Shia dan Irena melangkah masuk ke butik paling bergengsi di kota Los Angeles. Claire Pottibone, tempat di mana keindahan dan kemewahan bergabung menjadi sebuah karya seni. Cahaya gemerlap lampu gantung kristal menyinari ruangan yang dipenuhi dengan deretan gaun pengantin mewah. Designer ternama dunia madam Claire, menujukan pada mereka deretan gaun terbaik dari seluruh dunia. “Ada yang menarik perhatianmu Shia?” Tanya Irena Meskipun mata Shia dimanjakan dengan keindahan gaun-gaun yang dipajang di sekelilingnya. Tetapi entah mengapa dia tidak merasakan kesenangan disana. Melihat keterdiaman Shia, Irena tersenyum tipis “Ayo, kita bisa mulai mencari gaun yang sempurna untukmu." ajaknya Shia mengikuti Irena ke bagian gaun pengantin, tempat di mana kecantikan dan elegansi menyatu dalam harmoni. Seorang penata rambut dan penata busana pribadi sudah menunggu untuk membantu. "Apa ada desain yang sudah anda bayangkan, Nona?" tanya madam Claire sambil menujukan beberapa rancangan gau
Langit biru terang menjadi latar belakang bagi katedral yang megah, tempat dimana Shia dan Dante memutuskan untuk bersatu dalam ikatan suci pernikahan. Dalam balutan gaun putih yang indah, Shia berjalan di lorong menuju altar diiringi oleh nada-nada indah organ. Dante, mengenakan setelan jas hitam yang elegan, menanti dengan tatapan penuh harap di hadapan imam. Robert menyerahkan tangan Shia yang langsung disambut Dante. Keduanya menghadap pada mimbar dimana seorang imam nampak memulai pemberkatan. “I, Zedante Algheri Kingston, before God and witnesses take you, Arshia Clarikson to be my wife. I promise to be true to you in good times and in bad, in sickness and in health. I will love you honor your all the days of my life” “I do” Jawab Shia lalu dia berucap “I, Arshia Clarikson, before God and witnesses take you, Zedante Algheri Kingston to be my husband. I promise to be true to you in good times and in bad, in sickness and in health. I will love you honor your all the days of my
“APA YANG KAU LAKUKAN SIALAN!” Dia berteriak marah pada Lily “KITA SUDAH HAMPIR MENDAPATKAN DAN KAU MENGACAUKANNYA!!” Lily nampak meringis saat rambutnya dijambak kuat. “Maaf ma… aku tidak tau jika akan jadi seperti ini. harusnya mereka mati karena ledakan itu” lirih Lily “Kau bodoh! Yang kau hadapi bukan orang biasa Lily! Apa kau tidak lihat betapa banyak pengawalan yang mereka miliki!?” “Maaf ma.. maafkan aku” “Hah..” Tante Ilya menetralkan nafasnya. Memikirkan jalan keluar untuk masalah ini. Dia jelas sadar bahwa Dante dan Shia tidak akan tinggal diam. Pertarungan untuk menguasai kekayaan keluarga Clarikson baru saja dimulai, dan pertaruhan semakin tinggi. Terlebih Shia suda mendapatkan persetujuan dari para pemegang saham “Hubungi SXT. Katakan rencana kerja sama itu akan kita lakukan” ucapnya dengan senyum lebar, seolah mendapatkan peluang yang besar. ----- ----- ------ Shia tersenyum miris tidak menyangka jika Tante Ilya yang sudah dianggap layaknya ibu nyatanya hanya mema
