Saat Rene tahu bahwa perkataan pria itu tidak main-main, dia sedikit takut pada apa yang akan terjadi beberapa jam ke depannya.Mata Rene tertutup lagi dan dia di gendong bak sebuah karung berisi padi, dia tidak tahu ke arah mana dan ke tempat mana tubuhnya akan di bawa.Pikiran tentang jual beli perdagangan manusia memenuhi otaknya, Rene memang tidak menangis tapi saat ini begitu dia tahu tentang pria yang dengan sombongnya menyuruh Rene ikut dengannya, dirinya tidak bisa membohongi hatinya bahwa dia ketakutan dan ingin meraung meminta tolong pada siapapun.Keadaannya yang mengenaskan jelas tidak akan sepadan dengan apa yang terjadi pada temannya Kate, tapi apakah Kate merasakan bagaimana hidup di ambang kematian seperti Rene?Kate tertembak, entah hidup atau mati tapi Rene masih hidup. Dia hidup tanpa bisa mengetahui apa yang akan terjadi lima menit selanjutnya.Rene hidup tapi tidak memiliki harapan hidup, untuk sesaat dia ingin posisi Kate berbalik padanya.Tubuhnya yang kecil dim
Lima bulan yang laluLeonard menyadari gadis yang dua hari lalu diajaknya tidur tidak pernah masuk kedalam kelasnya ataupun terlihat di sekitar kampus. Leonard tidak tahu apa yang salah dari gadis itu, bukankah gadis itu sama seperti gadis-gadis yang lainnya? Yang ingin menjual kehormatan mereka untuk uangnya?Biasanya Leonard tidak peduli pada gadis yang ditidurinya tapi saat ini dia merasa bersalah, dia bertanya-tanya apakah gadis itu terluka karenanya? Apakah ada yang salah dari gadis itu yang diakibatkan oleh kelakuan Leonard?Mata elangnya terus menerus mencari sosok itu hingga kelas miliknya berakhir, Leonard sepertinya kembali lagi ke masa-masa sulitnya dimana dia tidak bisa berkonsentrasi karena ibunya.Tidak.Gadis itu bukanlah seseorang yang sepenting ibunya. Gadis itu tidak penting bahkan jika Leonard membuatnya menderita.Mungkin Leonard hanya lelah karena dia tidak bisa tertidur dua malam terakhir ini. Atau mungkin Leonard memikirkan ucapan Anthony untuk segera pulang.Sem
"Katakan padaku apa yang akan kau lakukan dengan gadis itu?" Itu adalah kalimat sapaan yang sempurna. Kalimat yang datang dari adiknya yang sudah lama tidak bertemu dengannya."Tanyakan itu pada dirimu sendiri, Leon. Apa yang akan kau lakukan dengan gadis yang dibawa olehmu." Ucapan Anthony sepertinya berhasil membuat Leonard terdiam."Dia hamil anakku dan aku tidak bisa meninggalkannya sendirian.""Darimana kau tahu bahwa itu anakmu? Bisa saja dia membohongi mu agar kau mau membawanya kedalam kehidupan mu. Kau tahu resikonya kan? Dia bisa menghancurkan mu!" Nada tinggi yang digunakan oleh Anthony sepertinya membuat Leonard tidak merasakan apapun, buktinya Leonard hanya menggelengkan kepalanya."Kau tidak mengerti, tidak... Kau tidak akan pernah bisa memahaminya Anthony.""Ya. Itulah yang dikatakan oleh ayahmu padaku saat itu."Leonard menatap mata Anthony dengan tatapan sakitnya. "Jangan katakan apapun tentang pria itu.""Kau mencintainya? Dia membuatmu jatuh cinta kan?" Anthony tida
