Dante membawa Shia ke sebuah villa yang berada di dekat pantai. Saat tau jika Shia menyukai pantai, Dante membeli sebuah pulau pribadi sebagai salah satu lokasi bulan madu pribadi bersama Shia. Ya. Dante membawa Shia bulan madu disebuah pulau tak berpenghuni yang menjadi miliknya. Mereka berangkat kemarin sore dan tiba dini hari. Keduanya langsung beristirahat di villa dan setelah terbangun di siang hari, Shia langsung meminta Dante mengajaknya berkeliling pulau. “Aku tidak tau jika ada tempat seindah ini” Shia berucap takjub. Pantai yang tampak indah dengan pasir putih dan air laut yang jernih. Sinar matahari yang mulai tinggi namun terasa hangat menyapa kulit mereka "Jadi, apa rencanamu setelah ini?" tanya Shia sambil memandang laut yang tenang. Dante memikirkan sejenak sebelum menjawab “Aku hanya ingin membawamu kesini” Alibi Dante “Kenapa?” “Tidak ada yang spesial. Anggap saja kita sedang bulan madu” “HAH?” Shia kembali bertanya dengan ekspresi syok yang membuat Dante berdec
“Selamat ulang tahun, Love” ucap Dante yang mampu membuat netra biru Shia berkaca-kaca “Kau ingat ulang tahunku?” Ucap Shia lirih, dia bahkan lupa tanggal ulang tahunnya sendiri. Dante memeluk Shia dari belakang, meletakan kepalanya di pundah Shia. Tangan kekarnya melingkari pinggang Shia dengan erat “Bagaimana bisa aku tidak tau tanggal lahir wanita yang kucintai?” Dante bertanya balik. Shia tersenyum tipis lalu menoleh ke samping, kewajah Dante yang berada disebelahnya kemudian memberikan kecupan singkat dipipi pria itu “Terima kasih” Dante tersenyum, matanya bersinar penuh arti ketika melihat Shia. "Sekarang kau genap dua puluh tahun," ucapnya dengan nada yang penuh misteri. Shia, yang selalu cerdas dalam membaca ekspresi orang, merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh senyum Dante Shia mendengus "Memangnya kenapa?" tanyanya dengan nada skeptis. Shia yakin Dante ini pasti ada maunya Dante bertanya dengan santai, seolah-olah hamil adalah hal yang mudah dan wajar. Shia menden
Shia hanya bisa memejamkan mata dengan mengigit bibir bawahnya saat tangan besar Dante menjamah setiap jengkal kulit telanjangnya. Dimulai dari pipi, lalu turun menuju tulang selangka hingga menyentuh dadanya, mencengkram salah satu payudaranya. Sensasi sentuhan Dante membuatnya merinding, dan denyutan getarannya merambat ke seluruh tubuhnya. Jari-jari pria itu kembali bergerak menuju bagian bawah perutnya. Menyelinapkan salah satu jarinya untuk masuk ke dalam diri Shia. "Hugh..." Shia tersentak, terperangkap dalam rangsangan yang membuatnya merasa hidup dan mati di saat yang bersamaan. Dante menyeringai, "I want you so bad, little tigriss." Panggilan itu membuat Shia melihat Dante dengan mata berapi-api, keinginan dan gairah bersinar di dalamnya. Mata biru Shia terbuka menatap Dante yang berbisik di telinganya. Suara berat dan parau menggelitik telinganya, menciptakan gelombang sensasi yang membuatnya semakin terhanyut. "I'll make you mine, completely" lanjut Dante dengan nada pen