Sesosok siluet besar menyelinap masuk ke dalam kamar. Dante, pengatin baru yang datang dengan kondisi tubuh yang sangat kacau. Wajah yang lebam hingga luka disudut bibirnya. Kemeja putihnya ternoda oleh darah, entah itu darah miliknya sendiri maupun darah orang lain. Dante melirik Shia yang tertidur pulas, raut wajahnya nampak sangat kelelahan. Dante hendak melangkah mendekat ke ranjang namun saat sadar dengan kondisinya, dia lebih memilih masuk kedalam kamar mandi, membersihkan dirinya agar layak menyentuh Shia. Dante keluar dari kamar mandi. Netra abu-abu itu kini menatap Shia yang tidur memunggunginya. Dia menghembuskan nafasnya pelan lalu duduk di pinggir ranjang dan mengusap rambut Shia dengan lembut. Jari telunjuknya beralih meraba mulai dari kening, alis, kelopak matanya yang terpejam, hidung hingga bibir pink alami milik Shia. “Maafkan Aku” Gumamnya ‘Maafkan Zedane’ lanjut Dante dalam pikirannya Zedane adalah samaranya di dunia bawah, dunia bagi para kelompok mafia dan seg
Arshia mencoba bangun dari tidurnya, tetapi gerakannya terhenti oleh tangan Dante yang memeluknya erat. Dengan rasa kesal, Shia mencoba melepaskan diri dari pelukan Dante dengan memberikan sedikit tenaga. Ujung jari tangannya melibas urat-urat tangan Dante. Shia bahkan sampai mencubit lengan Dante namun sayangnya pria yang menjadi suaminya nampak tidak merasakan apapun. "Tenagamu cukup besar, Love," suara berat Dante menyentuh telinga Shia. "Tidurlah lagi," tambahnya, hampir seperti sebuah seruan lembut, karena Dante terlihat setengah tertidur. Dengan nada yang sedikit ketus, Shia bertanya, "Jadi siapa pelakunya?" Rasa kesal masih menyelimuti dirinya karena Dante telah melarangnya ikut serta dan malah memberikannya obat bius tadi malam. "Musuhku," jawab Dante dengan suara parau. "Musuh yang mana? Kaukan bilang punya banyak musuh" timpal Shia, melemparkan pertanyaan dengan penuh keingintahuan pada suaminya itu. Percakapan di antara mereka terasa seperti teka-teki yang membuat Shia
Dante membawa Shia ke sebuah villa yang berada di dekat pantai. Saat tau jika Shia menyukai pantai, Dante membeli sebuah pulau pribadi sebagai salah satu lokasi bulan madu pribadi bersama Shia. Ya. Dante membawa Shia bulan madu disebuah pulau tak berpenghuni yang menjadi miliknya. Mereka berangkat kemarin sore dan tiba dini hari. Keduanya langsung beristirahat di villa dan setelah terbangun di siang hari, Shia langsung meminta Dante mengajaknya berkeliling pulau. “Aku tidak tau jika ada tempat seindah ini” Shia berucap takjub. Pantai yang tampak indah dengan pasir putih dan air laut yang jernih. Sinar matahari yang mulai tinggi namun terasa hangat menyapa kulit mereka "Jadi, apa rencanamu setelah ini?" tanya Shia sambil memandang laut yang tenang. Dante memikirkan sejenak sebelum menjawab “Aku hanya ingin membawamu kesini” Alibi Dante “Kenapa?” “Tidak ada yang spesial. Anggap saja kita sedang bulan madu” “HAH?” Shia kembali bertanya dengan ekspresi syok yang membuat Dante berdec
“Selamat ulang tahun, Love” ucap Dante yang mampu membuat netra biru Shia berkaca-kaca “Kau ingat ulang tahunku?” Ucap Shia lirih, dia bahkan lupa tanggal ulang tahunnya sendiri. Dante memeluk Shia dari belakang, meletakan kepalanya di pundah Shia. Tangan kekarnya melingkari pinggang Shia dengan erat “Bagaimana bisa aku tidak tau tanggal lahir wanita yang kucintai?” Dante bertanya balik. Shia tersenyum tipis lalu menoleh ke samping, kewajah Dante yang berada disebelahnya kemudian memberikan kecupan singkat dipipi pria itu “Terima kasih” Dante tersenyum, matanya bersinar penuh arti ketika melihat Shia. "Sekarang kau genap dua puluh tahun," ucapnya dengan nada yang penuh misteri. Shia, yang selalu cerdas dalam membaca ekspresi orang, merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh senyum Dante Shia mendengus "Memangnya kenapa?" tanyanya dengan nada skeptis. Shia yakin Dante ini pasti ada maunya Dante bertanya dengan santai, seolah-olah hamil adalah hal yang mudah dan wajar. Shia menden
