Anna terbelalak, seketika lidahnya terasa kelu, dia tidak bisa merespon apapun. Hanya diam saja sambil terus melihat pria itu.Dalam hatinya berharap bahwa pria ini hanya sedang bergurau dengannya. Tetapi semakin intens diperhatikan, Anna hanya bisa melihat keseriusan dari wajahnya.Anna mendengus, dia tidak percaya orang seperti Eric bisa mencintainya. Bahkan sekarang dia tidak percaya segala hal tentang cinta. Bagi Anna, cinta adalah rasa yang hanya membuat rusak sebuah hubungan. Dia lahir dari cinta kedua orang tuanya yang malah membuat hati wanita lain tersakiti. Dan berakibat dia yang harus menerima karma buruk dari perbuatan kedua orang tuanya.Eric melepaskan genggaman tangannya, melihat kedua mata Anna semakin dalam, "Kenapa? Kau tidak percaya?"Anna menghela napas, "Kau pikir ... aku akan dengan mudah percaya dengan semua kata-kata yang kau ucapkan? Sementara kita saja baru menikah beberapa bulan. Entah harus berapa kali aku ingatkan bahwa pernikahan kita bukan karena kita s
Anna menggelengkan kepala, dia hanya bisa mengusap dada ketika akhirnya Laura kembali berpikiran buruk tentangnya. Mengatakan dia berbohong hanya untuk menjaga harga dirinya.Anna menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Beralih pada Carlos yang memandangnya dengan tatapan sama. Dalam hatinya berpikir bahwa pasangan ini begitu serasi. Sama-sama tidak bisa mempercayai perkataan orang yang bahkan sudah mereka kenal sangat lama."Aku tidak berbohong," Nada bicaranya serius, ekspresi wajahnya yang tenang semakin membuat orang percaya dengan perkataannya.Laura dan Carlos juga hampir percaya dengan perkataan Anna. Tetapi dalam hati Laura, dia tidak terima jika Anna bisa lepas dari perasaannya terhadap Carlos. Dalam pikirannya, Anna adalah seorang gadis yang tidak dicintai oleh kedua orang tuanya. Laura tidak akan terima jika gadis itu mendapatkan pria yang lebih kaya darinya. "Anna, kami tidak akan marah jika memang kau tidak suka dengan Brian. Aku juga minta maaf kalau s
Anna melihat kartu undangan yang berada di atas meja. Gadis itu mendengus saat ingatan tentang Carlos yang mengatakan dia sudah putus dengan Laura. Akhirnya mereka kembali bersama dan menyebarkan undangan. Anna memiringkan kepala, kali ini dia benar-benar menyadari bahwa dia sudah tidak lagi memiliki perasaan pada Carlos. Hatinya sudah tidak lagi merasa panas ketika melihat nama dua orang itu berada dalam satu kertas. Tidak lagi merasa risau ketika melihat gambar diri mereka bersama sama undangan pernikahan. Anna menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia tersenyum ketika memikirkan bahwa hatinya telah bebas dari perasaan cinta sepihak. Sekarang dia bisa menjalani kehidupan dengan normal. Tidak ada lagi rasa cemburu ketika melihat pria yang dicintainya bersama dengan wanita lain. Namun, tiba-tiba Anna teringat dengan ucapan Laura yang mengatakan bahwa dia harus datang bersama dengan suami. Dia memang tidak berbohong tetapi apakah Eric mau pergi bersama dengannya
Anna menarik napas panjang, menahan perasaan kesalnya ketika Laura terus saja berbicara sesukanya. Wanita ini bertingkah seakan tidak tahu padahal sangat tahu. "Benarkah itu, Anna? Aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengan suamimu. Aku sangat penasaran dengan pria yang akhirnya berhasil mendapatkanmu," ucap gadis yang pertama berkata tadi. "Benar, Maria. Aku pun penasaran apa yang telah dilakukannya hingga membuat Anna mau menikah dengannya. Secara, kalian tahu, bukan? Dulu Anna sangat menyukai Carlos. Aku bahkan sampai mengira bahwa Anna tidak akan berpaling dari perasaan sukanya. Hahaha ... Aku sama sekali tidak menyangka bahwa Anna berhasil menikah dengan pria lain dan melupakan Carlos," timpal gadis lainnya. Anna menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Pandangannya berubah menggelap pada ketiga gadis itu. Pada saat ini Anna teringat dengan pembicaraannya bersama Eric. Pria itu berkata Dia mengetahuinya dengan jelas ketika melihat sikapnya pada Carlos. Ternyata m
