Rafly memberikan emot love dengan tangannya. Hingga membuat Olla terus tersenyum. Hadiah luar biasa bukan barang tapi emot yang manis dan berkesan untuk dia. Saat ini, Rafly berada di dalam kamar, dia sudah selesai dengan perdebatan antara kasih sayang dia dengan teman-temannya dan dia juga sudah memberikan hadiah ke Olla. Akan tetapi, mereka tetap menjahili Rafly.Mereka sengaja menggoda Rafly dan sekarang Rafly sudah berganti pakaian tidur dan dia ikut bergabung dengan Olla, dia melihat istri mungilnya saat ini mengusap perut sambil memejamkan perlahan mata.Karena, saat ini, perutnya sudah kenyang tidak ada lagi suara tendangan atau gerakan dari dalam perut walaupun sudah mulai tenang dan bisa kembali tidur, Olla tetap memberikan sentuhan kecil di perutnya. "Olla, Sayang, kamu sudah tidur? " tanya Rafly dengan lembut kepada Olla yang tadinya ingin masuk ke alam mimpi, kini kembali sadar dan memandang Rafly. "Hmm, kamu belum bisa tidur, ya?" tanya Olla dengan lembut kepada Rafly.
"Tuan Edgar, Anda sudah bangun. Mana yang lainnya?" tanya Olla dengan lembut kepada Edgar. Edgar memandang salah satu teman Olla yang menatapnya, setelah itu teman Olla tersebut membuang wajahnya, membuat Edgar terkejut. Dia tampan, dia berkarisma tapi kenapa wanita tersebut tidak mau memandangnya, bukan hanya orang itu saja, tapi yang lainnya juga. Akan tetapi, berbeda dengan satu orang yang mendekati Edgar. "Halo, nama i Nancy. I akan kerja di sini, tapi kalau you ingin i bekerja dengan you, tidak apa-apa. I akan ikhlas. I itu, pernah jadi penata rias untuk pernikahan dan yang lainnya jadi i serba bisa," jawab Nancy yang membuat Edgar memandangnya dari atas sampai ke bawah."Nancy, bajumu tidak ada yang lain, ya. Kenapa harus berwarna pink, pakai pita, rambut pink, bibir pink itu yang di matamu itu pink juga. Dan, oh ya Tuhan, semuanya pink, apa pakaian dalammu juga pink?" tanya Edgar yang mundur karena dia takut untuk dekat dengan Nancy. Tidak berapa lama teman-teman Edgar juga
"Tidak ada kabar sama sekali, Tuan. Saya lihat semuanya sangat tenang dan sepertinya mereka tidak ingin mencari nuklir itu atau mungkin ...." Dion menghentikan ucapannya membuat Rafly yang tadinya fokus dengan tabletnya untuk mengecek saham yang ada di pasar saham mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Dion. "Mungkin apa ?" tanya Rafly dengan suara yang datar. "Mungkin yang kita bawa itu bukan nuklir yang sesungguhnya, Anda mengerti, 'kan maksudnya? Atau nuklir itu sudah dicuri, apakah Tuan berpikiran sama dengan saya?" tanya Dion yang membuat Rafly terdiam. Dia mencoba berpikir sejenak. Benarkah itu bukan nuklir yang dimaksud, tapi bagaimana bisa dia tertipu dan apakah benar nuklir itu di curi lagi. Rafly mencoba menghubungi seseorang namun tidak ada tanggapan dari orang tersebut. Orang itu tidak merespon panggilan dari Rafly. "Anda mau menghubungi siapa, Tuan?" tanya Dion yang penasaran."Saya menghubungi Marcel, tapi tidak ada jawaban," jawab Rafly. "Marcel? Marcel, siapa
