sekarang tidur bersama denganku! Kamu sudah berjanji tidak akan menyentuh pekerjaan selama dua b
Sepanjang hari itu, Eric merasa sangat kesal dengan keadaan. Padahal dia yakin bahwa hari ini istrinya sudah siap. Dia sudah menghitung tanggal dan sekarang adalah hari yang tepat. "Bukankah sudah satu bulan berlalu, tapi kenapa belum juga bisa? Apakah aku salah menghitung?" Eric bermonolog. "Kenapa, Eric?" Edmund bertanya, saat ini dia sedang mengajak Ethan bermain di halaman belakang tetapi tiba-tiba mendengar putranya berbicara. Hanya saja dia tidak terlalu mendengarkan, sehingga tidak tahu kalimat yang diucapkan oleh Eric. Eric menolehkan kepala dan dalam hati merasa malu sebab dia tidak menyadari bahwa telah menyuarakan isi kepalanya. "Tidak ada," Eric menggelengkan kepala. Edmund tidak bertanya lagi, dia memilih untuk kembali fokus pada Ethan hingga tiba-tiba Eric memanggilnya. "Kenapa?" Edmund bertanya. Eric terdiam beberapa saat sebelum akhirnya dia berkata, "Pa, apakah wanita memang membutuhkan waktu yang lama setelah melahirkan?" Mendengar pertanyaan putranya, seketi
"Eric? Kamu kenapa, Nak?" Vania sangat terkejut melihat tampilan putranya yang sudah mirip seperti zombie. Kantung mata hitam sangat terlihat dengan jelas ditambah dengan rambut yang acak-acakan serta kaos putih oblong yang sudah tidak beraturan. Eric seperti pria yang tidak terurus. Vania mengintip dari balik celah tubuh putranya dan saat itulah dia semakin terkejut. Anna dalam posisi duduk dan bersandar di kepala ranjang dengan menggendong Lyra dan juga kedua mata yang terkanduk. "Apa yang terjadi dengan kalian? Kenapa penampilan kalian seberantakan ini?" Hari masih pagi tapi anak dan menantunya sudah tidak bersemangat untuk menjalani hari. "Tadi malam Lyra tidak mau tidur, setiap kami ingin meninggalkannya tidur, dia malah terus menangis sampai membangunkan Ethan. Akhirnya kami ajak mereka berdua untuk tidur bersama di bawah tapi malah berakhir tidak tidur semalaman." Eric berjalan dengan gontai ke arah ranjang kemudian berbaring di samping Ethan yang baru saja terlelap bebera
Anna memejamkan kedua mata setelah hari yang melelahkan untuknya. Dia sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan dari arah ruang keluarga ke kamar. Bahkan untuk bernapas saja, rasanya sangat sulit untuk dilakukan. Tepat pada saat itu Eric turun dari lantai dua dan duduk di sebelahnya. Terdengar helaan nafas panjang sebagai tanda bahwa suaminya itu juga merasakan hal yang sama dengannya. Anna dan Eric merasa kelelahan yang mendalam setelah merawat Ethan dan Lyra yang masih bayi. Mereka duduk di sofa dengan ekspresi lelah. Ketika Ethan lahir, meskipun merasa lelah tetapi mereka berdua bisa mengatasinya dengan sangat baik. Keduanya akan secara bergantian menjaga Ethan malam dan juga pagi. Eric akan menjaga Ethan pada malam hari sementara Anna terlelap. Kemudian dari pagi hingga bertemu dengan matahari terbenam, ganti Anna yang menjaga. Selama dua bulan mereka melakukannya hingga akhirnya jam tidur Ethan berangsur normal seperti manusia pada umumnya. Pada malam hari, Ethan sudah tidak l
Anna dan Eric membawa dua anak mereka ke tempat yayasan dimana Cedric tinggal. Sudah bertahun-tahun sejak Gwenevieve diakuisisi oleh Eric, Cedric memilih untuk tinggal di yayasan ini bersama para orang tua lain. Ethan dengan penuh kegembiraan mendekati Lyra yang terbaring tenang dalam gendongan kakeknya, Cedric. Bocah berusia hampir tiga tahun itu sangat menyayangi adiknya, jadi ketika dalam posisi berdekatan seperti ini maka dia akan memajukan wajah dan memberikan kecupan di pipi Lyra. Cedric, dengan senyuman hangat dan penuh kelembutan, menyambut Ethan dan Lyra dengan penuh kasih sayang. Dia merasa begitu bersyukur bisa melihat cucunya yang baru lahir dan cucunya yang sudah tumbuh dengan sehat dan bahagia."Ethan sayang sama adik Lyra?" Cedric bertanya dengan penuh sayang. Ethan langsung mengganggukan kepalanya dengan sangat antusias, "Ethan sayang adik!" Cedric tak kuasa menahan tawanya, melihat tingkah lucu sang cucu, membuat dia sangat gemas. Kehadiran dua cucu membuat hidupn