Anthony merasa itu sudah menjadi hari ke empat belas gadis itu berada di tempatnya, namun sampai hari ini belum ada tanda-tanda gadis itu akan melarikan diri. Sejujurnya Anthony tidak menduga hal itu.Anthony merasa seharusnya gadis itu memilih untuk pergi saat keamanan yang ada di rumah itu sengaja Anthony hilangkan tapi nyatanya Rene tidak melakukan apapun untuk pergi. Rene bahkan tidak terlibat dalam percakapan apapun, baik dengan Dyana yang pada awalnya Anthony curigai akan mengajak Rene untuk melakukan sesuatu yang mengkhianatinya tapi ternyata tidak, mereka berdua bahkan tidak saling menyapa ataupun melakukan sesuatu yang berbahaya.Anthony merasa mungkin gadis itu bodoh, karena sudah jelas Anthony memberikan kesempatan padanya untuk pergi saat dia sedang melakukan aktivitas berkebun. Karena tentu saja tidak ada penjaga yang mengawasinya dan memang benar, Anthony sengaja melonggarkan kunci di bagian belakang rumah agar gadis itu bisa kabur.Seperti saat ini, Rene hanya menggunti
Dyana sebenarnya sedikit khawatir dengan semua yang terjadi. Dia menyadari bahwa mengapa Jason dan Anthony harus terbuka mengakui padanya bahwa mereka semua akan pergi dari rumah ini? Dan mengapa seakan-akan Jason mempercayainya untuk tinggal sendirian?Tapi itu semua ternyata benar terjadi, Jason dan Anthony memang akan pergi dari pulau itu untuk beberapa hari, pun dengan Bruno, Leonard dan yang lainnya. Mereka hanya meninggalkan Dyana, Rene dan Valeyrie di rumah sendirian. Mereka mengungkapkan itu ketika makan pagi dua hari sebelumnya.Dan hari ini adalah hari keberangkatan mereka semua, Jason mencium kening Dyana dan itu agak sedikit mengejutkan karena selama ini Jason tidak pernah melakukannya. Jason bahkan mengatakan kalimat "aku percaya padamu." Dan itu semua membuat Dyana kalut, dia tahu konsekuensi dari apa yang akan dia perbuat. Jason mempercayainya, Jason percaya pada semua yang dia lakukan karena memang sudah ada hal itu dalam diri Dyana yang membuat Jason luluh.Apakah se
"Jadi sebenarnya apa hubunganmu dengan Jason?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Rene yang saat ini melihat kesedihan dalam raut wajah Dyana."Tidak ada."Rene mengernyit karena nada datar itu, "Oh... Tapi kalian terlihat sering bersama."Dyana memandangi Rene, kemudian sedikit menghela napas."Jika yang kau maksud adalah hubungan yang didasari karena cinta, kami tidak memilikinya. Sama sekali tidak memilikinya. Aku disini sama sepertimu, tapi perbedaannya adalah kau dipaksa dan aku disini karena memang aku menjual kebebasanku untuk semua yang ku sayangi.""Kau menjual kebebasanmu demi seseorang? Tapi mengapa?" Rene kembali bertanya."Aku tidak terlahir dengan kekayaan dalam hidupku Rene, aku miskin dan aku butuh uang untuk mengisi perut adikku. Pernahkah aku memberitahumu bahwa aku punya adik yang hampir seumuran denganmu?"Rene menggeleng dan dia bisa melihat kelembutan seorang Dyana."Dia adalah duniaku dan aku melakukan segalanya agar dia bisa tetap merasakan hal yang indah di d
Subuh itu, Rene dan Dyana kembali berjalan menyusuri hutan. Mereka tidak tahu apakah arah yang mereka lalui sudah benar atau belum. Hanya saja saat ini mereka tahu bahwa mereka harus selalu berjalan, berlari dan menjauh dari mansion terkutuk itu.Dyana tidak mengatakan kalimat apapun sejak mereka beranjak untuk pergi dan Rene memakluminya karena Dyana sudah lama berada di tempat itu, kemungkinan rasa bersalah dan ingin kembali bergejolak dalam dirinya.Mereka belum makan apapun dan itu membuat mereka kelelahan setelah satu jam melangkah pergi dari tempat peristirahatan terakhir mereka. Suasana pagi terasa jelas menerpa wajah Rene yang mulai merasa berat."Aku lapar dan haus, bisakah kita mencari sesuatu untuk minum terlebih dahulu?"Dyana yang juga sepertinya kelelahan mengangguk, "aku merasa sepertinya sebentar lagi kita akan melewati sungai... Mungkin kita bisa mendapatkan air disana."Mereka pergi, mencoba mencari sumber air yang Dyana kira itu adalah sungai. Dan benar saja mereka