Dante merapikan bekas sarapan mereka. Membawa piring dan gelas itu ke arah dapur dan mulai mencucinya dengan wajah bahagia. Setelahnya Dante mencari Shia di ruang tengah. Mata abu-abunya menatap Shia yang duduk di sofa dengan sebuah novel yang dibacanya. “Kau membawa itu dari mansion?” Tanya Dante “Iya” Jawab Shia “Niat sekali” “Karena aku tau jika tidak punya hiburan selain ini” jawab Shia tanpa mengalihkan pandangannya dari novel. Detik selanjutnya Dante secara tiba-tiba berbaring dengan kepala yang diletakan di paha Shia. matanya menatap cover depan novel yang dibaca Shia lalu berkata “Seleramu tetap sama Love, bukankah lebih baik mempraktekan isi buku itu daripada sekedar membacanya” Ucap Dante dengan senyum menyebalkannya Shia mendengus lalu menutup bukunya, mata coklat itu menatap Dante dengan skeptis “Pahaku bukan bantal” “Memang bukan” Jawab Dante “Kepalamu berat, Dante” Bukannya menyingkir Dante justru melingkarkan tangan kirinya pada pinggang Shia lalu menenggelamkan
“Mana suratnya?” Pinta Shia saat keduanya sedang bersantai di depan Villa, menikmati pemandangan laut yang indah di malam hari. “Akan kuberikan besok, Love,” jawab Dante acuh tak acuh, sambil menyesap wine digelasnya “Kau sudah mengatakan itu sejak kemarin, Dante!” Shia berdecak kesal. Pasalnya, sudah tiga hari mereka di pulau ini, namun Dante tetap belum memberikan surat kepemilikan saham Clarikson padanya. Shia merasa dirinya hanya terus melayani gairah besar pria itu, tanpa mendapatkan kepastian apapun dan sebagai jawaban, Dante hanya mengatakan ‘besok... besok dan besok...’ Layaknya janji palsu yang terus menggantung. “Akan kuberikan saat kita kembali ke California,” ucap Dante pada akhirnya, tanpa melihat wajah kesal Shia “Lalu kapan kita kembali?” Terdengar ombak yang menghantam karang di kejauhan, menciptakan suasana tegang di antara mereka. Shia menatap Dante dengan mata biru yang menyorot tajam. “Kau selalu punya alasan, bukan? Kapan kita akan kembali?” “Kau tak perlu t
Ilya menatap Carolina dengan penuh ketidakpercayaan. Nama Costa menggema di telinganya, memicu ingatan akan konflik lama yang melibatkan kelompok mafia itu. "Aku tidak peduli siapa atau apa yang kau wakili. Aku hanya ingin bertemu dengan SXT, dimana pria itu?” Tanya Ilya dengan lantang Carolina tetap tenang, sudut bibirnya menampakan senyuman meremehkan “menggelikan, kau bahkan tidak tau jika orang yang ingin kau temui adalah pemimpinnya. Kau menginginkan perusahaan Clarikson dan kematian Arshia bukan?" Ilya terdiam, menyadari bahwa dia berhubungan dengan orang yang sangat berbahaya, namun sayang Ilya sudah tidak memiliki jalan mundur. Dia bahkan sampai merelakan putrinya sebagai pion. "Tuanku enggan untuk muncul dan menghadapi hama seperti kalian karena dia tau jika kau akan menawarkan putrimu sebagai bayaran untuk membunuh Arshia." Sambung Carolina tepat sasaran, alasan Ilya membawa Lily, putrinya adalah sebagai jaminan keberhasilan rencana mereka Carolina tertawa lagi, kali ini
Milan, Italia Mansion Clarikson “Senang melihatmu disini Shia” Kehadiran Robert di pintu uatama Mansion yang menyambut kedatangan mereka membuat Shia mengernyit bingung. Ada ketegangan yang terasa di udara, seperti sebuah rahasia yang disembunyikan dengan rapat. “Hallo, Dante” ucap Robert dengan senyuman tipis. Matanya menatap Dante yang merangkul pinggang Shia dengan tatapan yang sulit diartikan. “Masuklah,” ajaknya, sambil membuka pintu lebar-lebar. Shia melangkah masuk, merasakan getaran ketidaknyamanan yang terus menyusup ke dalam dirinya. Ia mencoba menyembunyikan kebingungannya di balik senyum tipisnya. “Tenanglah” bisik Dante pada Shia. Namun, Shia tak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada yang tidak beres. Ia memandang sekeliling dengan curiga, mencari petunjuk yang mungkin menjelaskan perubahan Robert yang begitu mendadak. “Aku sudah meminta pelayan menyiapkan makan malam sekaligus bentuk ucapan selamat atas pengangkatan dirimu sebagai presedir” Ucap Robert sambil mena