Nancy mengatakan apa yang ingin dia katakan. Panjang lebar Nancy katakan dan setelah itu dirinya terdiam sesaat karena Nancy menghentikan ucapannya dan dia melanjutkan lagi apa yang ingin dia katakan. Tentu saja yang dikatakan oleh Nancy membuat mereka terdiam dan mengerjapkan matanya dan dia tahu sendiri kalau saat ini mereka memang membutuhkan informasi itu. "Dari mana kamu tahu semuanya. Siapa kamu sebenarnya, kamu FBI ya, Nancy ?" tanya Edgar yang segera berdiri dan mendekati Nancy yang tersenyum ke arah Edgar dan dia menepuk punfak Edgar. Nancy sangat tahu sekali apa yang dipikirkan oleh mereka semuanya. Dan satu kata itulah yang terlontar di benak mereka. "I am not FBI. I itu hanya orang biasa, sudah I katakan kalau ini buka salon dan sebelum ke sini itu sudah banyak orang-orang yang datang ke sana, mereka dari kota pakaian mereka seperti you semua dan mereka juga berbicara masalah ini. Karena kami orang desa tidak tahu maksud pembicaraan mereka, ya kami diam saja, kami tida
"Kenapa kamu terkejut seperti itu, Olla? Tidak suka dengan kehadiran aku? Aku datang ke sini dengan ibu mertuaku, ayah mertuaku dan kakekku siapa lagi kalau bukan Tuan Mathias. Kamu tahu, 'kan siapa kakek dari calon suamiku Rafly, orang kaya dna berpengaruh," ucap Niken yang saat ini posisinya sangat dekat dengan Olla dan Tia sahabat dari Olla. Tia mendengar perkataan dari Niken terkejut, dia memandang ke arah Olla, Tia ingin meminta penjelasan dari Olla atas perkataan dari Niken, akan tetapi melihat raut wajah Olla yang penuh amarah tentu saja dia tidak berani untuk bertanya. "Benarkah seperti itu, kamu datang dengan mereka. Baguslah, sangat bagus, aku senang ternyata sahabat kecil dari suamiku datang dengan mertuaku dan juga kakek dari suamiku. Ada apa ke sini mau melihat kebahagiaanku dengan suamiku? Boleh, tidak apa-apa, aku malah senang karena aku bisa menunjukkan keharmonisan kami, terlebih lagi, kami juga sepertinya ingin memperlihatkan kepada kamu dimana posisimu saat ini,"
"Olla, aku pulang cepat bagaimana kita jalan-jalan. Atau kita berenang? Kamu pilih mana?" tanya Rafly menawarkan kepada Olla apakah dia mau pergi dengannya jalan-jalan atau berenang. "Jalan-jalan, sepertinya aku harus banyak gerak agar mudah melahirkan." Olla mengatakan dia ingin jalan agar dirinya tidak kesulitan melahirkan. Rafly yang mendengar perkataan dari Olla terkejut dia tidak menyangka kalau Olla mengatakan mudah melahirkan kalau jalan. "Kamu kenapa lahiran jalan. Lahiran di ruangan bersalin. Bukan jalan. Tidak boleh, aku tidak mengizinkannya. Siapa dokternya yang mengatakan melahirkan jalan. Aku akan habisi dia, mau buat istri aku menderita, kamu berenang saja," jawab Rafly yang membuat Olla mengangga. Sejak kapan melahirkan jalan. Olla menggelengkan kepala, suaminya ini pasti salah dengar atau salah tanggap tentang apa yang dia katakan tadi. "Rafly sayang, bukannya melahirkan sambil jalan. Aku memilih melahirkan di rumah sakit dan diruang bersalin dan meminta jalan aga
"Kamu kenal dia? Maksudnya, Olla? Wanita perebut calon suamiku? Apakah kamu kenal dia, Adrian?" tanya Niken yang menatap lekat ke Adrian yang masih memandang Olla dan Rafly yang menjadi pusat perhatian semua pengunjung di mall. Adrian tidak berbicara sama sekali, dia memilih diam dan memperhatikan dengan intens keduanya. Cemburu? Sudah pasti, dia tidak tahu bagaimana mengungkapkannya. Rafly memperlakukan Olla dengan cukup baik, dia berjalan memegang tangan Olla dengan cukup erat dan dia tidak sedikitpun melepaskan Olla. Penjagaan yang super ketat membuat semua orang takjub dengan Rafly. Siapa yang tidak mengenal dengan Rafly, pengusaha hebat dan sukses, mereka tahu kalau Rafly sudah menikah tapi mereka tidak tahu siapa istrinya dan sekarang mereka bisa melihat istri dari Rafly yang sesungguhnya dan juga bisa melihat bagaimana Rafly memperlakukan istrinya dengan cukup baik."Coba lihat itu, pengusaha muda dan tampan ia benar-benar sangat menjaga wanitanya, aku yakin wanitanya sangat
