"Aku menginginkan suamiku, ayah dari anak-anakku, apakah aku salah?" tanya Olla yang membuat semua yang ada di ruangan tersebut terdiam. Rafly yang mendengar jawaban dari Olla langsung tersenyum dan bertepuk tangan. Tidak menyangka Olla berkata seperti itu dan dia merentangkan tangannya agar Olla masuk ke dalam pelukannya. Rafly tidak peduli dengan Ibunya dan wanita ular yang terus mengikuti ibunya itu. Melihat Rafly merentangkan tangannya, Olla perlahan melangkahkan kaki menuju ke arah Rafly dan memeluknya. Dengan lembut Olla mengusap punggung Rafly. Sambil tersenyum lembut dan bertutur kata lembut. "Kamu sudah bangun, ya. Maaf, aku tadi makan. Tuan Abraham dan kakek Mathias memintaku untuk makan dan juga minum vitamin jadi aku pergi keluar sebentar. Kamu pasti lama menunggu aku. Sekali lagi, maaf," jawab Olla yang dengan lembut mengatakan dirinya tadi ke mana.Mendengar perkataan dari Olla, Rafly menganggukkan kepala."Iya, Sayang. Tidak apa-apa, kamu harus banyak makan, kasihan
Seminggu Rafly dirawat di rumah sakit, sekarang dia benar-benar sudah pulih dan bisa kembali ke rumah, Rafly bahagia karena selama sakit Olla selalu menjaganya, merawatnya dan juga dia merasa seperti bayi diasuh oleh ibunya. Benar-benar, Rafly tidak pernah sedikitpun kecewa dengan apa yang dilakukan oleh Olla. Saat ini, Rafly sudah mandi, dia ingin memakai pakaian akan tetapi, pakaiannya tidak ada. "Mana pakaianku. Olla, celanaku mana. Olla kenapa lama sekali keluar dari kamar mandi. Sedari tadi aku panggilin tidak juga menjawab panggilanku, apa dia tidur di kamar mandi?" tanya Rafly yang mencari istrinya. Cukup lama Rafly menunggu Olla, karena khawatir Rafly masuk ke dalam kamar mandi dan saat dirinya masuk terlihat, Olla sedang berendam dan posisinya benar-benar membuat Rafly panas dingin. Cukup lama memang mereka tidak melakukannya dan kini setelah hubungan mereka membaik, Rafly menginginkan itu sebagai tanda cintanya kepada Olla dan kewajibannya untuk menyenangkan istrinya.Se
Di dalam mobil tidak ada yang berbicara sama sekali, Rafly berubah 360° dia benar-benar serius, dia melihat saham yang ada di Bursa Efek dan pengiriman barang mafianya juga jadi pantauannya. "Kamu sudah tahu kabar terbaru dari Oliver. Apakah dia sudah benar-benar mati atau tidak?" tanya Rafly dengan suara yang datar dan raut wajah yang dingin. Rafly benar-benar seperti Rafly yang pada umumnya. Dion yang mendengar perkataan dari tuannya menggelengkan kepala."Belum, Tuan. Tapi, anak buah kita sudah mengawasi markas tersebut, terakhir mereka mengatakan sudah memeriksa tubuh dari Oliver dan dia nyatakan meninggal dan mereka sudah menguburkannya. Anda jangan khawatir tidak akan ada yang bisa menemumannya, karena setelah kita melakukan penguburan terhadap dia satu orang pun tidak akan menemukan dia," jawab Dion yang juga menunjukkan raut wajah yang sama dengan Rafly.Tidak ada kekonyolan di antara keduanya. "Bagus, beritahukan kepada pengawal yang lain untuk terus berjaga di markasnya da