“Dante...” Dante terkesiap ketika mendengar Shia berseru dengan suara gemetar, “Kemari, Love,” ucap Dante dengan suara lembut, penuh kehangatan. Dia merentangkan lengannya, mengundang Shia masuk dalam dekapannya. Shia tak bisa menahan lagi tangisnya. Dia berlari ke pelukan Dante, dan segera air matanya mengalir deras. Tak ada kata-kata yang diucapkan, namun dalam pelukan itu, Dante memberikan kehangatan dan ketenangan kepada Shia. Sentuhan lembutnya seolah menghapus luka-luka batin yang selama ini Shia sembunyikan. Mereka terdiam sejenak, meresapi kehadiran satu sama lain. Shia kemudian meraih pakaian Dante erat-erat, seolah tak ingin kehilangan jejak keberadaan orang yang kini menjadi pelindungnya. Dante mengangkat Shia dalam gendongannya, menaiki tangga menuju kamar Shia. Pintu kamar mereka terbuka lembut, membiarkan suasana hangat dan damai memenuhi ruangan. Dengan lembut, Dante meletakkan Shia di tempat tidur. Dia menyeka air mata yang masih basah di pipi Shia dengan lembut,
Namanya Zedante Algheri Kingston pria yang kini berusia 41 tahun dengan pesona yang mematikan. Namun, mari kita melangkah lebih jauh ke belakang, ke waktu di mana Dante dan Shia pertama kali bersentuhan dalam perjalanan hidup mereka.***20 tahun yang lalu…Suara pelan lonceng gereja memecah keheningan pagi. Dante turun dari mobil dan membuka pintu untuk ibunya dengan sedikit enggan.“Kau ini! Senyum sedikit, meskipun kau tampan tapi wajahmu yang datar itu menakutkan, jangan sampai teman-temanku takut denganmu” Decak Irena melihat ekspresi putranya yang nampak datar seperti para bodyguard mereka.“Mom yang memaksaku kesini” Ucap Dante dengan datar“Itu karena ayahmu diluar negeri” Ucap Irena, Dia merangkul tangan Dante lalu memasuki gerbang gereja tua yang megah.Namun belum sampai kedepan pintu, Irena melepaskan lengan Dante begitu saja dan meninggalkan Dante sendirian “Kau masuk duluan saja” Ucap Irena lalu melangkah menuju kursi taman gereja dan berbicara dengan seorang biarawati d
“Kau marah Love?” Tanya Dante.Shia melirik sekilas melalui cermin lalu memalingkan pandangannya ke arah lain.“Sekarang aku yakin kau benar-benar marah” Ucap Dante seraya menghela napas panjang. Dante mendekat kearah Shia yang duduk di meja rias sambil memoleskan makeup“Love..” Panggil Dante dengan suara yang amat merduShia tidak merespon, dia hanya fokus memoleskan lipstik di bibirnya. Gaun Navy-nya yang semula berganti menjadi dress satin berwarna hitam gelap dengan beberapa ornamen mengkilat yang menghiasi bagian pinggangnya.“Akh” Shia tersentak ketika Dante menggendongnya ala bridal lalu membawanya keluar kamar.“Masih menolak bicara, Love?” Ucap Dante dengan senyuman lebar.“Dasar pemaksa” gumam Shia tanpa melihat wajah Dante.Dante terkekeh “Kau manis sekali saat kesal seperti ini Love”Shia tetap diam, mengabaikan pandangan Dante. Dia merasa sulit untuk menyembunyikan senyuman kecil di bibirnya meskipun hatinya berbisik untuk tetap marah.“Turunkan, aku bisa jalan sendiri”