Anna ingin sekali tertawa mendengar perkataan gadis itu. Seperti tahu segalanya tentang Anna dan suaminya. Namun, Anna sama sekali tidak berminat untuk menceritakan identitas suaminya. Dia bukan tipikal gadis yang suka pamer seperti gadis-gadis di depannya. "Terserah apa yang kau katakan. Maaf sekali waktuku tidak luang. Aku harus pergi," ucap Anna, berbalik hendak pergi dari pesta ini. Namun, belum sempat dia mencapai pintu keluar, tiba-tiba suara seorang lelaki yang sangat dikenalnya terdengar. Namanya dipanggil, dia lalu berbalik badan. Anna melihat Carlos yang tersenyum cerah ke arahnya. Seketika dia mengurungkan niatnya untuk pergi dari sana. Anna tersenyum dan berjalan mendekati Carlos, mengulurkan tangan seraya berkata, "Selamat atas pernikahanmu. Semoga kalian selalu bahagia." Carlos tersenyum padanya, dalam hati pria itu, entah kenapa dia merasakan sakit yang tidak bisa dijelaskan. Melihat kedua mata Anna yang nampak tulus ketika mengatakannya, semakin membuat hatinya te
Anna mendengus, dia sudah menduga akan mendapatkan penolakan dari teman-temannya. Mereka selalu memandang rendah Anna, mendengar Anna menyebutkan nama suamimu, tentu saja tidak akan percaya dengan mudah. Anna juga tidak berniat menjelaskan, dia meminum es cappucino miliknya seraya memalingkan pandangan. Ingin sekali dia segera pergi dari sana, menjauhi mereka yang terus saja penasaran dengan pernikahannya. Tepat pada saat itu, pandangan orang-orang tertuju pada sesuatu di belakang Anna. Mereka semua melihat sosok itu, tanpa sedikitpun mengedipkan kedua mata. Melihat bagaimana reaksi mereka yang dirasa berlebihan, seketika membuat Anna menjadi penasaran, dia segera berbalik dan kini berganti dirinya yang terbelalak. Tiba-tiba ayah Laura langsung bangkit, senyuman cerah merekah di wajahnya. Dia berjalan menuju tubuh seorang pria, dengan sedikit membungkukkan tubuhnya, dia memberi pria itu sebuah penghormatan. "Tuan Eric, saya tidak menyangka Anda akan datang ke pesta pernikahan put
"Dan ini adalah sebagai hadiah pernikahan dari kami untuk pernikahanmu." Laura pun menerima bingkisan kecil itu dari Eric dengan tangan yang sedikit gemetar. "Te-terima kasih," jawab Laura terbata. Dia sudah kehabisan kata-kata melihat senyuman di wajah Anna. Laura tidak senang melihatnya, batinnya merasa terusik dengan senyuman Anna yang merekah. Laura berpikir bahwa Anna hanya bisa mendapatkan suami dari kalangan pria biasa saja. Jika sudah seperti ini, rasanya seperti terjatuh di dalam kubangan lumpur yang membuat seluruh wajahnya kotor dan itu sangat memalukan. Apalagi mengingat bagaimana papanya membungkukkan badan di hadapan Eric, Laura merasa harga dirinya terciderai di hadapan Anna. Hanya bisa mengucapkan kata terima kasih kepada Eric, rasa penyesalan yang datang terlambat itu membuat mata Laura memerah. Seharusnya dia tidak mendesak Anna datang dengan suaminya. Sedangkan Anna sungguh menikmati wajah Laura yang sangat kebingungan saat itu. "Selamat, Carlos." Eric kemba
"Kenapa kalian sangat berharap bahwa teman kalian Anna sedang berbohong kepada kalian. Teman macam apa kalian?" Tiba-tiba saja seorang pria tampan berdiri di belakang mereka.Maria dan teman-temannya langsung menoleh dan melihat pria tersebut. Mata mereka juga tidak melotot saat melihat wajah Liam. “Siapa kamu?” tanya Maria sambil memicingkan kedua matanya manatap pria itu.“Siapapun aku, bukanlah urusanmu.” Pria tersebut lalu melengos dan pergi meninggalkan Maria dan teman-temannya menuju ke mejanya Eric dan Anna.Ketika telah sampai, di hadapan bosnya dan istri, Liam langsung menundukkan kepalanya tanda hormat lalu berdiri di belakang tuannya. Seperti biasa, setiap kali Eric menghadiri acara, maka Liam akan selalu stand by kalau-kalau dia dibutuhkan. Melihat hal tersebut Maria dan teman-temannya semakin kebakaran jenggot. Sedangkan Laura sangking terkejutnya tidak sadar jika mulutnya saat ini sedang terbuka lebar seperti orang bodoh. “Tolong tutup mulutmu, Laura,” bisik Carlos ya