"Apa menurutmu aku akan percaya begitu saja?'
"Tadi sudah kukatakan 'kan, terserah apakah kamu akan percaya atau nggak, tapi yang jelas, nggak akan ada penawaran lain yang lebih baik lagi dari ini, Ans."Ansia meneguk ludah. Perempuan cantik itu saat ini tengah berperang dengan dirinya sendiri.Satu sisi, bisa dikata dia sudah sedikit percaya dengan semua yang dikatakan oleh Killian, tapi di sisi lain, ingatan soal masa lalunya saat bersama lelaki tampan itu masih begitu membekas dan terasa menyakitkan.Sungguh, tidak ada sedikit pun lagi perasaan cinta Ansia yang tersisa untuk Killian. Dulu dia memang pernah benar-benar jatuh cinta terhadap lelaki tampan bersurai hitam itu, tapi semua hanya menjadi masa lalu. Semua tindakan yang Ansia lakukan saat ini benar-benar murni karena dia mengkhawatirkan kakak kembarnya."Bahkan aku sampai harus berbohong kepada Kakak," bisiknya, menggigit bibir dengan gelisah, teringat dengan saat dulu Aila menanyainya soal siapa sebenarnyaAdelaide, Australia"Apa kamu nggak apa-apa?""Apa maksudmu? Bukankah kamu yang sedang sakit? Lalu kenapa malah bertanya seperti itu padaku?"Aila tersenyum, membelai lengan Sarah yang tidak diinfus. "Jangan terlalu banyak berpikir, Sarah. Fokus saja agar kondisimu segera membaik. Ya?"Ada ekspresi bersalah yang menghiasi wajah perempuan berambut pirang itu. Meremas kedua tangannya sendiri dengan kepala yang sedikit menunduk, Sarah beberapa kali menghela napas berat."Ma-maafkan aku ....""Sudah kukatakan 'kan, kita nggak perlu membahas itu lagi.""Tapi, Aila-""Sst," Aila menempelkan jari telunjuknya ke depan bibir Sarah yang pucat. "A friend never leaves, Sarah.""But I'm not a good friend, Aila.""So you can be it from now on. Hm?"Tidak ada lagi yang bisa Sarah ucapkan. Dengan perasaan penuh haru, dia memandang Aila. Sungguh, dalam hati perempuan bermata biru itu merasa begitu malu.Bagaimana bisa dia mengkhianati seora
"Noah! Let me go!""We need to talk, Princess!""There's nothing more for us to talk about! Moreover, there's no 'us' anymore! It's you and me, not 'us'!!""Princess, please ....""Don't!" tukas Aila, menunjuk Noah dengan tegas. "Don't call me 'princess'. I'm not your princess anymore, Noah. So, don't!!"Mengeratkan rahang, Aila menatap Noah dengan tajam. Saat ini di dalam dirinya ada keinginan yang sangat besar untuk bisa memukul, atau menendang, atau menghajar lelaki yang ada di hadapannya ini. Entahlah, yang jelas dia sangat ingin mengamuk sekarang."Aku ... aku nggak tahu," bisik Noah sangat lirih, memecah kebisuan di antara mereka. "Aku nggak tahu kalau Sarah sedang mengandung. Sungguh, Prince-" Noah terdiam sesaat, menyadari sikap Aila yang langsung menarik napas tajam. "Mak-maksudku, A-Aila. Aku bersumpah kalau aku benar-benar nggak tahu soal itu."Noah mengakhiri kalimatnya dengan diam-diam menggigit lidah. Terasa aneh baginya untuk memanggil Aila langsu
Kenapa Killian bercerai?"Tidak ada yang tahu mengenai penyebab perceraian antara pewaris utama keluarga Ardhana dengan putri keluarga Roxanne.""Pernikahan keduanya berlangsung baru-baru ini dan dilakukan secara tertutup, dengan alasan sebagai privasi keluarga.""Baik dari keluarga Ardhana maupun keluarga Roxanne, tidak ada yang bersedia untuk memberikan pernyataan secara jelas."Aila menggigit bibir, sementara kedua mata abunya sibuk membaca berbagai macam berita yang bergulir di beranda handphone. Sejak sepulangnya dari taman tadi siang, tidak ada yang perempuan cantik itu lakukan selain menatap benda pipih itu untuk berusaha mencari dan membaca berbagai berita dari banyak situs sekaligus."Sayang? Aila?" terdengar suara Lusi menembus pintu kamar, memanggilnya entah untuk yang ke berapa kali karena sudah berjam-jam Aila hanya mengurung diri di dalam kamarnya. "Aila, Mama memanggilmu, lho. Kenapa tidak menjawab, sih, Sayang?"Tidak sabar lagi karena k
"Apa?""Menikahlah denganku," ulang Killian, sekali lagi mencium kedua punggung tangan Aila. "Jadilah pendamping hidupku, Kiska."Aila tidak segera menjawab. Sepasang mata abunya beradu dengan sepasang mata yang segelap langit malam tanpa bintang itu, seolah berusaha mencari kesungguhan hati."Tapi, Ansi-""Sudah kukatakan 'kan, masalah itu sudah kubereskan," potong Killian dengan nada lembut. "Nanti, kalau kalian bertemu, kamu bisa menanyakan segalanya kepada Ansia. Dia pasti akan menjelaskan semua padamu, Kiska."'Penjelasan yang sesuai dengan apa yang aku mau untuk kamu dengarkan,' imbuh Killian dalam hati.Meneguk ludah, dia berusaha mendorong dan mengubur jauh perasaan bersalah yang kerap kali menderanya ini. Bagaimana pun, dia tidak bisa kalau harus kehilangan Aila. Dia benar-benar sudah jatuh hati terhadap perempuan bermata abu itu, dan Killian sanggup melakukan apa pun demi membuat Aila agar tetap bersamanya.He can be the blackest devil or