Rafly yang selesai berbicara dengan Olla menyimpan ponselnya, dia segera memandang ke arah sahabatnya yang saat ini terlihat cemas. Rafly segera berbalik melihat siapa yang dibicarakan teman-teman ya sedari tadi berisik hingga membuat dia sedikit terganggu saat berbicara dengan Olla jadi dia ingin mengetahui apa yang terjadi. Saat dia berbalik dan memicingkan mata, terlihat mobil yang belakang mobil anak buahnya mengacungkan senjata ke arah mobil mereka. "Bersiaplah, kalian kita diserang," jawab Rafly yang membuat Edgar dan sahabat yang lain bersiap dan mengambil senjata masing-masing. Tiidak menunggu lama, serangan terjadi, suara baku tembak terdengar, mobil Rafly dan mobil yang di belakang Rafly yang merupakan mobil anak buah dari Rafly langsung tertembak tentu saja supir yang membawa mobil mereka maju ke arah depan dan mobil yang ada di depan mundur ke belakang menghalangi mobil Rafly yang maju. Supirnya adalah Dion, dia lihay membawa mobil dan setelah di depan, mobil mereka be
"Yang pasti dia sangat lembut dan tidak ada satu wanita pun seperti dia," jawab Rafly yang memuji dan menggambarkan Olla seperti apa.Rafly baru tahu kalau apa yang dimiliki Olla tidak seperti wanita lain. Wanita lain tidak miliki apa yang Olla miliki. Itu yang di rasakan Rafly. Mendengar perkataan dari Rafly, membuat ketiga sahabatnya tersenyum."Ternyata, sahabatku baru sadar juga. Dulu dia mengabaikannya, ternyata wanita itu memiliki keistimewaan tersendiri dan mampu membuatmu terkesima. Rafly, jagalah dia, aku ingin kamu menjaganya dengan sepenuh hati. Kamu tahu sendiri ibumu dan siluman ular yang selalu mendekati ibumu, dia sangat berbahaya, wanita itu bisa menghancurkan rumah tanggamu. Jangan sampai ada kesalahpahaman yang membuatmu melupakan kata-kata yang saat ini kamu ucapkan di depan kami, karena jika kamu salah lagi maka akan ada seseorang yang mengambil wanitamu itu untuk dijadikan wanita istimewanya, kamu mengerti maksudku?" tanya Edgar sambil mengacak rambut Rafly. Kel
Rafly memberikan emot love dengan tangannya. Hingga membuat Olla terus tersenyum. Hadiah luar biasa bukan barang tapi emot yang manis dan berkesan untuk dia. Saat ini, Rafly berada di dalam kamar, dia sudah selesai dengan perdebatan antara kasih sayang dia dengan teman-temannya dan dia juga sudah memberikan hadiah ke Olla. Akan tetapi, mereka tetap menjahili Rafly.Mereka sengaja menggoda Rafly dan sekarang Rafly sudah berganti pakaian tidur dan dia ikut bergabung dengan Olla, dia melihat istri mungilnya saat ini mengusap perut sambil memejamkan perlahan mata.Karena, saat ini, perutnya sudah kenyang tidak ada lagi suara tendangan atau gerakan dari dalam perut walaupun sudah mulai tenang dan bisa kembali tidur, Olla tetap memberikan sentuhan kecil di perutnya. "Olla, Sayang, kamu sudah tidur? " tanya Rafly dengan lembut kepada Olla yang tadinya ingin masuk ke alam mimpi, kini kembali sadar dan memandang Rafly. "Hmm, kamu belum bisa tidur, ya?" tanya Olla dengan lembut kepada Rafly.