Adrian berbalik dan dia menatap Niken yang saat ini menatap dia. Keduanya tidak ada yang berbicara semuanya bungkam seribu bahasa. Tiba-tiba, Adrian tertawa karena mendengar perkataan Niken. "Hahaha, kamu mengatakan apa tadi? Kita kerja sama? Yakin itu?" tanya Adrian yang meremehkan Niken. Adrian segera pergi, wajahnya berubah menjadi datar dan terlihat wajah ketidaksukaan dia saat berhadapan dengan Niken. Niken mendengar jawaban dari Adrian mengepalkan tangannya. Dia tidak suka Niken mengatakan kerjasama. Dia yakin, Niken pasti mau menyakiti Olla. "Dokter Adrian, tunggu dulu. Sial, tidak tahu diri ke apa dia tidak bisa diajak kerja sama. Apa-apaan ini. Aku benar-benar tidak suka dengan dia. Tidak-tidak, aku harus buat dia kerja sama dengan aku. Aku tidak mau Olla mendapatkan Rafly, dia harus berpisah dengan Rafly," ucapnya. Niken mengejar Adrian, dia ingin Adrian membantunya dia tidak mau Adrian mengabaikannya dan itu akan membuat dia Semakin tidak bisa mendapatkan Rafly. "Adri
Olla menutup mulutnya, dia tidak menyangka kalau Rafly memberikan dirinya cincin yang sangat indah. Cincin bertatahkan batu zamrud yang berkilau dan ditaburi berlian dan swarovski. "Ini untukmu. Aku persembahkan kepadamu, sebagai tanda bahwa aku sangat mencintaimu seumur hidupku sampai maut memisahkan kita berdua," ucap Rafly dengan suara bergetar dan tatapan mata yang berkaca-kaca. Rafly mempersiapkan hadiah kepada Olla sebagai bentuk cintanya. Sebenarnya, cintanya ke Olla sangat besar dan dia tidak akan pernah bisa digantikan apapun. Tapi, cincin ini sebagai simbol sahaja untuk Olla agar mengingat dirinya yang tulus mencintai dirinya. "Kamu romantis sekali, Sayang. Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Aku benar-benar terharu. Aku mencintaimu juga, Sayang," balas Olla ke Rafly. Rafly tersenyum mendengar apa yang Olla katakan. Rafly segera memasangkan cincin ke Olla dan tidak lupa Rafly mengecup tangan Olla setelah memasangkan cincin tersebut. Olla menarik Rafly berdiri dan memelukn
Adrian tersadar dan dia diselamatkan. Adrian dilarikan ke rumah sakit tanpa sepengetahuan dari Rafly. Itu pemikiran Adrian tapi nyatanya, anak buah Rafly lah yang menyelamatkan Adrian atas perintah Rafli. Adrian dibawa ke rumah sakit dan diobati kenapa Rafly melakukan itu, karena Rafly melihat kalau Adrian menyelamatkan istrinya dengan tulus untuk itu dia diberikan kesempatan untuk menyelamatkan Adrian. Terlepas nantinya Adrian seperti apa dia tidak peduli. Dan sekarang semuanya sudah berakhir, nuklir sudah dibawa pergi oleh Rafly dan sahabatnya. Rafly segera kembali ke rumah sakit untuk melihat keadaan Olla, sedangkan markas tersebut dihancurkan olehnya. "Ini sudah selesai, kita menang," ucap Keano saat melihat markas musuhnya dan markas musuh sahabatnya musnah. Tidak ada satu pun yang tersisa di markas musuh-musuh Rafly, semuanya terkubur di markas tersebut. Rafly saat ini berada di ruangan melihat kondisi Olla yang masih lemah. Ditemani oleh Nyonya Megumi. "Rafly, Mommy bersy