Shia hanya bisa memejamkan mata dengan mengigit bibir bawahnya saat tangan besar Dante menjamah setiap jengkal kulit telanjangnya. Dimulai dari pipi, lalu turun menuju tulang selangka hingga menyentuh dadanya, mencengkram salah satu payudaranya. Sensasi sentuhan Dante membuatnya merinding, dan denyutan getarannya merambat ke seluruh tubuhnya. Jari-jari pria itu kembali bergerak menuju bagian bawah perutnya. Menyelinapkan salah satu jarinya untuk masuk ke dalam diri Shia. "Hugh..." Shia tersentak, terperangkap dalam rangsangan yang membuatnya merasa hidup dan mati di saat yang bersamaan. Dante menyeringai, "I want you so bad, little tigriss." Panggilan itu membuat Shia melihat Dante dengan mata berapi-api, keinginan dan gairah bersinar di dalamnya. Mata biru Shia terbuka menatap Dante yang berbisik di telinganya. Suara berat dan parau menggelitik telinganya, menciptakan gelombang sensasi yang membuatnya semakin terhanyut. "I'll make you mine, completely" lanjut Dante dengan nada pen
Namanya Zedante Algheri Kingston pria yang kini berusia 41 tahun dengan pesona yang mematikan. Namun, mari kita melangkah lebih jauh ke belakang, ke waktu di mana Dante dan Shia pertama kali bersentuhan dalam perjalanan hidup mereka.***20 tahun yang lalu…Suara pelan lonceng gereja memecah keheningan pagi. Dante turun dari mobil dan membuka pintu untuk ibunya dengan sedikit enggan.“Kau ini! Senyum sedikit, meskipun kau tampan tapi wajahmu yang datar itu menakutkan, jangan sampai teman-temanku takut denganmu” Decak Irena melihat ekspresi putranya yang nampak datar seperti para bodyguard mereka.“Mom yang memaksaku kesini” Ucap Dante dengan datar“Itu karena ayahmu diluar negeri” Ucap Irena, Dia merangkul tangan Dante lalu memasuki gerbang gereja tua yang megah.Namun belum sampai kedepan pintu, Irena melepaskan lengan Dante begitu saja dan meninggalkan Dante sendirian “Kau masuk duluan saja” Ucap Irena lalu melangkah menuju kursi taman gereja dan berbicara dengan seorang biarawati d
“Kau marah Love?” Tanya Dante.Shia melirik sekilas melalui cermin lalu memalingkan pandangannya ke arah lain.“Sekarang aku yakin kau benar-benar marah” Ucap Dante seraya menghela napas panjang. Dante mendekat kearah Shia yang duduk di meja rias sambil memoleskan makeup“Love..” Panggil Dante dengan suara yang amat merduShia tidak merespon, dia hanya fokus memoleskan lipstik di bibirnya. Gaun Navy-nya yang semula berganti menjadi dress satin berwarna hitam gelap dengan beberapa ornamen mengkilat yang menghiasi bagian pinggangnya.“Akh” Shia tersentak ketika Dante menggendongnya ala bridal lalu membawanya keluar kamar.“Masih menolak bicara, Love?” Ucap Dante dengan senyuman lebar.“Dasar pemaksa” gumam Shia tanpa melihat wajah Dante.Dante terkekeh “Kau manis sekali saat kesal seperti ini Love”Shia tetap diam, mengabaikan pandangan Dante. Dia merasa sulit untuk menyembunyikan senyuman kecil di bibirnya meskipun hatinya berbisik untuk tetap marah.“Turunkan, aku bisa jalan sendiri”
