Isha tidak menyangka Abra akan mengatakan hal itu. Tidak terlintas di pikiran Isha sama sekali jika dia akan melakukan hal itu. Dia juga berharap bisa segera hamil dan kembali pada Abra. Namun, mau bagaimana lagi jika Tuhan masih belum berkehendak.“Kak, aku sudah berjuang sejauh ini untuk membebaskan kamu. Bagaimana bisa kamu bilang aku mengulur waktu?” Air mata Isha tak tertahan lagi. Kata-kata Abra terlalu menyakitkan.Abra mengusap wajahnya. Dia tahu bagaimana perjuangan Isha, tetapi keinginannya sudah tidak terbendung. Dia ingin sekali segera keluar.“Sha, maafkan aku. Aku hanya ingin cepat keluar. Aku benar-benar sudah tidak tahan di sini.” Abra mencoba membujuk Isha. Berusaha untuk memberikan pengertian pada Isha.“Aku tahu Kak Abra ingin cepat keluar dari sini. Aku pun sedang berusaha keras untuk segera hamil agar Kak Abra bisa keluar. Jadi jangan membuat aku tertekan dengan terus marah ketika tidak ada kehamilan terjadi.” Isha terus menangis. Bagaimana Abra menekannya untuk t
Isha melihat jika Danish mengetahui niatnya. Jadi tidak ada alasannya untuk berbasa-basi lagi. “Saya ingin ke dokter kandungan untuk mengecek rahim saya.” Isha pun langsung menyampaikan apa yang diinginkannya.“Memang kenapa rahimmu?” Danish merasa aneh dengan keinginan Isha yang tiba-tiba. Seingatnya Isha sudah memeriksakan kandungannya waktu hendak menikah, dan tidak ada masalah sama sekali dari kandungan Isha.“Saya ingin memeriksakan rahim agar lebih yakin jika saya sehat.”Danish menimbang apa yang dikatakan Isha. Sebenarnya baginya tidak masalah jika Isha mengecek rahimnya. Justru itu bagus, agar mereka tahu kenapa tidak kunjung memiliki anak.“Baiklah, pergilah untuk melakukan pemeriksaan.” Danish akhirnya mengizinkan.Isha merasa lega karena akhirnya Danish mengizinkannya. Dengan begitu dia akan tahu kenapa dia tidak kunjung hamil.“Apa masalahnya sudah selesai?” Danish menatap Isha.“Iya, silakan makan.” Isha mempersilakan Danish untuk memakan masakan yang dibuatnya itu.****
“Itu jadwal khusus untuk kita.” Isha menjelaskan pada suaminya itu.Danish masih merasa bingung. Jadwal khusus apa yang dimaksud istrinya itu.Isha melihat jelas wajah bingung Danish. Hal itu membuat Isha mendekatkan wajahnya. Untuk sejenak Danish terpaku ketika istrinya itu mendekat ke arahnya.“Itu jadwal kita harus melakukan hubungan intim.” Isha berbisik pada Danish. Menjelaskan secara rinci kertas apa itu.Danish langsung meraih kertas tersebut. Kemudian melihat kertas apa itu. Ternyata terdapat tanggal di dalam kertas tersebut. Ada tanda yang diberikan di beberapa tanggal. Danish yakin itu adalah hari di mana mereka diminta untuk melakukan hubungan intim.‘Seminggu tiga kali,’ batin Danish.Entah kenapa hatinya tiba-tiba senang ketika mendapatkan jadwal hubungan intim dengan Isha. Mengingat sebulan lalu dia tersiksa karena hanya sekali, kini dia suguhkan dengan jadwal yang begitu menguntungkan baginya.“Kita akan lakukan.” Danish memberikan kertas itu lagi pada Isha.Isha sediki
Danish mengingat alarm apa yang berbunyi barusan. Dia tidak pernah menyalakan alarm di jam seperti ini. Tentu saja itu membuatnya bingung. Danish berpikir keras alarm apa sebenarnya yang baru saja menyala. Hingga akhirnya dia mendapati jika alarm itu adalah alarm untuk berhubungan intim dengan Isha. Mendapati alarm apa itu, seketika Danish memandang Isha.Isha yang mendapati tatapan Danish hanya bisa menelan salivanya. Dia menyadari jika alarm tersebut dirinya yang membuat. Isha juga tahu alarm apa itu yang menyala.“Alarm tidur.” Danish menatap sang mami.“Sejak kapan kamu tidur jam segini?” Nesha mengomentari saudara kembarnya itu. Tidak biasanya Danish tidur lebih awal.“Sadarlah jika kita semakin tua. Jadi harus hidup sehat dengan tidur cukup.” Danish tentu saja bisa menjawab setiap ucapan saudara kembarnya itu.“Kamu saja yang tua, aku belum.” Nesya tertawa kemudian mengalihkan pandangan pada suaminya. “Benarkan, Sayang?” tanyanya.Sang suami hanya mengangguk-anggukkan kepalanya
