Isha menebak jika itulah yang membuat Danish tidak mau menyetir lagi. Mungkin ada trauma yang begitu besar yang dirasakan oleh Danish.
Suara ketukan pintu membuat Isha, Luel, dan Ve mengalihkan pandangan pada pintu. Karena tidak ada yang berdiri, Isha langsung berdiri. Saat membuka pintu, ada Danish.
“Ini.” Danish memberikan satu kantung besar kentang dan tiga minuman yang baru saja diantar kurir makanan. Sengaja Danish membelikan makanan untuk keponakan dan istrinya untuk menemani menonton film.
“Terima kasih.” Isha segera menerima makanan dan minuman yang diberikan Danish baru saja itu.
Isha segera membawa makanan tersebut ke dalam ruangan. Bergabung dengan keponakan suaminya itu. Dia memberikan makanan pada Luel dan juga Ve.
“Uncle memang selalu baik.” Ve mengulas senyum seraya menerima minuman dari Isha.
“Aunty adalah wanita beruntung yang mendapatkan Uncle Danish.&rdqu
Pagi ini Isha begitu bersemangat sekali. Apalagi dia akan ke penjara untuk menjenguk Abra. Pagi-pagi Isha sudah sibuk memasak. Tepat jam enam pagi semua masakan yang dibuatnya sudah siap. Isha tinggal membereskan cucian kotor saja.âKamu sudah seperti buat catering, sepagi ini sudah selesai.âDanish yang melihat Isha sibuk di dapur pun merasa heran. Padahal jadwal berkunjung jam sepuluh, tetapi pagi-pagi Isha sudah selesai memasak.âSaya terbangun pagi, jadi memilih memasak saja.âBegitu senangnya Isha akan bertemu dengan Abra. Sampai-sampai, dia bangun lebih awal. Tak sabar untuk bertemu Abra.âTapi, tidak apa-apa. Karena makanan sudah siap. Kamu bisa langsung ikut pagi ini bersama aku dan Dino. Jadi Dino tidak perlu bolak-balik mengantar aku dan kembali menjemputmu.âDanish merasa jika justru apa yang dilakukan Isha justru menguntungkan baginya. Jadi dia merasa senang-senang saja Isha sudah selesai masak pagi-pagi.âJadi maksud Pak Danish, saya ikut Pak Danish ke kantor?â Isha memas
Isha tidak menyangka Abra akan mengatakan hal itu. Tidak terlintas di pikiran Isha sama sekali jika dia akan melakukan hal itu. Dia juga berharap bisa segera hamil dan kembali pada Abra. Namun, mau bagaimana lagi jika Tuhan masih belum berkehendak.âKak, aku sudah berjuang sejauh ini untuk membebaskan kamu. Bagaimana bisa kamu bilang aku mengulur waktu?â Air mata Isha tak tertahan lagi. Kata-kata Abra terlalu menyakitkan.Abra mengusap wajahnya. Dia tahu bagaimana perjuangan Isha, tetapi keinginannya sudah tidak terbendung. Dia ingin sekali segera keluar.âSha, maafkan aku. Aku hanya ingin cepat keluar. Aku benar-benar sudah tidak tahan di sini.â Abra mencoba membujuk Isha. Berusaha untuk memberikan pengertian pada Isha.âAku tahu Kak Abra ingin cepat keluar dari sini. Aku pun sedang berusaha keras untuk segera hamil agar Kak Abra bisa keluar. Jadi jangan membuat aku tertekan dengan terus marah ketika tidak ada kehamilan terjadi.â Isha terus menangis. Bagaimana Abra menekannya untuk t
Isha melihat jika Danish mengetahui niatnya. Jadi tidak ada alasannya untuk berbasa-basi lagi. âSaya ingin ke dokter kandungan untuk mengecek rahim saya.â Isha pun langsung menyampaikan apa yang diinginkannya.âMemang kenapa rahimmu?â Danish merasa aneh dengan keinginan Isha yang tiba-tiba. Seingatnya Isha sudah memeriksakan kandungannya waktu hendak menikah, dan tidak ada masalah sama sekali dari kandungan Isha.âSaya ingin memeriksakan rahim agar lebih yakin jika saya sehat.âDanish menimbang apa yang dikatakan Isha. Sebenarnya baginya tidak masalah jika Isha mengecek rahimnya. Justru itu bagus, agar mereka tahu kenapa tidak kunjung memiliki anak.âBaiklah, pergilah untuk melakukan pemeriksaan.â Danish akhirnya mengizinkan.Isha merasa lega karena akhirnya Danish mengizinkannya. Dengan begitu dia akan tahu kenapa dia tidak kunjung hamil.âApa masalahnya sudah selesai?â Danish menatap Isha.âIya, silakan makan.â Isha mempersilakan Danish untuk memakan masakan yang dibuatnya itu.****
