Anna melihat kartu undangan yang berada di atas meja. Gadis itu mendengus saat ingatan tentang Carlos yang mengatakan dia sudah putus dengan Laura. Akhirnya mereka kembali bersama dan menyebarkan undangan. Anna memiringkan kepala, kali ini dia benar-benar menyadari bahwa dia sudah tidak lagi memiliki perasaan pada Carlos. Hatinya sudah tidak lagi merasa panas ketika melihat nama dua orang itu berada dalam satu kertas. Tidak lagi merasa risau ketika melihat gambar diri mereka bersama sama undangan pernikahan. Anna menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia tersenyum ketika memikirkan bahwa hatinya telah bebas dari perasaan cinta sepihak. Sekarang dia bisa menjalani kehidupan dengan normal. Tidak ada lagi rasa cemburu ketika melihat pria yang dicintainya bersama dengan wanita lain. Namun, tiba-tiba Anna teringat dengan ucapan Laura yang mengatakan bahwa dia harus datang bersama dengan suami. Dia memang tidak berbohong tetapi apakah Eric mau pergi bersama dengannya
Anna menarik napas panjang, menahan perasaan kesalnya ketika Laura terus saja berbicara sesukanya. Wanita ini bertingkah seakan tidak tahu padahal sangat tahu. "Benarkah itu, Anna? Aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengan suamimu. Aku sangat penasaran dengan pria yang akhirnya berhasil mendapatkanmu," ucap gadis yang pertama berkata tadi. "Benar, Maria. Aku pun penasaran apa yang telah dilakukannya hingga membuat Anna mau menikah dengannya. Secara, kalian tahu, bukan? Dulu Anna sangat menyukai Carlos. Aku bahkan sampai mengira bahwa Anna tidak akan berpaling dari perasaan sukanya. Hahaha ... Aku sama sekali tidak menyangka bahwa Anna berhasil menikah dengan pria lain dan melupakan Carlos," timpal gadis lainnya. Anna menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Pandangannya berubah menggelap pada ketiga gadis itu. Pada saat ini Anna teringat dengan pembicaraannya bersama Eric. Pria itu berkata Dia mengetahuinya dengan jelas ketika melihat sikapnya pada Carlos. Ternyata m
Anna ingin sekali tertawa mendengar perkataan gadis itu. Seperti tahu segalanya tentang Anna dan suaminya. Namun, Anna sama sekali tidak berminat untuk menceritakan identitas suaminya. Dia bukan tipikal gadis yang suka pamer seperti gadis-gadis di depannya. "Terserah apa yang kau katakan. Maaf sekali waktuku tidak luang. Aku harus pergi," ucap Anna, berbalik hendak pergi dari pesta ini. Namun, belum sempat dia mencapai pintu keluar, tiba-tiba suara seorang lelaki yang sangat dikenalnya terdengar. Namanya dipanggil, dia lalu berbalik badan. Anna melihat Carlos yang tersenyum cerah ke arahnya. Seketika dia mengurungkan niatnya untuk pergi dari sana. Anna tersenyum dan berjalan mendekati Carlos, mengulurkan tangan seraya berkata, "Selamat atas pernikahanmu. Semoga kalian selalu bahagia." Carlos tersenyum padanya, dalam hati pria itu, entah kenapa dia merasakan sakit yang tidak bisa dijelaskan. Melihat kedua mata Anna yang nampak tulus ketika mengatakannya, semakin membuat hatinya te
Anna mendengus, dia sudah menduga akan mendapatkan penolakan dari teman-temannya. Mereka selalu memandang rendah Anna, mendengar Anna menyebutkan nama suamimu, tentu saja tidak akan percaya dengan mudah. Anna juga tidak berniat menjelaskan, dia meminum es cappucino miliknya seraya memalingkan pandangan. Ingin sekali dia segera pergi dari sana, menjauhi mereka yang terus saja penasaran dengan pernikahannya. Tepat pada saat itu, pandangan orang-orang tertuju pada sesuatu di belakang Anna. Mereka semua melihat sosok itu, tanpa sedikitpun mengedipkan kedua mata. Melihat bagaimana reaksi mereka yang dirasa berlebihan, seketika membuat Anna menjadi penasaran, dia segera berbalik dan kini berganti dirinya yang terbelalak. Tiba-tiba ayah Laura langsung bangkit, senyuman cerah merekah di wajahnya. Dia berjalan menuju tubuh seorang pria, dengan sedikit membungkukkan tubuhnya, dia memberi pria itu sebuah penghormatan. "Tuan Eric, saya tidak menyangka Anda akan datang ke pesta pernikahan put