Tiga bulan yang laluValeyrie telah memutuskan, dia tidak akan kuliah lagi. Lebih baik baginya untuk fokus pada hidupnya yang saat ini sudah sendirian. Kuliah sudah tidak lagi menjadi prioritasnya dan Valeyrie juga tidak ingin memperjuangkan sesuatu lagi selain kehidupannya yang hampa ini. Sudah hampir dua bulan sejak ayahnya meninggal dan kejadian malam itu yang membuat Valeyrie tidak suci lagi.Valeyrie sudah berhasil berdamai dengan keadaanya saat ini, mungkin benar kata-kata dari sahabatnya bahwa yang Valeyrie lakukan hanya perlu merelakan dan berdamai. Itu baik untuk hidupnya, hatinya dan juga kebahagiaannya.Dan itu terbukti, Valeyrie sudah bisa lebih memahami makna hidup dan ini memang hidupnya.Valeyrie telah keluar dari universitasnya satu minggu setelah ayahnya meninggal. Tidak ingin terpaku dengan hidupnya yang menyedihkan, Valeyrie justru bangkit dan mulai memperbaiki semuanya. Rasa sakit akibat kehilangan telah membuatnya menyadari bahwa yang seharusnya dia lakukan selam
Tiga bulan yang laluSetelah keluar dari rumah sakit, Valeyrie tidak mengatakan apapun dia bahkan hanya terpaku bagaikan patung. Clare sudah berusaha bertanya kepadanya tapi Valeyrie tidak benar-benar secara gamblang memberikan jawaban kepada temannya itu.Jadi saat itu Clare tidak memaksanya, bahkan dia langsung pergi membeli makanan untuk Valeyrie. Valeyrie yang langsung ditinggal oleh Clare hanya menatap dirinya di cermin kamarnya.Pikirannya saat ini kacau, bagaimana caranya menyelesaikan semua ini? Dia bahkan tidak tahu apa yang harus dilakukan saat ini untuk hidupnya sendiri. Apalagi dengan kehadiran anak yang dikandungnya saat ini? Sudah dipastikan anak ini tidak akan bisa mendapatkan apapun yang layak dari Valeyrie.Valeyrie sudah kehilangan semuanya, dia bahkan tidak tahu lagi mengapa hingga saat ini dia masih bertahan. Sejujurnya tidak ada lagi yang bisa membuatnya bertahan selain ayahnya, tapi kini ayahnya sudah tiada jadi siapa lagi pegangan hidupnya?Anak ini begitu mala
Semuanya gelap, tidak ada udara yang tersisa. Rene bisa merasakan sesak berkepanjangan dari dadanya. Rasanya aneh mengetahui hidup diantara kematian.Rene tidak bisa membayangkan apapun yang akan terjadi padanya selanjutnya, tidak dengan keadaanya yang saat ini jauh dari kata baik-baik saja. Dia di rantai di suatu ruangan yang tidak memiliki pencahayaan yang cukup.Pengap dan lembab, sesuatu yang sangat dibenci oleh Rene dan itulah yang saat ini dirasakan olehnya. Dia tidak tahu dimana lagi dia saat ini, tidak tahu apakah orang-orang yang dicintainya mencari keberadaannya.Dan yang pasti apakah orang-orang masih percaya dia hidup.Ini sudah lebih dari empat puluh delapan jam, mungkin tiga hari jika pikiran Rene tidak salah menghitung.Rene sendiri tidak mendapatkan makanan yang cukup, sebenarnya dia selalu diberi makanan tapi dia tidak pernah memakannya karena Rene takut bahwa pria yang menculiknya diam-diam memberikan racun padanya.Pria yang menculiknya tidak kelihatan sama sekali b
Dyana menatap dirinya sendiri ke cermin yang ada di kamarnya, sudah hampir seminggu dari kepulangannya ke La Feera dan dia masih belum bisa berbuat apapun untuk mengatasi keadaannya.Adik dan neneknya sudah hidup berkecukupan, tenang, damai dan tidak lagi dihantui rasa cemas atas rasa lapar dan sakit. Mereka sudah mendapatkan kelayakan hidup dan itu semua tanpa ada Dyana disampingnya.Dyana memang tidak bisa memungkiri rasa terimakasihnya kepada Jason atas semua hal yang telah dia lakukan kepada keluarga Dyana. Tapi dia juga tidak bisa memaafkan Jason karena rasa sakit yang masih menganga di dalam batinnya akibat Jason.Sebuah tangan melingkari lehernya dan Dyana agak terkejut sedikit sebelum menyadari bahwa tidak akan ada seorangpun yang bisa masuk ke kamarnya selain Jason."Hai, bagaimana kabarmu?"Dyana langsung berbalik dan menangkap tangan pria itu, menggenggamnya dan menciumnya dengan tulus."Aku baik-baik saja dan itu karena mu... Bagaimana dengan harimu Jase?"Jason terlihat s
