Tadi Pagi….Danish tidur begitu pulas. Dia yang bekerja seharian membuat begitu pulas tertidur setelah mendapatkan kenikmatan. Kelelahan yang dirasakan Danish ternyata mengantarkannya tidur di kamar Isha.Saat merasakan sebuah pelukan, hati Danish begitu tenang. Hal itu membuatnya merasa semakin nyaman saat tidur. Namun, ketika menyadari jika dirinya selalu tidur sendiri di kamar, pikirannya melayang memikirkan siapa gerangan yang tidur di sampingnya.Seketika Danish membuka mata. Hal pertama yang dilihatnya adalah seseorang yang sedang memeluknya. Danish memikirkan siapa gerangan yang memeluknya itu.‘Semalam aku baru saja melakukan dengan Isha. Jadi ini adalah Isha.’ Danish menebak siapa yang sedang memeluknya itu.Rasa penasaran itu mengantarkan Danish mengecek. Menyibak rambut yang menutupi wajah. Benar saja dugaanya. Saat rambut disibak, ternyata benar-benar Isha yang sedang memeluknya. Danish mengingat jika semalam setelah melakukan hubungan intim, dia langsung tertidur. Kelelah
Danish menatap Isha ketika makan. Dia memikirkan apa yang diucapkan Dino. Di mana Dino menyarankan untuk tidur dengan Isha lagi untuk memastikan apakah benar jika mimpi buruknya tidak akan menghampiri lagi. Namun, Danish tidak punya alasan untuk tidur di sekamar dengan Isha. Lagi pula Danish gengsi jika harus tidur dengan Isha tanpa alasan. “Pak Danish kenapa menatap saya seperti itu?” Isha merasa aneh ketika dipandang Danish terus menerus. “Kamu terlalu percaya diri. Aku hanya melihat sofa di ruang keluarga yang sudah memudar. Sepertinya besok aku harus minta orang IZIO mengantarkan sofa baru.” Bukan Danish namanya jika mengaku begitu saja dengan apa yang dilakukan. Apalagi ini menyangkut harga dirinya. Isha langsung memutar tubuhnya untuk melihat sofa yang berada di ruang tamu. Saat melihat sofa tersebut. Menurutnya sofa masih bagus. Tidak harus diganti. Namun, Isha sadar jika yang berada di hadapannya pengusaha kaya raya. Jadi ganti sofa sebelum rusak bukanlah hal yang aneh. Me
“Di kamar ini.”Isha langsung mengalihkan pandangan pada sofa yang berada di dekat jendela. Kemudian mencoba untuk mendudukkan tubuhnya di sana. Merasakan seberapa empuk sofa itu.“Sepertinya nyaman.” Isha mengomentari sofa yang sedang didudukinya itu.“Apa kamu sedang berpikir jika kamu akan tidur di situ?” Danish melihat jelas jika Isha sedang menjajal sofa. Jadi dia menebak apa yang sedang dipikirkan Isha.“Iya, memangnya saya mau tidur di mana jika bukan di sofa ini.” Isha menyindir Danish. Mengingat bagaimana sewaktu di hotel Danish memintanya untuk tidur di sofa. “Kamu akan tidur di tempat tidur bersamaku.” Danish menjawab sambil menatap tempat tidur milikinya. Memberitahu di mana Isha akan tidur malam ini.Isha membulatkan matanya ketika mendengar ucapan Danish. Setahunya Danish tidak pernah mau tidur dengannya. Namun, tiba-tiba Danish meminta dirinya tidur bersamanya.“Apa Pak Danish yakin kita tidur bersama?” Isha memastikan kembali.“Jelas yakin. Karena aku tidak mau mami
Isha memutar tubuhnya ketika merasa pegal. Sejak tadi dia tidur dengan membelakangi Danish. Hal itu membuat tangannya terasa sakit. Isha yang tak sadar saat tidur pun meraih apa yang berada di depannya. Kemudian memeluknya. Dia mengira jika itu adalah guling di kamarnya. Jadi dia memeluknya erat. Kehangatan yang tercipta karena pelukan itu pun membuat Isha semakin nyenyak tertidur. Danish yang pulas tertidur pun tidak menyadari pelukan tersebut. Dia menikmati pelukan Isha yang begitu eratnya. Danish merasakan ada sesuatu yang menempel di tubuhnya. Hal itu membuatnya membuka mata. Hal pertama yang dilihatnya adalah Isha yang sedang memeluknya. Istrinya itu menempel di dadanya seperti tentakel. Danish ingin menolak pelukan itu, tetapi dia memikirkan jika waktu itu Isha juga memeluknya. Jadi kali ini dia harus membiarkan Isha memeluknya. Danish mengalihkan pandangan. Waktu menunjukan jam sebelas. Artinya dia baru tidur selama satu jam. Karena tadi dia tidur jam sepuluh malam. Pelukan