“Shh… ahh” Shia meringis antara sakit dan nikmat disatu waktu bersamaan. Shia terduduk diatas meja kerja milik Dante dengan Dante yang berdirii dan terus memompa dirinya dibawah sana.“Dante- Stoph..Eum..” Belum selesai Shia berbicara Dante sudah lebih dulu membungkam bibir SHia dengan lumatan singkat lalu ia menarik diri setelah menyematkan mengecup pipi Shia beberapa kali kemudian lanjut menghentak Shia.Shia mengigit bibirnya, menahan desahan saat milik Dante masuk terlalu dalam di inti tubuhnya. Mata biru itu mentap gaun navy yang sudah tergeletak dan robek disana.“D-dante pestanya belum selesai” Ucap Shia saat Dante memperlambat gerakannya“Hmm.. mereka tidak akan menyadari kita menghilang Love” Ucap Dante dengan suara seraknya “Lihat Love, milikmu benar-benar dirancang sempurna untuk aku masuki” Tambahnya sambil menatap kelamin keduanya yang menyatu.Blush..“Dasar mesum” Shia berucap kesal namun wajah Shia memerah total, Shia mengalihkan pandangannya ke samping. Enggan menatap
Mobil putih itu bergerak dengan memutar di sisi lintasan yang menantang. Shia, dengan mahirnya, mengendalikan setiap gerakan mobilnya dengan presisi yang luar biasa. Asap ban dan deru mesin menciptakan suara yang menggetarkan hati para penonton di arena balap. Dante, yang berada di tepi lintasan, menyaksikan Shia dengan mata abu-abu yang menatap penuh kebanggaan. Meskipun awalnya khawatir, dia tidak bisa menahan kekagumannya melihat keahlian Shia dalam melakukan teknik drifting. Setiap belokan dan putaran roda menjadi sebuah tarian yang memukau. “Bukankah istriku luar biasa Alesio” Ucap Dante dengan bangga pada sang anak yang kini berusia 5 tahun. Alesio mendengus, meskipun masih kecil namun sikap Dante benar-benar menurun persis padanya “Dia mamaku” Dalam setiap belokan tajam dan drift spektakuler, Shia terus menunjukkan keterampilannya. Saingan-saingannya sulit mengejar karena mobil putihnya meluncur dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Suasana menjadi semakin tegang ketika bal
"Melalui proses pemungutan suara yang demokratis, para pemegang saham dengan bulat hati menyetujui penetapan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur, menggantikan almarhum Robert Clarikson sesuai dengan peraturan nomor 2 yang telah diusulkan.”Prok.. Prok.. Prokk..Suara tepuk tangan menggema merayakan keputusan yang baru saja diumumkan.Cahaya sorot lampu panggung memantulkan kilauan di wajah-wajah para pemegang saham yang merasa yakin bahwa pemilihan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur adalah langkah yang tepat.Ronnie Colins, dengan langkah mantap, berdiri di depan podium. Sorot mata yang tajam dan wibawa dalam setiap langkahnya mencerminkan kepercayaan diri yang dimilikinya.Ronnie mengarahkan pandangannya kesegala sisi hingga terhenti pada satu titik. Sudut bibirnya terangkat dengan senyum miring "Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Saya sangat bersyukur dan berkomitmen untuk membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik, sesuai dengan visi dan misi yang tela
Waktu pemulihan yang seolah begitu cepat terasa seperti mukjizat bagi Dante. Shia dan bayi mereka, Alesio, menjadi simbol keajaiban itu. Setelah melewati masa-masa sulit di ruang perawatan intensif neonatal, Alesio kini berada dalam gendongan hangat Shia. Bayi itu tidak lagi terikat pada tabung inkubator.Dante duduk di samping Shia, matanya penuh kekaguman melihat bayi mungil mereka yang sekarang begitu sehat. Alesio dengan rakus meminum ASI dari ibunya, menunjukkan semangat hidup yang mengagumkan."Dia benar-benar rakus, ya?" Dante berkata dengan senyum di bibirnya.Shia hanya mengangguk setuju, mata biru yang terus memperhatikan putranya yang kecil. Keceriaan dan kebahagiaan menyelinap ke wajahnya meskipun kelelahan masih terlihat di matanya."Hidungnya dan bentuk wajahnya mirip sepertimu, Dante" Shia berkata sambil tersenyum lembut, jari telunjuknya menyentuh lembut permukaan wajah Alesio. "Dia pasti akan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dante merasa