“Alarm untuk mengingatkan aku untuk berhubungan intim.”Mendapati jawaban itu membuat Dino terkejut. Ada-ada saja temannya itu memakai alarm untuk melakukan hubungan intim.“Dokter memberikan jadwal pada Isha sewaktu dia pergi ke rumah sakit. Jadi akhirnya aku melakukannya sesuai jadwal dokter.” Danish menjelaskan sambil tersenyum lebar.“Dari senyummu sepertinya kamu yang diuntungkan.” Dino melihat jelas bagaimana wajah semringah Danish.“Ini seperti, ibarat aku belum sampai kehausan sudah diberikan minum. Bagaimana aku tidak senang?” Danish langsung tertawa terbahak ketika mengucapkan hal itu.Dino memaklumi jika Danish cukup lama menduda. Kini saat sudah ada wanita di depannya, tentu saja itu adalah hal yang menguntungkan. Terlepas dari tujuan dia yang ingin punya anak.Akhirnya mobil sampai juga di rumah. Danish segera turun dari mobil. Sebelum ke kamar Isha, Danish memilih untuk ke kamarnya lebih dulu. Membersihkan tubuhnya lebih dulu sebelum menjamah sang istri.Danish ke kamar
Tadi Pagi….Danish tidur begitu pulas. Dia yang bekerja seharian membuat begitu pulas tertidur setelah mendapatkan kenikmatan. Kelelahan yang dirasakan Danish ternyata mengantarkannya tidur di kamar Isha.Saat merasakan sebuah pelukan, hati Danish begitu tenang. Hal itu membuatnya merasa semakin nyaman saat tidur. Namun, ketika menyadari jika dirinya selalu tidur sendiri di kamar, pikirannya melayang memikirkan siapa gerangan yang tidur di sampingnya.Seketika Danish membuka mata. Hal pertama yang dilihatnya adalah seseorang yang sedang memeluknya. Danish memikirkan siapa gerangan yang memeluknya itu.‘Semalam aku baru saja melakukan dengan Isha. Jadi ini adalah Isha.’ Danish menebak siapa yang sedang memeluknya itu.Rasa penasaran itu mengantarkan Danish mengecek. Menyibak rambut yang menutupi wajah. Benar saja dugaanya. Saat rambut disibak, ternyata benar-benar Isha yang sedang memeluknya. Danish mengingat jika semalam setelah melakukan hubungan intim, dia langsung tertidur. Kelelah
Danish menatap Isha ketika makan. Dia memikirkan apa yang diucapkan Dino. Di mana Dino menyarankan untuk tidur dengan Isha lagi untuk memastikan apakah benar jika mimpi buruknya tidak akan menghampiri lagi. Namun, Danish tidak punya alasan untuk tidur di sekamar dengan Isha. Lagi pula Danish gengsi jika harus tidur dengan Isha tanpa alasan. “Pak Danish kenapa menatap saya seperti itu?” Isha merasa aneh ketika dipandang Danish terus menerus. “Kamu terlalu percaya diri. Aku hanya melihat sofa di ruang keluarga yang sudah memudar. Sepertinya besok aku harus minta orang IZIO mengantarkan sofa baru.” Bukan Danish namanya jika mengaku begitu saja dengan apa yang dilakukan. Apalagi ini menyangkut harga dirinya. Isha langsung memutar tubuhnya untuk melihat sofa yang berada di ruang tamu. Saat melihat sofa tersebut. Menurutnya sofa masih bagus. Tidak harus diganti. Namun, Isha sadar jika yang berada di hadapannya pengusaha kaya raya. Jadi ganti sofa sebelum rusak bukanlah hal yang aneh. Me
“Di kamar ini.”Isha langsung mengalihkan pandangan pada sofa yang berada di dekat jendela. Kemudian mencoba untuk mendudukkan tubuhnya di sana. Merasakan seberapa empuk sofa itu.“Sepertinya nyaman.” Isha mengomentari sofa yang sedang didudukinya itu.“Apa kamu sedang berpikir jika kamu akan tidur di situ?” Danish melihat jelas jika Isha sedang menjajal sofa. Jadi dia menebak apa yang sedang dipikirkan Isha.“Iya, memangnya saya mau tidur di mana jika bukan di sofa ini.” Isha menyindir Danish. Mengingat bagaimana sewaktu di hotel Danish memintanya untuk tidur di sofa. “Kamu akan tidur di tempat tidur bersamaku.” Danish menjawab sambil menatap tempat tidur milikinya. Memberitahu di mana Isha akan tidur malam ini.Isha membulatkan matanya ketika mendengar ucapan Danish. Setahunya Danish tidak pernah mau tidur dengannya. Namun, tiba-tiba Danish meminta dirinya tidur bersamanya.“Apa Pak Danish yakin kita tidur bersama?” Isha memastikan kembali.“Jelas yakin. Karena aku tidak mau mami