Isha memutar tubuhnya ketika merasa pegal. Sejak tadi dia tidur dengan membelakangi Danish. Hal itu membuat tangannya terasa sakit. Isha yang tak sadar saat tidur pun meraih apa yang berada di depannya. Kemudian memeluknya. Dia mengira jika itu adalah guling di kamarnya. Jadi dia memeluknya erat. Kehangatan yang tercipta karena pelukan itu pun membuat Isha semakin nyenyak tertidur. Danish yang pulas tertidur pun tidak menyadari pelukan tersebut. Dia menikmati pelukan Isha yang begitu eratnya. Danish merasakan ada sesuatu yang menempel di tubuhnya. Hal itu membuatnya membuka mata. Hal pertama yang dilihatnya adalah Isha yang sedang memeluknya. Istrinya itu menempel di dadanya seperti tentakel. Danish ingin menolak pelukan itu, tetapi dia memikirkan jika waktu itu Isha juga memeluknya. Jadi kali ini dia harus membiarkan Isha memeluknya. Danish mengalihkan pandangan. Waktu menunjukan jam sebelas. Artinya dia baru tidur selama satu jam. Karena tadi dia tidur jam sepuluh malam. Pelukan
Saat mendapati pertanyaan balik itu, Danish tersadar jika dia baru saja mengatakan kalimat yang tidak diharapkan keluar dari mulutnya.“Terima kasih karena kamu sudah tidak berisik.” Danish menjawab seraya menjatuhkan tubuhnya di sisi tempat tidur.Isha sebenarnya berharap Danish berterima kasih atas kenikmatan yang baru saja diberikan, tetapi ternyata tidak.Isha melihat Danish yang merebahkan tubuhnya di sampingnya. Dia memerhatikan dengan seksama wajah suaminya itu. Walaupun kecewa, tetapi bagi Isha apa yang dilakukan Danish sudah lebih baik. Dari pada tidak ada ucapan terima kasih sama sekali.“Jangan melihatku terus menerus. Pergilah mandi sana!”Mendengar suara Danish itu, Isha terkejut. Dia pikir Danish tidur. Ternyata pria itu hanya memejamkan matanya saja.“I-iya.” Isha menjawab dengan sedikit gugup.Dengan segera Isha menyibak selimutnya. Bangun dari posisi tidurnya. Mengambil pakaian miliknya yang berserakan di lantai. Tanpa berlama-lama, dia segera menuju ke kamar mandi.D
“Dia masih terus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian mendiang istrinya. Jadi setiap malam dia selalu mimpi kecelakaan itu.” Mami Neta mengembuskan napasnya yang terasa berat. Mengingat bagaimana anaknya begitu tersiksa dengan mimpinya itu.Akhirnya Isha tahu mimpi buruk apa yang dialami Danish. Karena selama ini Danish tidak pernah mengatakannya.“Apa dia masih mengigau saat malam hari?” Mami Neta menatap Isha. Sejenak Isha memikirkan pertanyaan itu. Isha pernah melihat Danish yang mengigau saat tidur. Yaitu saat di hotel. Namun, semalam dia tidak mendengar Danish yang mengigau saat tidur.‘Tidak mungkin jika aku tidak mendengar dia mengigau. Apalagi semalam dia tidur di tempat tidur bersamaku.’ “Sha.” Mami Neta menepuk bahu Isha karena menantunya itu tidak kunjung menjawabnya.“Iya, Mi.” Isha tersadar dari lamunannya itu. Kemudian menatap mertuanya. “Danish sudah tidak mimpi buruk lagi. Mami tidak perlu khawatir.” Isha mencoba menangkan sang mertua. Dia menebak jika semalam D
Mendapati pertanyaan itu Danish terdiam sebentar. Menimbang jawaban apa yang pas untuk jawab.“Tidak.” Danish akhirnya menjawab apa adanya.Mendengar itu tentu saja membuat Isha senang. Artinya keadaan Danish sudah lebih baik. “Jadi selama ini Pak Danish sudah tidak mimpi buruk lagi?” tanyanya memastikan.“Bukan selama ini, tetapi semalam saja.” Danish mengatakan apa adanya.“Oh … hanya semalam saja.” Isha tidak berpikir apa-apa. Hanya berpikir mungkin Danish mulai tidak mimpi buruk lagi.“Apa kamu sudah selesai bertanya?” Danish merasa jika Isha tidak punya pertanyaan lagi dari tanggapan yang diberikan.“Sudah, Pak.” Isha menggeleng.Mendapati jawaban itu, Danish segera masuk ke kamarnya. Isha pun melanjutkan langkahnya ke lantai atas setelah mendapatkan jawaban dari Danish.****Isha memoles wajahnya dengan krim wajah sebelum tidur. Perawatan rutin yang dilakukan itu untuk menjaga kulitnya tetap sehat. Setelah memastikan skin care rutinnya sudah selesai, Isha segera naik ke tempat t
“Apa kamu keberatan?”Tidak dipungkiri jika Isha juga menikmati tidur bersama Danish. Pelukan Danish memberikan kehangatan dan ketenangan yang tidak pernah didapatkan. Entah karena kerinduannya akan sebuah kehangatan atau alasan lain, Isha tidak tahu. Namun, dia menikmati pelukan itu.“Saya tidak keberatan. Jika itu baik untuk Pak Danish kenapa tidak.” Akhirnya Isha mengizinkan Danish untuk tidur di kamarnya. “Lagi pula jika Pak Danish tidur di sini, bukankah akan lebih baik. Jadi kita akan segera punya anak.” Isha mengulas senyumnya tipis. Keputusannya sepertinya memang tidak salah. Karena dengan begitu mereka akan segera punya anak jika terus bersama.“Kamu benar juga. Tidak ada salahnya jika kita tidur bersama. Dengan begitu kita bisa segera punya anak.” Danish merasa ide Isha cukup pas. “Kalau begitu ayo kita buat anak lagi.” Danish pun menarik tubuh Isha.“Kemarin kita sudah melakukannya, dan sekarang bukan jadwalnya melakukan.” Isha mendorong tubuh DanishDanish mendesah kasar.