âItu jadwal khusus untuk kita.â Isha menjelaskan pada suaminya itu.Danish masih merasa bingung. Jadwal khusus apa yang dimaksud istrinya itu.Isha melihat jelas wajah bingung Danish. Hal itu membuat Isha mendekatkan wajahnya. Untuk sejenak Danish terpaku ketika istrinya itu mendekat ke arahnya.âItu jadwal kita harus melakukan hubungan intim.â Isha berbisik pada Danish. Menjelaskan secara rinci kertas apa itu.Danish langsung meraih kertas tersebut. Kemudian melihat kertas apa itu. Ternyata terdapat tanggal di dalam kertas tersebut. Ada tanda yang diberikan di beberapa tanggal. Danish yakin itu adalah hari di mana mereka diminta untuk melakukan hubungan intim.âSeminggu tiga kali,â batin Danish.Entah kenapa hatinya tiba-tiba senang ketika mendapatkan jadwal hubungan intim dengan Isha. Mengingat sebulan lalu dia tersiksa karena hanya sekali, kini dia suguhkan dengan jadwal yang begitu menguntungkan baginya.âKita akan lakukan.â Danish memberikan kertas itu lagi pada Isha.Isha sediki
Danish mengingat alarm apa yang berbunyi barusan. Dia tidak pernah menyalakan alarm di jam seperti ini. Tentu saja itu membuatnya bingung. Danish berpikir keras alarm apa sebenarnya yang baru saja menyala. Hingga akhirnya dia mendapati jika alarm itu adalah alarm untuk berhubungan intim dengan Isha. Mendapati alarm apa itu, seketika Danish memandang Isha.Isha yang mendapati tatapan Danish hanya bisa menelan salivanya. Dia menyadari jika alarm tersebut dirinya yang membuat. Isha juga tahu alarm apa itu yang menyala.âAlarm tidur.â Danish menatap sang mami.âSejak kapan kamu tidur jam segini?â Nesha mengomentari saudara kembarnya itu. Tidak biasanya Danish tidur lebih awal.âSadarlah jika kita semakin tua. Jadi harus hidup sehat dengan tidur cukup.â Danish tentu saja bisa menjawab setiap ucapan saudara kembarnya itu.âKamu saja yang tua, aku belum.â Nesya tertawa kemudian mengalihkan pandangan pada suaminya. âBenarkan, Sayang?â tanyanya.Sang suami hanya mengangguk-anggukkan kepalanya
âAlarm untuk mengingatkan aku untuk berhubungan intim.âMendapati jawaban itu membuat Dino terkejut. Ada-ada saja temannya itu memakai alarm untuk melakukan hubungan intim.âDokter memberikan jadwal pada Isha sewaktu dia pergi ke rumah sakit. Jadi akhirnya aku melakukannya sesuai jadwal dokter.â Danish menjelaskan sambil tersenyum lebar.âDari senyummu sepertinya kamu yang diuntungkan.â Dino melihat jelas bagaimana wajah semringah Danish.âIni seperti, ibarat aku belum sampai kehausan sudah diberikan minum. Bagaimana aku tidak senang?â Danish langsung tertawa terbahak ketika mengucapkan hal itu.Dino memaklumi jika Danish cukup lama menduda. Kini saat sudah ada wanita di depannya, tentu saja itu adalah hal yang menguntungkan. Terlepas dari tujuan dia yang ingin punya anak.Akhirnya mobil sampai juga di rumah. Danish segera turun dari mobil. Sebelum ke kamar Isha, Danish memilih untuk ke kamarnya lebih dulu. Membersihkan tubuhnya lebih dulu sebelum menjamah sang istri.Danish ke kamar