Simon berhadapan dengan Rafly dan setelah sekian bulan purnama akhirnya, keduanya saling berhadapan. "Akhirnya, kita bertemu, teman lama. Apa kamu sudah siapkan peti mati? Kalau sudah baguslah, aku sangat suka dan aku akan mempercepat kematianmu kalau begitu. Bagaimana, apakah kamu siap?" tanya Simon yang menantang Rafly. Rafly yang mendengar perkataan dari Simon tertawa. Dia tidak menyangka kalau musuhnya ini mengatakan itu. Sudah dipastikan kalau dia akan menghabisi musuhnya ini yang sudah menculik istri dan anaknya yang masih bayi terlebih lagi istrinya terluka karena musuhnya ini. "Aku sudah siapkan tapi untukmu, apakah kamu mau melihatnya? Jika mau, boleh, aku akan berikan. Tapi tunggu dulu, aku tidak akan memberikan peti mati itu untukmu. Kamu harus membayarnya terlebih dahulu, sekarang tunjukkan dimana nuklir itu kamu simpan. Tapi, sepertinya tidak perlu lah, biar aku yang mencarinya, coba lihat wajahnya ketakutan, sepertinya dia takut denganmu, Edgar. Apa kamu mau menghabis
"Rafly dengar dulu, bukan itu maksudnya. Dia berbohong. Aku tidak melukai pembantu itu eh maksudnya Olla. Bukan aku, Adrian yang melakukannya, sumpah Demi Tuhan. Bukan aku," jawab Niken yang mengatakan bukan dia yang melakukannya tapi Adrian. Niken menuduh Adrian pelakunya, tapi Rafly tidak peduli dia tahu kalau Adrian tidak berbohong dan dia juga tahu kalau yang dilakukan oleh Adrian untuk selamatkan dia tapi yang dia tidak sukai adalah Adrian menculik istri dan anaknya hingga istrinya seperti itu makanya dia menghukum Adrian sebagai balasan atas apa yang Adrian telah lakukan. "Benarkah? Dia pelakunya. Jadi, buat apa kamu di sini? Apa hubungan kamu dengan Simon dan Marcel. Apa kamu minta dia untuk menculik anak dan istriku, Niken?" tanya Rafly ke Niken dengan sorot mata tajam. Niken mundur ke belakang dia tidak mau berdekatan dengan Rafly dia takut sangat takut dan dia ingin menjauh dan melarikan diri tapi, sepertinya dia tidak bisa dan pada akhirnya, dia terkepung. Tepat di belak
Rafly akhirnya tiba di markas asli milik Simon dan Marcel. Dia tidak sedikitpun melepaskan anak buah dari Simon dan Marcel juga kedua orang yang sudah menculik Olla. Rafly ingin mendapatkan Olla kembali karena dia yakin saat ini Olla pasti ketakutan dan menunggu kedatangan dia. "Tunggulah, Sayang. Aku akan menjemputmu," gumam Rafly yang segera memakai topeng dan menghabisi seluruh anak buah dari Simon dan Marcel yang terus menembakinya. Rafly sama sekali tidak takut dengan serangan dari anak buah Simon dan Marcel, dia tetap menyerang dengan sangat barbar. Teman-teman Rafly melindungi Rafly untuk segera masuk ke dalam ruangan agar Rafly bisa menyelamatkan istrinya dan anaknya. "Aku akan melindungimu, Rafly. Kamu tetaplah tenang dan jangan takut, masuk saja aku ada di belakangmu," ucap Edgar yang mengatakan kepada Rafly untuk segera masuk dan mencari keberadaan Olla dan bayi kembar yang entah dimana keberadaannya.Rafly yang mendengar perkataan dari Edgar menganggukkan kepala, Rafly
Olla masih tidak beranjak dari tempat tidurnya, Olla masih menenangkan bayi kembarnya yang masih menangis. Dengan tenang dan tidak senandung kecil dari Olla, perlahan tangisan bayi tersebut mulai reda dan mereka kembali tertidur. Olla merasakan kepalanya sangat pusing dan pada akhirnya Olla yang tidak tahan menahan semua rasa sakitnya pingsan. Olla manusia biasa, dia bisa tidak tahan rasa sakit di bagian perutnya yang teramat sakit. Meihat Olla pingsan, Adrian semakin panik, dia mencoba untuk memeriksa Olla namun hanya periksa diluar tidak sampai menyeluruh. Badan Olla terasa panas dan itu sangat tinggi."Kapan dokter itu datang, apa masih lama?" tanya Adrian yang panik. "Sabarlah, mereka akan sampai. Kamu dokter harusnya tahu apa yang akan kamu lakukan," jawab Marcel yang meninggalkan Olla dan Adrian. Adrian mendengar perkataan Marcel kesal, dia marah karena Marcel cuek dengan Olla. Marcel seperti tidak peduli dengan Olla begitu juga Simon. Keduanya keluar meninggalkan Olla yang