Saat mendapati pertanyaan balik itu, Danish tersadar jika dia baru saja mengatakan kalimat yang tidak diharapkan keluar dari mulutnya.“Terima kasih karena kamu sudah tidak berisik.” Danish menjawab seraya menjatuhkan tubuhnya di sisi tempat tidur.Isha sebenarnya berharap Danish berterima kasih atas kenikmatan yang baru saja diberikan, tetapi ternyata tidak.Isha melihat Danish yang merebahkan tubuhnya di sampingnya. Dia memerhatikan dengan seksama wajah suaminya itu. Walaupun kecewa, tetapi bagi Isha apa yang dilakukan Danish sudah lebih baik. Dari pada tidak ada ucapan terima kasih sama sekali.“Jangan melihatku terus menerus. Pergilah mandi sana!”Mendengar suara Danish itu, Isha terkejut. Dia pikir Danish tidur. Ternyata pria itu hanya memejamkan matanya saja.“I-iya.” Isha menjawab dengan sedikit gugup.Dengan segera Isha menyibak selimutnya. Bangun dari posisi tidurnya. Mengambil pakaian miliknya yang berserakan di lantai. Tanpa berlama-lama, dia segera menuju ke kamar mandi.D
“Dia masih terus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian mendiang istrinya. Jadi setiap malam dia selalu mimpi kecelakaan itu.” Mami Neta mengembuskan napasnya yang terasa berat. Mengingat bagaimana anaknya begitu tersiksa dengan mimpinya itu.Akhirnya Isha tahu mimpi buruk apa yang dialami Danish. Karena selama ini Danish tidak pernah mengatakannya.“Apa dia masih mengigau saat malam hari?” Mami Neta menatap Isha. Sejenak Isha memikirkan pertanyaan itu. Isha pernah melihat Danish yang mengigau saat tidur. Yaitu saat di hotel. Namun, semalam dia tidak mendengar Danish yang mengigau saat tidur.‘Tidak mungkin jika aku tidak mendengar dia mengigau. Apalagi semalam dia tidur di tempat tidur bersamaku.’ “Sha.” Mami Neta menepuk bahu Isha karena menantunya itu tidak kunjung menjawabnya.“Iya, Mi.” Isha tersadar dari lamunannya itu. Kemudian menatap mertuanya. “Danish sudah tidak mimpi buruk lagi. Mami tidak perlu khawatir.” Isha mencoba menangkan sang mertua. Dia menebak jika semalam D
Mendapati pertanyaan itu Danish terdiam sebentar. Menimbang jawaban apa yang pas untuk jawab.“Tidak.” Danish akhirnya menjawab apa adanya.Mendengar itu tentu saja membuat Isha senang. Artinya keadaan Danish sudah lebih baik. “Jadi selama ini Pak Danish sudah tidak mimpi buruk lagi?” tanyanya memastikan.“Bukan selama ini, tetapi semalam saja.” Danish mengatakan apa adanya.“Oh … hanya semalam saja.” Isha tidak berpikir apa-apa. Hanya berpikir mungkin Danish mulai tidak mimpi buruk lagi.“Apa kamu sudah selesai bertanya?” Danish merasa jika Isha tidak punya pertanyaan lagi dari tanggapan yang diberikan.“Sudah, Pak.” Isha menggeleng.Mendapati jawaban itu, Danish segera masuk ke kamarnya. Isha pun melanjutkan langkahnya ke lantai atas setelah mendapatkan jawaban dari Danish.****Isha memoles wajahnya dengan krim wajah sebelum tidur. Perawatan rutin yang dilakukan itu untuk menjaga kulitnya tetap sehat. Setelah memastikan skin care rutinnya sudah selesai, Isha segera naik ke tempat t
“Apa kamu keberatan?”Tidak dipungkiri jika Isha juga menikmati tidur bersama Danish. Pelukan Danish memberikan kehangatan dan ketenangan yang tidak pernah didapatkan. Entah karena kerinduannya akan sebuah kehangatan atau alasan lain, Isha tidak tahu. Namun, dia menikmati pelukan itu.“Saya tidak keberatan. Jika itu baik untuk Pak Danish kenapa tidak.” Akhirnya Isha mengizinkan Danish untuk tidur di kamarnya. “Lagi pula jika Pak Danish tidur di sini, bukankah akan lebih baik. Jadi kita akan segera punya anak.” Isha mengulas senyumnya tipis. Keputusannya sepertinya memang tidak salah. Karena dengan begitu mereka akan segera punya anak jika terus bersama.“Kamu benar juga. Tidak ada salahnya jika kita tidur bersama. Dengan begitu kita bisa segera punya anak.” Danish merasa ide Isha cukup pas. “Kalau begitu ayo kita buat anak lagi.” Danish pun menarik tubuh Isha.“Kemarin kita sudah melakukannya, dan sekarang bukan jadwalnya melakukan.” Isha mendorong tubuh DanishDanish mendesah kasar.