Rene dan Dyana terkejut karena mereka benar-benar melakukannya, mereka sudah berada di ujung pulau itu. Mereka bisa melihat perahu-perahu penyebrangan ke pulau lainnya dan tinggal selangkah lagi bagi mereka untuk terlepas dari jeratan Anthony dan Jason."Kita berhasil! Kita berhasil Rene!" Dyana berseru senang sekaligus terharu."Kita harus segera menyelinap masuk dan pergi dari sini secepatnya."Rene mengangguk dan mereka mencari kapal penyebrangan yang Dyana kenali.Dyana mendatangi kapal itu, penjaganya adalah seorang laki-laki tua yang Rene pahami sebagai pria tua yang kemungkinan baik."Paman Kyle? Apakah kau masih mengingatku?"Pria tua yang bernama Kyle memandang mereka dari bawah hingga atas."Aku tidak mengenalmu nona. Maafkan aku, jika boleh tahu... Siapa kalian?"Rene dan Dyana saling memandang satu sama lainnya."Kami adalah pelayan tuan Anthony dan karena tuan Anthony sedang pergi, kami harus ke kota untuk membeli beberapa barang. Maukah kau mengantarkan kami sampai ke se
Rene tidak tahu apa yang terjadi dengan Dyana, dia hanya berlari dan terus berlari. Dalam hatinya, dia terus berdoa agar dia bisa selamat dan juga Dyana. Dia melihat para pria yang memakai seragam polisi dan Rene merasa ada secercah harapan untuk pulang.Rene terus mengikuti pria itu diantara banyaknya orang-orang. Dia berharap tidak ada yang bisa mengenalinya.Pada akhirnya dia berhasil, Rene menangkap tangan pria itu."Pak tolong dengarkan aku! Aku butuh bantuan mu pak."Pria yang memakai pakaian polisi itu segera menatap Rene, "apa yang terjadi?""Pak tolong bantu aku, aku diculik... Tolong pak, bawa aku ke kantor kepolisian."Raut wajah polisi itu membuat Rene cemas."Kau diculik? Oleh siapa?""Aku diculik oleh pria bernama Anthony pak."Mendengar nama Anthony, pria itu langsung mengangguk dan membawa Rene ke mobilnya."Kau akan aman bila ikut bersamaku."Ketika Rene masuk ke dalam mobil, dia menghembuskan napasnya lega. Dia benar-benar akan pergi dari tempat ini. Selangkah lagi
Rene dipaksa masuk begitu sampai di mansion itu, dia diseret oleh Anthony ke dalam kamarnya dengan kasar. Dyana sendiri tidak jauh berbeda dengan Rene, dia ditarik oleh Jason tanpa belas kasihan bahkan dilempar begitu mereka sampai di rumah.Anthony menutup pintu kamar yang ditinggali Rene dan segera memandangi Rene.Rene jadi mengingat kalimat yang diucapkan oleh Dyana mengenai Anthony yang tertarik padanya. Dia begitu takut saat ini, dia benar-benar takut dengan apa yang terjadi padanya ketika Anthony beringsut ke arah dan memandanginya dengan tajam.Rene bersimbuh di depan Anthony begitu mereka sudah sangat dekat."Tolong, tolong! Jangan lakukan apapun denganku! Aku benar-benar ingin pulang... Tolong aku." Rene kembali menangis, dia meletakkan tangannya di depan wajahnya dan memohon dengan sangat ke Anthony."Kau ingin aku memaafkan mu?"Anthony bisa melihat Rene mengangguk dengan penuh airmata."Buka bajumu."Rene seakan tidak percaya dengan apa yang dia dengar, jadi dia bertanya,
Pagi itu semuanya berbeda, Rene tidak lagi bangun dengan raut wajah yang ketakutan. Dia bangun dengan tubuh yang seperti mati.Dia tidak ingin hidup dan dia bahkan tidak merasakan apapun lagi.Airmatanya kembali mengalir deras, tubuhnya telanjang dan ditinggalkan begitu saja oleh Anthony.Rene mencengkram selimut yang dia pakai. Hidupnya sudah hancur, semuanya karena Anthony. Dia sudah tidak memiliki apapun lagi bahkan untuk melihat dirinya saat ini sebagai Rene yang dikenalinya adalah suatu kemustahilan.Anthony mengambil semua yang dia miliki. Kebebasannya, rasa cintanya dan kewarasan yang Rene miliki.Ketika dia sedang menangis dengan diam, tiba-tiba pintu terbuka dan saat itulah Anthony masuk.Rene yang melihat pria itu masuk langsung duduk dan mencoba untuk mundur sambil memegang selimutnya."Selamat pagi! Matahari sangat cerah bukan?" Sapaan Anthony dengan nada ceria membuat Rene ingin muntah.Pria itu mendekati Rene dan duduk di tempat tidurnya.Secara mengejutkan, Anthony mele