Setelah menyelesaikan masalah Ilyana. Hari-hari berikutnya menjadi masa-masa yang sulit bagi Dante. Dia tidak pernah meninggalkan ruangan perawatan Shia, selalu berada di sampingnya setiap saat.“Apa kau tidak lelah tidur terus, Love?” Dante mulai bermonolog“Semua orang yang mengincarmu sudah musnah, kita bisa hidup dengan dalam sekarang” Sambung DanteMeskipun ruangan itu penuh dengan suara perangkat medis dan mesin yang memantau, satu-satunya suara yang Dante dengar adalah detak jantung Shia“Aku merindukanmu Love, dan putra kita membutuhkanmu… Dia sangat kecil hingga aku rasa tubuhnya bisa hancur jika kusentuh.”Ruang perawatan intensif neonatal menjadi tempat yang akrab bagi Dante. Bayi kecil yang ia nama Alessio, terhubung dengan berbagai alat bantu pernapasan dan monitor yang memantau setiap detak jantungnya.Meskipun setelah beberapa minggu, Alessio mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang positif. Detak jantungnya menjadi lebih stabil, dan dia mulai merespons rangsanga
Dante menatap Ilya yang terikat dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Kedua tangannya diborgol dengan rantai yang dingin dan keras. Ruangan gelap itu dipenuhi dengan ketegangan, dan senyuman sinis Ilyana menciptakan aura yang semakin mencekam.“Dante.. Dante..” Ucap Ilyana dengan seringai lebarnya. “Biar kutebak apa Shia sekarat? Atau dia sudah mati?”Plak.Suara tamparan yang keras membuat ruangan itu terdiam sejenak. Dante, tanpa ekspresi wajah, memandang Ilyana dengan tajam. “Jangan sekali-kali menyentuh nama Shia dengan cara seperti itu” ucapnya dengan suara rendah yang penuh dengan ancaman.Ilyana hanya tertawa sinis. “Kau memang selalu terlalu sentimental. Apa yang bisa kau lakukan untuk mencegahku?”Dante menghela nafas, berusaha menahan amarahnya. “Aku sudah memberikan peringatan, Ilyana. Jangan mencampuri Shia dalam permainan kotormu.”Namun, senyuman Ilyana tak kunjung hilang. "Kau tidak bisa menyelamatkannya. Dan tidak ada yang bisa menghentikan rencanaku. Aku sudah mengat
Dante duduk di samping tempat tidur Shia, wajahnya penuh keprihatinan dan kekhawatiran. Dokter keluar dari ruang perawatan dan menghampiri Dante dengan ekspresi serius."Mr. Kingston, kami menemukan sesuatu yang perlu Anda ketahui" ucap dokter nampak tergesa namun penuh kehati-hatian.Dante melirik sang dokter dengan tajam “katakan” Ucapnya"Dalam pemeriksaan lebih lanjut, kami menemukan bahwa Mrs. Kingston memiliki riwayat penyakit jantung. Tidak hanya itu, kami menemukan bahwa dia pernah melakukan operasi jantung" ungkap dokter dengan nada serius.Dante terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. "Operasi jantung?"Seolah paham kebingunan Dante, Dokter menjelaskan lebih lanjut "Beberapa orang memilih untuk menyembunyikan riwayat penyakit mereka, terutama jika itu berkaitan dengan organ vital seperti jantung. Mungkin Mrs. Kingston tidak ingin membuat banyak orang khawatir, terlebih dari data yang kami temukan, operasi itu berlangsung sekitar 7 tahun yang lalu” JelasnyaDante menata