“Saya sedang tidak merayu.” Isha mengelak apa yang dikatakan Danish.Jika Isha merayu pun Danish tidak akan keberatan sama sekali. Danish menatap lekat wajah sang istri. Saat memerhatikan Isha, dia melihat wajah Isha begitu cantik tanpa riasan. Danish membelai lembut wajah Isha.“Kamu cantik.” Danish tanpa ragu memuji Isha.Hati Isha jelas menghangat ketika Danish memujinya. Senyum manis menghiasi wajahnya. “Apa kini giliran Pak Danish yang merayu?” tanya Isha.“Anggap saja iya.” Danish mendaratkan kecupan di bibir Isha. Menikmati bibir manis Isha.Isha menikmati ciuman yang diberikan Danish. Untuk sesaat dia larut dalam ciuman tersebut. Namun, selang beberapa saat, dia melepaskan ciuman tersebut.“Ini bukan jadwalnya.”“Peduli apa dengan jadwal.” Danish kembali mendaratkan ciuman.Ketika hasrat sudah menggebu. Dia tak peduli kapan harus melakukannya. Apalagi Isha begitu menggoda sekali. Tak bisa dia melewatkan istrinya begitu saja.Malam itu tentu saja dimanfaatkan Danish dan Isha un
“Iya, apa kamu pikir aku sedang main-main?” Danish menatap Isha kesal.Isha benar-benar bingung dengan sikap Danish yang aneh itu. Tiba-tiba sekali Danish ingin toko bersamanya.“Nish, di sini sempit, bagaimana mau makannya.” Dino yang melihat tempat sempit-langsung melayangkan protes.“Kamu makan saja di mobil.” Danish mengambil jalan tengah.Dino hanya bisa pasrah. “Begini kalau orang jatuh cinta, jadi bodoh,” gumam Dino kesal.“Kamu bilang apa?” Danish menatap Dino yang bergumam tidak jelas.“Tidak-tidak.” Dino langsung menggeleng.Melihat Danish yang tampak serius, Isha tidak bisa melarang. “Ina, kamu beli lagi saja. Itu biar aku yang makan. Pak Danish biar makan punyaku. Tolong sekalian pesankan untuk Pak Dino.” Isha menatap Ina.“Baiklah.” Ina memberikan satu piring yang harusnya dimakan olehnya pada Isha. “Pak Dino tunggu saja di mobil. Nanti saya antarkan.” Ina menatap Dino.Dino mengangguk. Kemudiaan mengayunkan langkahnya ke mobil. Meninggalkan Isha dan Danish.Kini tinggal
Isha tidak menyangka jika ucapannya didengar oleh Danish. Dia pikir Danish tidak akan mendengarnya. “Saya tidak bicara apa-apa.” Isha mengelak, tetapi seraya berlari. Menjauh dari Danish karena takut dengan Danish. Melihat Isha yang lari, Danish yakin jika Isha mengatakan dirinya jelek. Tak tinggal diam, Danish segera mengejar Isha. “Jangan lari kamu Isha.” Danish langsung mengejar Isha. Isha berlari sekencang mungkin untuk menghindari Danish. Dia tidak mau sampai ditangkap oleh Danish. Isha berlari ke ruang tamu. Berusaha untuk menghindar dari Danish. “Apa yang kamu katakan tadi?” Danish menatap Isha. Isha dan Danish terpisah dengan meja yang berada di ruang keluarga. Setiap Danish bergerak mendekat, Isha bergerak menjauh. Isha memasang mata awas karena takut tiba-tiba Danish menangkapnya. Isha melihat celah untuk lari ke kamarnya. Jadi dia berusaha untuk mengelabuhi Danish dengan jalan ke sebelah kiri, tetapi aslinya ke kanan. Sayangnya, Isha salah prediksi. Danish lebih tahu