"Tuan Edgar, Anda sudah bangun. Mana yang lainnya?" tanya Olla dengan lembut kepada Edgar. Edgar memandang salah satu teman Olla yang menatapnya, setelah itu teman Olla tersebut membuang wajahnya, membuat Edgar terkejut. Dia tampan, dia berkarisma tapi kenapa wanita tersebut tidak mau memandangnya, bukan hanya orang itu saja, tapi yang lainnya juga. Akan tetapi, berbeda dengan satu orang yang mendekati Edgar. "Halo, nama i Nancy. I akan kerja di sini, tapi kalau you ingin i bekerja dengan you, tidak apa-apa. I akan ikhlas. I itu, pernah jadi penata rias untuk pernikahan dan yang lainnya jadi i serba bisa," jawab Nancy yang membuat Edgar memandangnya dari atas sampai ke bawah."Nancy, bajumu tidak ada yang lain, ya. Kenapa harus berwarna pink, pakai pita, rambut pink, bibir pink itu yang di matamu itu pink juga. Dan, oh ya Tuhan, semuanya pink, apa pakaian dalammu juga pink?" tanya Edgar yang mundur karena dia takut untuk dekat dengan Nancy. Tidak berapa lama teman-teman Edgar juga
"Tidak ada kabar sama sekali, Tuan. Saya lihat semuanya sangat tenang dan sepertinya mereka tidak ingin mencari nuklir itu atau mungkin ...." Dion menghentikan ucapannya membuat Rafly yang tadinya fokus dengan tabletnya untuk mengecek saham yang ada di pasar saham mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Dion. "Mungkin apa ?" tanya Rafly dengan suara yang datar. "Mungkin yang kita bawa itu bukan nuklir yang sesungguhnya, Anda mengerti, 'kan maksudnya? Atau nuklir itu sudah dicuri, apakah Tuan berpikiran sama dengan saya?" tanya Dion yang membuat Rafly terdiam. Dia mencoba berpikir sejenak. Benarkah itu bukan nuklir yang dimaksud, tapi bagaimana bisa dia tertipu dan apakah benar nuklir itu di curi lagi. Rafly mencoba menghubungi seseorang namun tidak ada tanggapan dari orang tersebut. Orang itu tidak merespon panggilan dari Rafly. "Anda mau menghubungi siapa, Tuan?" tanya Dion yang penasaran."Saya menghubungi Marcel, tapi tidak ada jawaban," jawab Rafly. "Marcel? Marcel, siapa
"Pergi kamu jangan dekati aku, pergi aku akan teriak agar seluruh penghuni apartemen ini datang dan memukulmu, pergi!" teriak Mala dengan kencang. Mal benar-benar ketakutan, terlebih lagi wajah Adrian yang membuat dirinya trauma karena dulu dia pernah hampir dilecehkan oleh pria yang ada di desanya, tapi beruntung dia selamt karena warga mendengar suara jeritan Mala dan mereka yang sudah mengetahuinya langsung memukul pria tersebut hingga pria tersebut meninggal dihajar masa. Sekarang, dia melihat raut wajah Adrian sama seperti pria yang dulu melecehkannya. Mala benar-benar ketakutan. "Pergi ... pergi dari sini, pergi. Aku tidak ingin kamu mendekatiku, pergi!" teriak Mala yang terus-terusan mengusir Adrian untuk pergi dari hadapannya. "Aku akan pergi, tapi ingat satu hal, aku mau kamu memberikan kotak ini kepada Olla. Kamu harus berikan tidak ada alasan kamu menolaknya. Ingat, jangan kamu lupa, jika kamu tidak memberikan ini, maka bersiap saja kamu, aku akan membuatmu mati. Aku ak
"Adrian, kamu di mana?" tanya Niken kepada Adrian yang saat ini sedang mencari keberadaan teman Olla yang membantunya waktu di rumah sakit tempo hari. Adrian yang mendapat telpon dari Niken kesal, karena disaat dia ingin mencari tahu keberadaan teman Olla, Niken menghubungi dirinya. "Ada apa? Kenapa kamu menghubungi aku? Apa yang kamu inginkan? Katakan padaku, cepat!" ketus Adrian yang posisinya mengintai perusahaan Rafly. Sudah beberapa hari ini diaa terus mengintai ke perusahaan milik Rafly dan tentu saja yang di lakukan Adrian untuk mengikuti Dion. Karena dia tahu saat di rumah sakit, sahabat Olla bersama dengan Dion. Mendengar suara ketus Adrian tentu saja membuat Niken kesal dan dia segera mengakhiri panggilan telpon dengan Adrian. Adrian yang panggilan telponnya terputus menyerngitkan kening, dia heran karena telepon dari Niken terputus. "Kenapa dengannya? Apa yang terjadi. Dia sudah menghubungiku, tapi dia mengakhirinya. Dasar wanita tidak jelas. Ini kenapa asisten dari R