“Shh… ahh” Shia meringis antara sakit dan nikmat disatu waktu bersamaan. Shia terduduk diatas meja kerja milik Dante dengan Dante yang berdirii dan terus memompa dirinya dibawah sana.“Dante- Stoph..Eum..” Belum selesai Shia berbicara Dante sudah lebih dulu membungkam bibir SHia dengan lumatan singkat lalu ia menarik diri setelah menyematkan mengecup pipi Shia beberapa kali kemudian lanjut menghentak Shia.Shia mengigit bibirnya, menahan desahan saat milik Dante masuk terlalu dalam di inti tubuhnya. Mata biru itu mentap gaun navy yang sudah tergeletak dan robek disana.“D-dante pestanya belum selesai” Ucap Shia saat Dante memperlambat gerakannya“Hmm.. mereka tidak akan menyadari kita menghilang Love” Ucap Dante dengan suara seraknya “Lihat Love, milikmu benar-benar dirancang sempurna untuk aku masuki” Tambahnya sambil menatap kelamin keduanya yang menyatu.Blush..“Dasar mesum” Shia berucap kesal namun wajah Shia memerah total, Shia mengalihkan pandangannya ke samping. Enggan menatap
Mobil putih itu bergerak dengan memutar di sisi lintasan yang menantang. Shia, dengan mahirnya, mengendalikan setiap gerakan mobilnya dengan presisi yang luar biasa. Asap ban dan deru mesin menciptakan suara yang menggetarkan hati para penonton di arena balap. Dante, yang berada di tepi lintasan, menyaksikan Shia dengan mata abu-abu yang menatap penuh kebanggaan. Meskipun awalnya khawatir, dia tidak bisa menahan kekagumannya melihat keahlian Shia dalam melakukan teknik drifting. Setiap belokan dan putaran roda menjadi sebuah tarian yang memukau. “Bukankah istriku luar biasa Alesio” Ucap Dante dengan bangga pada sang anak yang kini berusia 5 tahun. Alesio mendengus, meskipun masih kecil namun sikap Dante benar-benar menurun persis padanya “Dia mamaku” Dalam setiap belokan tajam dan drift spektakuler, Shia terus menunjukkan keterampilannya. Saingan-saingannya sulit mengejar karena mobil putihnya meluncur dengan kecepatan yang sulit dipercaya. Suasana menjadi semakin tegang ketika bal
"Melalui proses pemungutan suara yang demokratis, para pemegang saham dengan bulat hati menyetujui penetapan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur, menggantikan almarhum Robert Clarikson sesuai dengan peraturan nomor 2 yang telah diusulkan.”Prok.. Prok.. Prokk..Suara tepuk tangan menggema merayakan keputusan yang baru saja diumumkan.Cahaya sorot lampu panggung memantulkan kilauan di wajah-wajah para pemegang saham yang merasa yakin bahwa pemilihan Ronnie Colins sebagai Presiden Direktur adalah langkah yang tepat.Ronnie Colins, dengan langkah mantap, berdiri di depan podium. Sorot mata yang tajam dan wibawa dalam setiap langkahnya mencerminkan kepercayaan diri yang dimilikinya.Ronnie mengarahkan pandangannya kesegala sisi hingga terhenti pada satu titik. Sudut bibirnya terangkat dengan senyum miring "Terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Saya sangat bersyukur dan berkomitmen untuk membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik, sesuai dengan visi dan misi yang tela
Waktu pemulihan yang seolah begitu cepat terasa seperti mukjizat bagi Dante. Shia dan bayi mereka, Alesio, menjadi simbol keajaiban itu. Setelah melewati masa-masa sulit di ruang perawatan intensif neonatal, Alesio kini berada dalam gendongan hangat Shia. Bayi itu tidak lagi terikat pada tabung inkubator.Dante duduk di samping Shia, matanya penuh kekaguman melihat bayi mungil mereka yang sekarang begitu sehat. Alesio dengan rakus meminum ASI dari ibunya, menunjukkan semangat hidup yang mengagumkan."Dia benar-benar rakus, ya?" Dante berkata dengan senyum di bibirnya.Shia hanya mengangguk setuju, mata biru yang terus memperhatikan putranya yang kecil. Keceriaan dan kebahagiaan menyelinap ke wajahnya meskipun kelelahan masih terlihat di matanya."Hidungnya dan bentuk wajahnya mirip sepertimu, Dante" Shia berkata sambil tersenyum lembut, jari telunjuknya menyentuh lembut permukaan wajah Alesio. "Dia pasti akan tumbuh menjadi anak yang sangat tampan, persis seperti ayahnya.Dante merasa