Tiga bulan yang laluLeonard bangun dengan kelelahan yang luar biasa di tubuhnya, rasa lelah berkecamuk dengan kebingungan dan rasa bersalah kembali merusak jiwa raga miliknya. Apa yang diketahuinya tentang Valeyrie membuat Leonard bingung, gelisah, takut dan bersalah.Valeyrie hamil, dia sedang hamil anak Leonard.Buah hati Leonard yang tidak pernah ada di dalam pemikiran dan rencana masa depannya. Rasanya sulit untuk percaya bahwa dia memiliki seseorang yang belum lahir tapi sudah mengalir darah dalam dirinya.Saat ini dia terbangun dan tidak bisa melakukan apapun selain menatap kosong ke atap apartemennya.Pikirannya terbang jauh ke titik dimana dia bertanya kepada dirinya sendiri, apakah dia sudah siap memiliki seorang anak? Apakah keluarga atau bahkan seorang anak adalah salah satu prioritasnya?Dan apakah dia bisa menjadi ayah yang baik untuk anak itu jika pada akhirnya Leonard memilikinya?Mata Leonard akhirnya jatuh pada sisi kamarnya, foto dirinya, Anthony dan adik perempuann
Angin malam membuat banyak orang ragu-ragu untuk pergi ke luar dari rumahnya, tapi tidak bagi Anthony yang masih kuat untuk duduk di bangku dekat balkon.Wajahnya mengeras ketika mengingat pengkhianatan Renesmee.Wanita itu meninggalkannya, dia tidak merasa sakit sama sekali. Tapi wanita itu dengan beraninya meninggalkan anak-anaknya.Alan dan Rosseanne akhir-akhir ini sering menangis tanpa sebab, ketika Anthony membawa dokter ke rumah. Mereka mengatakan padanya bahwa anak-anaknya mengalami demam.Anthony langsung membenci Renesmee saat itu, dia bukan hanya menyakiti hati dan fisiknya. Tapi Rene juga menyakiti anak-anaknya.Anthony masih mengingat bagaimana Rene yang menusuk pisau ke arah paha kakinya. Rene menyakitinya dan pergi dari pulau ini dengan sembrono, meninggalkan dirinya dan anak-anak mereka.Janji yang mereka buat, cinta yang mereka gaungkan di setiap sisi pulau hanyalah sebuah fiksi.Rene tidak pernah mencintainya, dia membohongi semuanya. Dia berpura-pura dan berakting
Rene berjalan menuju sisi taman yang basah, hujan deres yang mengguyur kota membuat beberapa jalanan tergenang air.Jaket yang Rene kenakan tidak bisa menghalangi dinginnya udara atau mungkin kelembaban udara yang menusuk kulitnya.Rene menatap beberapa orang yang juga sedang berjalan sambil memegang kopi panas atau beberapa anak-anak yang memainkan bermain air hujan dengan menciprati temannya yang lainnya.Rene tersenyum melihat pemandangan itu, ulu hatinya nyeri melihat raut polos anak-anak yang sedang bermain tanpa adanya beban. Rene bertanya-tanya apakah anak-anaknya akan seperti itu juga?Ataukah Anthony membesarkan kedua anaknya dengan cara yang berbeda? Bisakah anak-anaknya hidup normal seperti anak-anak lainnya?Pikiran itu membuatnya pusing dan pada akhirnya dia memilih duduk di bangku taman yang tidak terkena air sama sekali.Rene menyadari sudah hampir satu bulan sejak dirinya pergi dari pulau.Dan sampai hari ini, belum ada tanda-tanda Anthony mencari keberadaannya. Rene b