Tadi PagiâŚ.Danish tidur begitu pulas. Dia yang bekerja seharian membuat begitu pulas tertidur setelah mendapatkan kenikmatan. Kelelahan yang dirasakan Danish ternyata mengantarkannya tidur di kamar Isha.Saat merasakan sebuah pelukan, hati Danish begitu tenang. Hal itu membuatnya merasa semakin nyaman saat tidur. Namun, ketika menyadari jika dirinya selalu tidur sendiri di kamar, pikirannya melayang memikirkan siapa gerangan yang tidur di sampingnya.Seketika Danish membuka mata. Hal pertama yang dilihatnya adalah seseorang yang sedang memeluknya. Danish memikirkan siapa gerangan yang memeluknya itu.âSemalam aku baru saja melakukan dengan Isha. Jadi ini adalah Isha.â Danish menebak siapa yang sedang memeluknya itu.Rasa penasaran itu mengantarkan Danish mengecek. Menyibak rambut yang menutupi wajah. Benar saja dugaanya. Saat rambut disibak, ternyata benar-benar Isha yang sedang memeluknya. Danish mengingat jika semalam setelah melakukan hubungan intim, dia langsung tertidur. Kelelah
Danish menatap Isha ketika makan. Dia memikirkan apa yang diucapkan Dino. Di mana Dino menyarankan untuk tidur dengan Isha lagi untuk memastikan apakah benar jika mimpi buruknya tidak akan menghampiri lagi. Namun, Danish tidak punya alasan untuk tidur di sekamar dengan Isha. Lagi pula Danish gengsi jika harus tidur dengan Isha tanpa alasan. âPak Danish kenapa menatap saya seperti itu?â Isha merasa aneh ketika dipandang Danish terus menerus. âKamu terlalu percaya diri. Aku hanya melihat sofa di ruang keluarga yang sudah memudar. Sepertinya besok aku harus minta orang IZIO mengantarkan sofa baru.â Bukan Danish namanya jika mengaku begitu saja dengan apa yang dilakukan. Apalagi ini menyangkut harga dirinya. Isha langsung memutar tubuhnya untuk melihat sofa yang berada di ruang tamu. Saat melihat sofa tersebut. Menurutnya sofa masih bagus. Tidak harus diganti. Namun, Isha sadar jika yang berada di hadapannya pengusaha kaya raya. Jadi ganti sofa sebelum rusak bukanlah hal yang aneh. Me
Tanpa terasa Dario sudah sebelas bulan. Dia susah mulai berdiri-diri. Berpegangan beberapa barang yang ada di sekitarnya. Pagi ini, dia bermain dengan sang mami dan papinya di taman belakang. âMinggu depan pembukaan toko. Apa yang harus aku persiapkan?â Pembangunan toko milik Isha, akhirnya selesai juga. Walaupun sedikit meleset dari perkiraan, tapi tidak banyak kendala yang terjadi. âTidak perlu menyiapkan apa-apa. Siapkan dirimu saja. Aku sudah siapkan semua.â Danish selalu ingin yang terbaik untuk istrinya. âTerima kasih.â Isha merasa sangat beruntung sekali karena sang suami selalu mempermudah semuanya. Danish memegangi Dario yang sedang berdiri. Karena senangnya berdiri-diri, anaknya itu memang selalu meminta untuk berdiri. Saat sedang berpegangan pada sang papi, tiba-tiba Dario melepaskan tagannya yang berpegang pads sang papi. Danish dan Isha tampak terkejut ketika melihat hal itu. âRio ....â Isha memanggil anaknya itu. Dario yang dipanggil pun segera mengayunkan langkah
âAaaccchhh ....âSuara indah yang keluar dari mulutnya keduanya menandakan jika pelepasan sempurna didapat oleh keduanya.Tubuh Danish seketika lemas dan terjatuh di atas tubuh sang istri. Mengatur napas yang terengah-engah.Isha pun merasakan hal yang sama. Tubuhnya lelah dan butuh waktu untuk beristirahat. Mengatur napasnya yang seperti baru saja lari kiloan meter.Butuh waktu beberapa saat untuk mengembalikan tenaganya. Hingga akhirnya, membersihkan diri.****Isha dan Danish memutuskan pulang saat sore hari. Seharian mereka memanfaatkan waktu untuk mencari kenikmatan. Melepaskan hasrat yang terpendam beberapa bulan.âAku malu sekali mau pulang.â Tiba-tiba saja Isha merasakan hal itu.âBersikaplah tenang. Nanti mereka akan curiga jika kamu bersikap seperti itu.âIsha bersikap tenang seperti yang suaminya katakan. Dia tidak mau membuat kakak iparnya curiga.Mereka sampai di rumah. Tampak mobil Liam-suami Loveta sudah di depan rumah. Isha dan Danish berusaha untuk tenang seperti tida