Sementara itu, di tempat lainBeberapa hari sebelumnyaWiltshire, Inggris"Agh!"Seorang perempuan muda, berambut coklat keabuan tengah mengangkat sebelah kakinya, sementara separuh tubuhnya berbaring miring di atas sebuah meja dan sebelah kaki yang lain berada di tengah himpitan seorang lelaki yang tengah memasukinya saat ini."Aah! Aah! Hngh! Ngh!"Suara desahannya memenuhi kamar, beradu dengan suara decakan dan tumbukan dari kulit basah dua orang yang saling bertabrakan.Ada seorang lelaki yang tetap memakai kemeja, sementara celana panjangnya melorot sampai sebatas bawah lutut, sedangkan perempuan itu nyaris telanjang bulat dan hanya mengenakan lingerie seksi yang sebetulnya tidak terlalu berguna untuk bisa menutupi tubuh bugilnya."Aah! Yes! More! Keep going!" ceracaunya, memasang wajah nikmat, mencoba untuk lebih memancing lelaki yang tengah menjadi pelanggannya saat ini."Hngh! Oh, God!" seru lelaki yang tidak lagi muda itu, yang
Sepasang mata yang segelap langit malam itu terbuka.Killian terdiam beberapa saat, mencoba menyerap keadaan sekitar, sampai kemudian dia teringat tengah berada di mana. Raut wajah yang semula dingin itu pun melembut, saat menemukan sosok mungil yang tengah meringkuk dalam dekapan. Hembusan napas hangat yang teratur menyapu permukaan dada telanjangnya pun menghantarkan berbagai gelenyar menyenangkan ke seluruh tubuh."Kiska," gumamnya dengan nada nyaris memuja, menyadari betapa tenteram hatinya saat ini.Ujung jari Killian bergerak perlahan, menyibakkan beberapa helai rambut Aila yang terjuntai menutupi sebagian wajah, lalu dia selipkan ke balik telinga. Menunduk, lelaki bersurai hitam itu pun mencium puncak kepala perempuan yang sudah berhasil mendapatkan hatinya. Di sana, Killian sengaja diam berlama-lama sebelum kemudian ciumannya turun ke dahi, lalu ke kedua kelopak mata yang tertutup dalam lelap tidur.Semua itu dia lakukan dengan lembut dan berhati-hati, se
Suasana di pukul dua dini hari itu begitu hening. Bahkan karena saking heningnya, suara detak jam dinding pun sampai bisa terdengar jelas.Seekor cecak baru saja merayap dari dinding ke plafon ruang tamu, saat ada sosok tubuh seseorang yang melayang. Seolah dilempar begitu saja dari lantai dua, tubuh itu melambung, membentur dan menabrak-nabrak meja dan juga kursi serta hiasan yang mengisi ruang tamu, sebelum akhirnya jatuh dengan suara derakan yang keras.Arthur mengerang. Sekujur tubuhnya kesakitan, seolah semua tulang sudah patah dan remuk. Punggung pun berderak ketika dia sedikit bergerak, dan ada tusukan tajam serta menyakitkan di bagian dada, membuat pria separuh baya itu berpikiran bahwa ada tulang rusuk dan tulang punggung yang kemungkinan memang mengalami retak."Siapa?!" tanyanya, berusaha memasang suara bentakan di antara nada mengaduhnya. "Siapa kamu? Kenapa kamu berada di dalam kamar tidur keponakanku? Apakah kamu seorang pencuri yang menyusup masuk? Ha?!
Hampir pukul empat dini hari di Adelaide, Australia.Sebuah mobil Bugatti La Voiture berwarna hitam nyaris tidak terlihat sewaktu melesat di jalanan Adelaide yang sepi. Suara mesinnya pun sangat lirih sehingga tidak sampai mengoyak keheningan malam yang masih tersisa.Killian mencengkeram setir mobilnya kuat-kuat. Rahangnya menegang dan sesekali lelaki tampan itu memejamkan kedua matanya dengan raut wajah kaku.Hingga saat ini pun kemarahan lelaki itu belum juga susut, bahkan kalau boleh dikata, malah semakin berkobar. Menarik napas dalam dan menggertakkan rahang, Killian berusaha kuat agar kakinya tidak bablas menjejak pedal gas lebih dalam, yang hanya akan membuat laju mobil Bugatti miliknya melesat semakin cepat.Melirik sekilas, Killian memastikan keadaan Aila yang duduk di kursi penumpang di sebelahnya.Kalau saja tidak ada istrinya itu, pasti sekarang dia akan lebih mengebut lagi. Apalagi, saat pikiran Killian berkecamuk seperti saat ini."F*ck!"