"Apa kau ingin di temani?" Kalimat penuh tanda tanya itu dilontarkan oleh Orlan ketika mereka sampai di tempat yang telah dijanjikan oleh ibu Rene untuk bertemu dengannya."Aku tidak butuh di temani, kau tahu aku sudah dewasa." Jawab Rene dengan senyum mencoba meyakinkan Orlan.Orlan memandanginya dengan tidak yakin, Rene tahu bahwa pria itu sangat khawatir kepadanya dan inilah yang dia selalu lakukan setiap saat.Desahan napas Orlan yang terlihat kecewa membuat Rene sedikit merasa menyesal. Tapi dengan anggukan kecil itu, Rene tahu bahwa pria yang ada di hadapannya ini akan menyadari betapa pentingnya pertemuan ini."Aku akan duduk di sebrang sana dan jika kau merasa tidak nyaman atau terjadi sesuatu. Aku mohon untuk memanggilku. Apa kau mengerti?"Rene mengangguk dan dengan itu Orlan mengecup telapak tangannya dengan lembut. Dia pergi dan meninggalkan Rene sendirian disana.Rene duduk di tempat yang sudah dia dan ibunya sepakati, jam dinding sudah menunjukan waktu bahwa ibunya akan
Rene melihat dirinya melalui cermin yang ada di kamarnya. Rene bisa melihat bayangan dirinya yang lesu, memiliki lingkaran hitam di matanya dan pucat.Akhir-akhir ini mimpi tentang pulau itu, Anthony dan anak-anaknya menghampirinya setiap kali Rene memejamkan matanya.Dalam mimpi itu, Rene bisa melihat anak-anaknya dan Anthony saling menatapnya dengan penuh kebencian. Mereka menggumamkan kata-kata yang tidak dapat di dengar oleh Rene, tapi jelas Rene bisa merasakan rasa sakit mengendap di hatinya ketika dia melihat wajah-wajah mereka.Mengerti bahwa tidurnya tidak akan nyenyak karena dihantui oleh wajah-wajah itu, Rene akhirnya memutuskan untuk terjaga semalaman dengan membaca buku-buku yang dia bawa dari rumahnya.Sampai saat ini belum ada tanda-tanda Anthony mencarinya. Dia sempat khawatir bahwa apa yang dia lakukan saat itu mungkin membuat Anthony terluka parah.Kenangan sebelum Rene kabur terlintas di kepalanya. Dia benar-benar tidak pernah merencanakan untuk menusuk kaki Anthony
"Apa sudah selesai semuanya? Kau sudah mengemasi barang-barang yang kau butuhkan?"Rene mengangguk dan menunjukkan pada Orlan tas kecil yang selalu menjadi kesukaannya. Rene tersenyum kepada Orlan, "hanya ini saja barang-barang yang ku butuhkan.""Di tas sekecil itu?"Orlan dengan tatapan tak percaya bertanya kepada Rene yang terlihat bahagia."Aku hanya butuh kenangan-kenangan tentang bibi Shelly dan dirimu."Orlan tersenyum melihat tingkah Rene, bagaimana pun dia terlihat bahagia.Rene sudah melalui semua yang terjadi dengan tabah dan kuat, maka Orlan harus terus mendukungnya.Orlan memang merindukan Renesmee yang selalu tersenyum dan bahagia. Tapi kini semuanya perlu waktu, Rene perlu waktu untuk bisa terus menghilangkan rasa traumanya."Kau yakin hanya butuh itu?""Aku yakin."Orlan mengangguk dan segera setelah itu mereka pergi dari rumah Rene.Rene melihat rumah itu lagi setelah Orlan menguncinya."Aku akan sangat merindukan rumah ini.""Aku tahu. Tapi aku yakin kau tidak aman j
Rene akhirnya kembali mencoba berjalan menuju kamarnya, ketika dia membuka kamarnya, semuanya masih sama seperti terakhir kali dia pergi.Sprei, selimut hingga bantal yang terdapat di kasur kamar itu tidak berubah sama sekali.Dan untuk yang pertama kalinya, Rene merasakan kerinduan mengenai dirinya yang dulu.Dia pikir akan lebih muda baginya untuk melupakan masa lalunya tapi dengan melihat kamar ini, dia tahu bahwa tidak semudah itu melepas apa yang pernah dia rasakan.Rene mendekati meja kamarnya, melihat foto mesranya dengan Orlan. Bukan hanya satu melainkan beberapa foto yang menunjukkan kasih sayang mereka berdua.Rene tersenyum, dia mengusap foto itu. Rene masih bisa mengingat setiap kejadian dalam foto itu.Foto kencan pertama mereka, diambil ketika Orlan dan dirinya pergi ke kota untuk membeli buku-buku yang diinginkan Rene.Orlan melihat Rene masih terdiam sambil menggenggam foto itu dengan jemarinya."Kau ingat foto itu?""Tentu saja, ini foto kencan pertama kita."Orlan me