Pagi-pagi Loveta sudah sampai di rumah Danish. Semalam, dia dikabari oleh adiknya itu untuk membantu menjaga Dario. âKak Loveta.â Isha menyapa kakak iparnya itu. âMana Iyoo?â Loveta senang sekali karena akhirnya diminta jaga keponakannya. âBaru saja tidur, Kak.â Isha segera mempersilakan kakak iparnya untuk masuk ke rumah. Menyajikan teh sambil menunggu Danish bersiap. Beberapa saat kemudian, Danish keluar dari kamarnya. Kemudian menghampiri sang istri. âKak Lolo sudah datang, kalau begitu ayo pergi.â Danish menatap istrinya. Isha masih diam. Dia masih tidak enak sekali dengan kakak iparnya karena harus menjaga sang anak. âSudah, kalian pergi saja. Serahkan anak kalian padaku.â Loveta berusaha untuk meyakinkan adik iparnya. Saat mendapati ucapan itu, Isha segera bersiap untuk meraih tasnya yang berada di sofa ruang keluarga. âTitip Rio yang, Kak.â Sebelum berangkat dia menitipkan lagi anaknya. âIya.â Loveta mengangguk. Isha dan Danish segera pergi. Danish mengendarai mobiln
Levon dan Luel semakin nyaman menjalani hubungan setelah mendapatkan restu. Perjalanan masih panjang untuk hubungan mereka ke jenjang serius. Mereka lebih memilih untuk menikmati hubungan. Apalagi mereka harus fokus pada kuliah mereka.Isha semakin nyaman menikmati perannya sebagai ibu rumah tangga. Anaknya semakin gembul sekali. Apalagi sang anak minum ASI.Kehadiran Dario membuat rumah menjadi ramai. Keluarga sering datang ke rumah untuk bertemu Dario. Mulai Nessia, Loveta, atau pun Mami Neta.Seperti hari ini, Loveta datang untuk berkunjung. Dia terus bermain dengan Dario.âIyoo ... Iyooo ....â Loveta memanggil keponakannya itu.âMi, namanya Dario, kenapa dipanggil Iyoo?â Ve melemparkan protesnya.âSusah jika dipanggil Dario. Seperti namamu saja. Singkat. Hanya âVeâ.â Loveta menjelaskan pada sang anak.Ve hanya bisa menggeleng heran. Ternyata itulah yang membuat sang mami memanggilnya singkat. Agar lebih mudah.Isha yang mendengar perdebatan itu hanya tersenyum saja.âKak Loveta su
Mendapati pertanyaan sang anak, Dona terdiam sejenak. Memandang Luel.Luel yang melihat mama Levon menunggu jawaban dari wanita itu. Penasaran apa jawaban yang akan diberikan.âIya, Mama tidak marah.â Dona langsung membenarkan apa yang diucapkan oleh Levon.Luel merasa lega sekali mendengar hal itu. Rasanya ketakutan yang dirasakannya menguap.Tok ... tok ....Suara ketukan pintu terdengar. Luel, Levon, dan Dona mengalihkan pandangan merek. Dilihatnya Isha yang mengetuk pintu.âMinumannya aku taruh di meja. Silakan diminum.â Isha melebarkan pintu untuk memberitahu di mana ditaruh minumannya.âTerima kasih, Aunty.â Levon mengangguk.âMama akan ke sana.â Dona menepuk bahu Levon. Kemudian mengayunkan langkahnya keluar.Levon memilih untuk tetap tinggal di kamar Luel. Menemani Luel.Dona segera keluar untuk menikmati teh yang dibuat oleh Isha. Menghargai Isha yang membuatkan minuman.Melihat Dona yang keluar dan Levon yang tetap tinggal di kamar, membuat Isha memutuskan untuk menemani Don