"Dan ini adalah sebagai hadiah pernikahan dari kami untuk pernikahanmu." Laura pun menerima bingkisan kecil itu dari Eric dengan tangan yang sedikit gemetar. "Te-terima kasih," jawab Laura terbata. Dia sudah kehabisan kata-kata melihat senyuman di wajah Anna. Laura tidak senang melihatnya, batinnya merasa terusik dengan senyuman Anna yang merekah. Laura berpikir bahwa Anna hanya bisa mendapatkan suami dari kalangan pria biasa saja. Jika sudah seperti ini, rasanya seperti terjatuh di dalam kubangan lumpur yang membuat seluruh wajahnya kotor dan itu sangat memalukan. Apalagi mengingat bagaimana papanya membungkukkan badan di hadapan Eric, Laura merasa harga dirinya terciderai di hadapan Anna. Hanya bisa mengucapkan kata terima kasih kepada Eric, rasa penyesalan yang datang terlambat itu membuat mata Laura memerah. Seharusnya dia tidak mendesak Anna datang dengan suaminya. Sedangkan Anna sungguh menikmati wajah Laura yang sangat kebingungan saat itu. "Selamat, Carlos." Eric kemba
"Kenapa kalian sangat berharap bahwa teman kalian Anna sedang berbohong kepada kalian. Teman macam apa kalian?" Tiba-tiba saja seorang pria tampan berdiri di belakang mereka.Maria dan teman-temannya langsung menoleh dan melihat pria tersebut. Mata mereka juga tidak melotot saat melihat wajah Liam. “Siapa kamu?” tanya Maria sambil memicingkan kedua matanya manatap pria itu.“Siapapun aku, bukanlah urusanmu.” Pria tersebut lalu melengos dan pergi meninggalkan Maria dan teman-temannya menuju ke mejanya Eric dan Anna.Ketika telah sampai, di hadapan bosnya dan istri, Liam langsung menundukkan kepalanya tanda hormat lalu berdiri di belakang tuannya. Seperti biasa, setiap kali Eric menghadiri acara, maka Liam akan selalu stand by kalau-kalau dia dibutuhkan. Melihat hal tersebut Maria dan teman-temannya semakin kebakaran jenggot. Sedangkan Laura sangking terkejutnya tidak sadar jika mulutnya saat ini sedang terbuka lebar seperti orang bodoh. “Tolong tutup mulutmu, Laura,” bisik Carlos ya
Sepeninggalan Carlos, Eric menoleh ke arah bahunya yang ditepuk oleh Laura. Sejak tadi dia sudah menahan amarah karena istrinya telah dirundung oleh mereka. Sekarang dengan tidak sopan, wanita ini malah menyentuh tubuhnya. Ayah Laura juga tak kalah terkejut dengan sikap putrinya, tetapi dia juga ingin tahu bagaimana reaksi dari pewaris Shailendra. Dalam hatinya dia masih sedikit berharap bahwa mungkin saja putrinya bisa mendapatkan hati pria itu. Jika begitu, maka akan berakibat baik untuk perusahaannya.Ayah Laura seakan lupa bawa putrinya baru saja menikah. Statusnya sekarang adalah seorang wanita yang memiliki suami. Secara tidak langsung dia telah mendukung putrinya untuk menjadi perebut suami orang dan juga berselingkuh dari suaminya. Laura bisa merasakan ketidaksukaan Eric setelah dia menepuk bahunya. Tetapi di depan banyak orang, dia merasa malu jika mereka sadar perubahan suasana di antara dia dan suami Anna. Jadi langsung menurunkan tangan dan memberikan ekspresi wajah yang
Langkah kaki Anna terhenti, dia menoleh ke arah Eric dengan tatapan penuh tanya. Tetapi pria itu hanya membalasnya dengan sebuah senyuman. Sembari terus memeluk tubuh Anna, membawanya pergi dari sana. Ketika mereka telah sampai di dalam mobil, Anna termenung sebentar, sampai akhirnya Liam datang dan masuk ke kursi kemudi, barulah dia tersadar. Anna menoleh pada Eric kemudian berkata, "Eric, sepertinya kita harus kembali. Aku merasa ada sesuatu yang tidak benar sudah terjadi di sana."Eric tidak langsung menjawab perkataannya, dia memandang Anna, sedikit memiringkan kepala sembari terus menatap tanpa mengeluarkan suara. "Eric," Anna menggoyangkan lengan Eric, "Ayo, kita lihat apa yang telah terjadi!" ajaknya. "Kau masih mencintainya?""Apa?""Pria itu, apa kau masih mencintainya?"Seketika Anna sadar dengan seseorang yang dimaksud suaminya. Dia menegakkan punggung, lalu menjawab, "Aku sudah tidak mencintainya. Sekarang, ayo pergi dan lihat apa yang terjadi.""Untuk apa?"Kening Ann