"Jelas itu penghianatan, tapi aku tidak peduli aku memang sengaja menjebaknya. Dia yang mengambilnya, aku yang mencurinya. Jika aku yang mengambilnya, sudah dipasti aku tidak bisa melawan mereka, strategi dari Rafly bagus, dia terlalu pintar makanya dia dijuluki sebagai King Dragon," jawab Marcel yang dianggukan oleh Simon. Dia tahu betul Rafly itu tidak ada tandingannya, benar-benar seperti seekor naga yang jika didekati akan menyemburkan api. Rafly seorang pria yang mempunyai sosok yang lebih kejam dia seperti malaikat pencabut nyawa, sudah banyak yang dia bunuh. Orang-orang itu adalah orang-orang yang berkhianat dengannya. "jadi sementara waktu apakah kita harus menyerahkan nuklir itu kepada orang lain? Menurut aku, kita jual saja sebelum meledakkannya bagaimana?" tanya Simon. "Jangan diserahkan atau dijual, kita ancam saja negara dan kita ambil uang sebanyak mungkin jika negara mengatakan jangan diledakkan kita akan katakan iya, tapi setelah mendapatkan uang dari mereka baru le
Olla terbangun karena mendengar si kembar bangun tepatnya anaknya yang nomor satu. Terdengar suara Delon yang merengek hingga Olla segera bangun dan mendekati anak pertamanya itu. Olla melihat Delon memandang ke arahnya dan memperlihatkan wajah memelas seperti ingin digendong.Olla pun segera mengambil si kembar dengan sangat hati-hati karena kedua anaknya yang lain masih tertidur. Olla tersenyum ke arah Delon. "Ada apa, Sayang. Kenapa kamu menangis apa kamu merindukan Daddy? Sabar ya. Daddy, lagi kerja nanti kalau Daddy sudah pulang kamu boleh bermain dengan daddy, oke. Sekarang, tidurlah," ucap Olla yang menina bobokan Delon. Karena saat ini, Delon masih sangat rewel. Dia tidak ingin mengganggu mertuanya tidur dan dua si kembar lainnya. Olla menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan sambil terus bersenandung kecil. Olla mendengar suara ponselnya berdering dengan segera dia mendekati meja yang di samping tempat tidurnya. Olla melihat ID penelpon dan wajahnya tersenyum karena tel
Rafly membuka matanya dan dia menatap ke arah sekeliling. Dia mencoba untuk mengingat dan setelah ingat, barulah dia sadar kalau dia tertembak di dada dan sampai di sini. Rafly melihat teman-temannya yang tertidur dan dia hanya bisa melihat tanpa memanggil mereka karena dia tidak mau diganggu. "Olla, bagaimana dengan Olla. Apakah dia merisaukan aku saat ini? Aku benar-benar sedih karena Olla pasti memikirkan keberadaan aku. Aku tidak memberikan kabar dan si kembar juga. Maafkan aku, Sayang. Aku tidak bisa menghubungi kamu karena kondisi aku seperti ini. Aku tidak mau kamu memikirkan aku dan aku tidak mau kamu kecewa, aku lakukan ini untuk kamu, aku mau lindungi kamu," ucap Rafly yang tiba-tiba saja dia melow dan meneteskan air mata mengingat banyaknya orang yang ingin memisahkan dia dan dia juga tahu kalau Adrian dan Niken juga melakukan hal yang dia pikirkan. Dion menggerakkan tubuhnya yang kedinginan, mereka tidur di bawah dengan alas yang seadanya. Dion mendengar suara orang mena