âMakanlah dulu.â Isha memberikan semangkuk bubur pada Luel.âTerima kasih, Aunty.â Luel segera menerima mangkuk yang diberikan. Dengan perlahan dia memakan bubur yang dibuatkan oleh aunty-nya.Isha tidak tega melihat Luel yang sakit. Padahal kemarin dia sudah mengingatkan Luel untuk makan.âApa tidak apa-apa jika tidak mengabari mami dan papimu?â Isha memastikan pada Luel.âIya, Aunty. Tidak perlu. Lagi pula aku sudah lebih baik.â Luel menolak tawaran sang aunty. Takut justru membuat orang tuanya khawatir atau bahkan menyalahkan paman dan bibinya.âBaiklah kalau begitu.â Isha tidak mau memaksa jika Luel tidak mau. âKalau begitu kamu habiskan buburnya. Setelah itu kamu minum obat.âLuel segera memakan bubur yang diberikan oleh Isha. Tak lupa memakan obat dari dokter.âIstirahatlah lagi kalau begitu.â Isha segera meraih kembali mangkuk bubur yang kini sudah kosong.Isha meninggalkan Luel di kamarnya. Memberikan waktu untuk Luel beristirahat. Dia segera turun ke lantai bawah. Menyusul sa
âUncle, tadi Luel pingsan dan sekarang di rumah sakit. Kata dokter dia terkena asam lambung.âMendengar hal itu Danish seketika terkejut. Tadi keponakannya itu berangkat baik-baik saja. Tapi, kenapa tiba-tiba sakit.âKirimkan alamat rumah sakitnya, aku akan ke sana.ââBaik, Uncle.â Levon mengangguk.Akhirnya Danish mematikan sambungan teleponnya.âSiapa yang di rumah sakit?â Isha tampak penasaran sekali. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.âLuel.ââLuel?â Isha membulatkan matanya ketika mendengar jika Luel di rumah sakit. âKenapa dia?â tanyanya ingin tahu.âKatanya dia asam lambung.â Danish menjawab seraya mengambil jaket di dalam lemari.âPasti karena seharian dia tidak makan.â Sejenak Isha teringat dengan hal itu.Mendengar ucapan Danish, dia teringat ucapan Isha. Jika Luel tidak makan sejak pagi.âBisa jadi.â Danish membenarkan.Danish segera bersiap untuk ke rumah sakit. Dia harus mengecek keadaan keponakannya itu.âAku pergi dulu. Kamu baik-baik di rumah.â Danish mendarat
Dona tampak terkejut melihat anaknya dengan seorang gadis. Yang menjadi perhatiannya jika ternyata gadis itu adalah gadis yang ditemuinya tadi di toilet. Dona memerhatikan gadis yang berada di sampingnya itu sedang melingkarkan tangan di lengan sang anak. Jika hanya teman, rasanya Dona yakin bukan. Karena teman tidak mungkin sedekat itu. âMa.â Levon menyapa sang mama.Dona tidak langsung menjawab sapaan itu. Dia memilih memerhatikan gadis di samping sang anak.Levon menyadari hal itu. Mamanya sedang memerhatikan Luel. âMa, kenalkan ini Luel, pacarku.â Dia pun segera memperkenalkan Luel.Pacar? Pikiran Dona melayang memikirkan pacar anaknya. Seingatnya sang anak sedang menjalin hubungan dengan keponakan Danish.âApa dia keponakan Danish?â Dona bertanya dalam hatinya.âLuel?â Sejenak Dona mengingat sesuatu. Beberapa bulan lalu saat anaknya sakit, seorang gadis datang ke rumah sakit. Dona ingat nama gadis itu.âKamu gadis yang ada di rumah sakit waktu itu?â tanya Dona memastikan.âIya,
Luel memilih gaun cukup lama. Hingga membuat Levon menunggu. Karena orang tua Luel sedang pergi, jadi Levon menunggu sendiri. âKak Luel mau pilih yang mana sebenarnya?â Ve merasa jika sedari tadi kakaknya terus memilih gaun tanpa tahu mana yang mau dipakai. âIya, aku bingung. Kasihan Kak Levon sedari tadi menunggu. âIya, sebentar lagi.â Luel mencari gaun. Hingga akhirnya dia mendapatkan gaun tersebut. Tak butuh waktu lama, dia pun mendapatkan gaun yang dicarinya. Gaun hitam dengan payet warna gold. Perpaduan pas untuk pesta malam ini. Tadi juga Luel sudah bertanya pada Levon. Baju warna apa saja yang dimiliki Levon. Hitam dan gold tadi disebut oleh Levon. Jadi tentu saja nanti mereka akan serasi. Saat mendapatkan gaun, segera dia berdandan untuk acara pesta. Dia tak punya banyak waktu. Jadi harus segera bersiap.Tepat jam lima sore akhirnya Luel siap. Segera mereka berangkat. Sebelum ke tempat pesta, Levon mengajak Luel untuk ke kost tempatnya lebih dulu karena dia gantian akan