Olla dipukul dan di tampar oleh Niken dengan cukup kuat hingga Olla harus terbangun dan dia masih dihajar oleh Niken tanpa belas kasihan padanya. Olla yang baru saja melahirkan merasakan sakit di perutnya. Sembari memegang perut dltujuannya untuk melindungi perutnya yang ditendang tanpa belas kasihan.Adrian segera mendekati Niken dan menarik Niken. Adrian tidak melihat Niken itu wanita atau tidak. Adrian membalas apa yang telah Niken lakukan ke Olla. Tindakan Adrian diperhatikan oleh Marcel dan Simon. Keduanya hanya memandang ke arah ketiganya tanpa ada niat untuk melerai. Olla menangis merasakan sakit di tubuhnya, terlebih lagi dirinya tidak bisa bergerak. Sesuatu yang dia rasakan keluar dari dalam tubuhnya mengalir ke paha dan kakinya. Olla menggelengkan kepala melihatnya. "Gila kamu, Niken. Kenapa kamu memukulnya, apa salah dia, berani-beraninya kamu melakukan itu kepadanya, tidak bisakah kamu sedikit saja berbelas kasihan dengannya!" teriak Adrian yang mencoba untuk membantu O
Olla hanya bisa meneteskan air matanya, dia tidak tahu harus berapa lama lagi dia di sini. Si kembar sudah tidak menangis, mereka kembali tertidur. Adrian kembali masuk ke ruangan di mana ada Niken dan Simon serta Marcel. Simon sudah mendapatkan aduan dari anak buahnya dan dia kesal dengan Adrian. "Masih bisa kamu datang ke sini setelah apa yang kamu lakukan dengan tahananku," protes Simon. Suara Simon terdengar dingin saat dia menatap Adrian. Simon kesal karena Adrian membuat ketidaknyamanan tawanannya. "Aku salah jika melihat dia?" tanya Adrian. Niken memandang ke arah Adrian dan Simon bergantian. Dia heran kenapa Simon marah dengan Adrian. "Apa yang sudah kamu lakukan? Apa kamu membuat masalah, tawanan apa yang dikatakan oleh Simon? Kamu membawa tawanan ke sini?" tanya Niken. Niken tidak tahu jika Olla ada di sini. Karena dia berpikir Olla dibawa ke tempat lain, nyatanya tidak. "Olla di sini," sahut Adrian. Niken membolakan matanya, tidak menyangka kalau Olla bisa di sini.
"Apa kabar Olla. Maaf kalau kamu harus dibawa ke sini. Aku ...." Adrian sejenak menghentikan ucapannya dan dia melangkahkan kakinya. Namun, tangan Olla mengangkat ke arah Adrian. Tatapan mata Olla tajam, dia tidak menyangka kalau Adrian dalang dari semua ini. Adrian terkejut melihat reaksi dari Olla yang menolak dirinya mendekatinya. "Olla, ka-kamu kenapa?" tanya Adrian yang bingung kenapa sikap Olla seperti itu. Biasanya, Olla tidak seperti itu dan dia sangat bersahabat tapi kini tidak. Adrian masih berdiri di depan pintu dia tidak berani mendekati Olla. Adrian melihat si kembar yang tertidur. Baru kali ini dia melihat si kembar. Mereka tampan dan lucu. "Anakmu lucu, akhirnya aku bisa melihat mereka. Waktu di dalam kandungan aku ingin melihat mereka bertiga, akhirnya aku bisa melihatnya. Bisa aku menyentuhnya?" tanya Adrian. Olla masih belum menjawab dia masih menatap ke arah Adrian. Kebencian memuncak di hatinya. Adrian yang dia anggap teman bisa-bisanya menculiknya dan si ke