Rafly masih dirawat di rumah sakit dia belum sadarkan diri. Dion dan para sahabat menemani Rafly di ruang inap. Mereka tidak meninggalkan Rafly sama sekali. "Kapan dia bangun, i tidak tahu kalau nanti bertemu Olla, apa lagi yang harus i jawab. Apa tidak sebaiknya you katakan saja pada keluarga dia. Kasihan, kalau dia tidak ada yang menemani, kalau terjadi sesuatu setelah ini, kita akan dituduh. You tahu sendiri ibunya seperti apa, i tidak sanggup untuk melihat semua ini," jawab Nancy yang menyarankan kepada sahabat Rafly yang lain untuk memberitahukan kepada keluarga Rafly. "Kamu tenang saja, dokter mengatakan kalau Rafly akan baik, itu artinya dia akan baik. Jadi, biarkan Rafly sendiri ya mengatakannya kepada keluarganya sendiri, karena ini masalah dia dan keluarganya, kita jangan ikut campur," jawab Edgar yang diganggukan oleh Ferrel dan juga Keano. Dion setuju dengan sahabat tuannya ini, dia juga tidak berhak untuk memberitahukan orang tuanya tuannya itu, karena itu ranah pribad
"Kita harus mengeceknya dulu baru kita tahu apakah itu benar-benar milik Marcel dan bukan Malik, kamu ini asal sebut nama. Siapa Malik itu?" tanya Edgar. Ferrel mendengar perkataan dari Edgar tersipu malu. Ferrel salah menyebut nama, dia katakan Malik dan harusnya Marcel. Tentu saja itu membuat Edgar dan juga Keano menggelengkan kepala karena sahabatnya itu benar-benar salah dalam menafsir siapa orang yang sudah mereka tuduh sebagai penghianat. "Maaflah aku, bro. Aku lupa nama dia. Pantes saja kok namanya tidak familiar untukku, ternyata salah orang," jawab Ferrel sembari tertawa dan dirinya meminta maaf kepada teman-temannya kalau dia salah menyebutkan nama. "Oh, ya aku rasa lebih baik kamu beritahukan segera kepada Olla, Dion. Katakan kalau kalian sedang berada di luar negeri. Katakan Rafly ada urusan pekerjaan karena aku yakin saat ini dia sedang mengkhawatirkan Rafly, terlebih lagi tadi kita mendengarkan kalau si kembar sedang nangis dan aku yakin saat ini Olla pasti memikirkan
Saat ini Rafly dibawa ke rumah sakit dan dia mendapatkan pertolongan pertama. Dada Rafly ditembak oleh musuhnya. "Aduh, bahaya ini. Bagaimana caranya kita beritahukan ke kekeluargaan dia? Apa yang akan kita katakan nanti, aku tidak berani untuk mengatakannya," ungkap Edgar yang takut untuk memberitahu kepada keluarga Rafly apa yang terjadi dengan Rafly. "Sabar, kita akan beritahukan semuanya nanti, kita lihat kondisi Rafly semoga dia baik. Jangan ada yang beritahukan dulu, karena aku yakin saat ini Rafly akan selamat dan pelurunya tidak mengenai sesuatu yang vital dari tubuhnya." Ferrel menenangkan sahabatnya dan yang lainnya kalau Rafly akan baik saja. Mendengar apa yang dikatakan oleh Ferrel tentu saja Edgar dan yang lainnya menganggukkan kepala mereka yakin kalau Rafli tidak akan mendapatkan masalah yang berarti dalam artian pelurunya tidak mengenai jantung atau apapun itu. Dokter yang biasa menangani Rafli dan sahabatnya saat ini sangat hati-hati untuk melakukan operasi terhad
Rafly masih menunggu kondisi aman dan dia tidak mau sampai ada yang mengetahui kedatangannya ke tempat ini. Dan tentu saja itu membuat Rafly harus bisa atur strategi. Sedangkan di dalam markas tersebut, Marcel dan Simon masih duduk dan berdiskusi. "Kapan kita culik mereka? Apakah kalian semua sudah ada ide bagaimana caranya menculik wanita dari Rafly?" tanya Marcel kepada Simon. "Aku rasa ideku hanya satu langsung ke tempat di mana mereka berada. Maksudnya, tempat tinggalnya kita datangi dan dengan begitu kita bisa menculik mereka. Karena kalau kita tunggu mereka keluar tidak mungkin apa lagi kalau menunggu kedua orang itu. Rencana mereka tidak akan bisa digunakan," jawab Simon. "Maksudnya kamu mereka siapa? Niken dan Adrian ya? Kenapa tidak minta tolong mereka. Bukannya, salah satu dari mereka bisa mendekati wanita itu. Kalau tidak salah si Adrian. Dia bisa melakukan itu, kita tidak perlu repot untuk mengejar sampai di rumah." Marcel menyarankan Adrian untuk menjadi tumbal mereka