Setelah menyelesaikan masalah Ilyana. Hari-hari berikutnya menjadi masa-masa yang sulit bagi Dante. Dia tidak pernah meninggalkan ruangan perawatan Shia, selalu berada di sampingnya setiap saat.“Apa kau tidak lelah tidur terus, Love?” Dante mulai bermonolog“Semua orang yang mengincarmu sudah musnah, kita bisa hidup dengan dalam sekarang” Sambung DanteMeskipun ruangan itu penuh dengan suara perangkat medis dan mesin yang memantau, satu-satunya suara yang Dante dengar adalah detak jantung Shia“Aku merindukanmu Love, dan putra kita membutuhkanmu… Dia sangat kecil hingga aku rasa tubuhnya bisa hancur jika kusentuh.”Ruang perawatan intensif neonatal menjadi tempat yang akrab bagi Dante. Bayi kecil yang ia nama Alessio, terhubung dengan berbagai alat bantu pernapasan dan monitor yang memantau setiap detak jantungnya.Meskipun setelah beberapa minggu, Alessio mulai menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang positif. Detak jantungnya menjadi lebih stabil, dan dia mulai merespons rangsanga
Dante menatap Ilya yang terikat dengan kondisi yang cukup mengenaskan. Kedua tangannya diborgol dengan rantai yang dingin dan keras. Ruangan gelap itu dipenuhi dengan ketegangan, dan senyuman sinis Ilyana menciptakan aura yang semakin mencekam.“Dante.. Dante..” Ucap Ilyana dengan seringai lebarnya. “Biar kutebak apa Shia sekarat? Atau dia sudah mati?”Plak.Suara tamparan yang keras membuat ruangan itu terdiam sejenak. Dante, tanpa ekspresi wajah, memandang Ilyana dengan tajam. “Jangan sekali-kali menyentuh nama Shia dengan cara seperti itu” ucapnya dengan suara rendah yang penuh dengan ancaman.Ilyana hanya tertawa sinis. “Kau memang selalu terlalu sentimental. Apa yang bisa kau lakukan untuk mencegahku?”Dante menghela nafas, berusaha menahan amarahnya. “Aku sudah memberikan peringatan, Ilyana. Jangan mencampuri Shia dalam permainan kotormu.”Namun, senyuman Ilyana tak kunjung hilang. "Kau tidak bisa menyelamatkannya. Dan tidak ada yang bisa menghentikan rencanaku. Aku sudah mengat
Dante duduk di samping tempat tidur Shia, wajahnya penuh keprihatinan dan kekhawatiran. Dokter keluar dari ruang perawatan dan menghampiri Dante dengan ekspresi serius."Mr. Kingston, kami menemukan sesuatu yang perlu Anda ketahui" ucap dokter nampak tergesa namun penuh kehati-hatian.Dante melirik sang dokter dengan tajam “katakan” Ucapnya"Dalam pemeriksaan lebih lanjut, kami menemukan bahwa Mrs. Kingston memiliki riwayat penyakit jantung. Tidak hanya itu, kami menemukan bahwa dia pernah melakukan operasi jantung" ungkap dokter dengan nada serius.Dante terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. "Operasi jantung?"Seolah paham kebingunan Dante, Dokter menjelaskan lebih lanjut "Beberapa orang memilih untuk menyembunyikan riwayat penyakit mereka, terutama jika itu berkaitan dengan organ vital seperti jantung. Mungkin Mrs. Kingston tidak ingin membuat banyak orang khawatir, terlebih dari data yang kami temukan, operasi itu berlangsung sekitar 7 tahun yang lalu” JelasnyaDante menata