Pintu mobil milik Orlan dibuka oleh Renesmee, dia diperbolehkan pulang setelah lama diperiksa di rumah sakit.Orlan dengan hati-hati menuntunnya dan dia kembali melihat rumah yang di tempati olehnya dan bibi Shelly. Rumah itu terasa asing, padahal Rene telah dibesarkan dan tinggal di rumah ini dengan kurun waktu yang sangat lama.Lebih lama daripada di pulau itu, tapi Rene merasa tidak dapat mengenali rumahnya sendiri.Orlan dan dia memasuki halaman rumahnya, terlihat kotor dan tidak terawat karena memang setelah bibinya meninggal, tidak ada lagi yang membersihkan halaman dan rumput-rumput di sekelilingnya.Rene melihat pohon besar di sisi kanan rumah yang kini gugur daunnya, dia mengenang masa-masa ketika bibinya dengan penuh perhatian akan membiarkannya bermain boneka atau bahkan ayunan sambil memasakkan makanan kesukaannya di dapur. Jika bibinya telah selesai masak, biasanya pintu jendela akan dibuka dan dengan wajah yang penuh cinta, bibinya akan memanggil Rene untuk makan.Kenang
Orlan mendatanginya lagi ketika matahari sudah berada di tengah-tengah kota. Seragam Orlan yang menjadi pusat perhatian Rene untuk pertama kalinya.Dia begitu tampan dan dewasa begitu mengenakan pakaian kerjanya itu, tapi ada beberapa rasa sedih dan lelah yang bisa Rene lihat dari raut wajah dan mata Orlan."Kau terlihat bagus dengan seragam itu." Ucap Rene lemah ketika Orlan tidak kunjung mendekatinya atau bahkan mengatakan sesuatu untuk menyapanya."Kau tidak tidur lagi?""Aku tidur.""Jangan berbohong padaku Renesmee."Renesmee?"Aku tidak bisa tidur." Ungkap Rene dengan lemah."Aku takut jika aku tertidur, semua ini hanya akan menjadi mimpi."Itu bohong.Dia tahu bahwa tidak mungkin ini semua adalah mimpi.Rene hanya takut bahwa jika dia tertidur, dia akan melihat gambaran kehidupannya ketika berada di pulau itu."Mereka menempatkan polisi-polisi di luar karena mereka peduli terhadap kenyamanan mu. Tidak akan ada yang menyerangmu. Tidak ketika ada aku disini bersamamu."Orlan meme
Beberapa tahun kemudianRasanya sakit, Rene benar-benar kesakitan.Sakit di semua bagian tubuhnya.Dia berpikir bahwa kegelapan itu mungkin adalah pertanda bahwa dia telah mati.Tapi dia sadar bahwa dia belum mati.Ada suara seseorang yang berteriak memanggilnya."Rene!"Dia mencoba mencari tahu arah suara itu dan siapa yang sedang berteriak kepadanya."Rene kau harus bangun! Kau tidak boleh mati!""Aku mencintaimu!""Kita berdua akan baik-baik saja, aku berjanji padamu!"Dan saat itulah Rene membuka matanya, dia berada di ruangan serba putih dan bau obat-obatan menyeruak di setiap sudut ruangan itu.Tidak di ragukan lagi bahwa itu adalah rumah sakit, tapi mengapa dia sampai di rumah sakit?Rene bangun dan melihat jendela yang ada di sampingnya, jendela itu mengarah ke gedung-gedung tinggi.Dan ketika dia mengelus perutnya, itu sudah datar. Tidak ada lagi benjolan kehidupan dalam dirinya.Rene mulai panik dan mencoba berpikir sedemikian rupa mengenai apa yang terjadi padanya.Apa yang