"Ugh, huu.. huuu.... " Luana dengan berderai air mata, mulai berlari dan berlari dengan tujuan mencari bantuan untuk menolong Raven. Namun, Luana tak tahu sekarang menuju ke arah mana, kegelapan di dalam hutan membuat dia semakin panik dan kebingungan. Luana hanya berlari menurut insting dan hasilnya dia malah tersesat semakin jauh ke dalam hutan. Suasana begitu sepi, hanya suara binatang malam yang memenuhi hutan, Luana yang kini sendirian, melayangkan pandangan ke segala arah untuk mencari apakah makhluk bungkuk tersebut sudah bangun dan mengejar dia kembali. Kebingungan di tengah pepohonan dan kegelapan, luana dengan tangan gemetaran meraih ponsel, mengetik pesan kepada Kyle. [Kyle. Aku takut.] Tak sanggup mengetik karena sangat takut, panik serta shock, Luana pun akhirnya memutuskan mengirim pesan suara karena tahu Kyle tidak akan menjawab panggilan telepon di jam segini. 'Pria itu pasti sedang sibuk denganpekerjaannya,' batin Luana. Suaranya gemetaran saat mulai meng
"Hah, sial." Jasmine sebenarnya belum bisa benar-benar tenang. Itu karena ampir baru yang dia gunakan untuk membunuh Luana ternyata tidak becus, makhluk jelek itu malah sekarang tertidur karena telah menghisap darah manusia sampai kekenyangan, bukannya menyelesaikan perintah. Lihat saja, dia akan memberikan pelajaran pada vampir baru itu tanpa ampun, setelah dia terbangun dan didorong ke bawah jurang untuk melaksanakan perintah menghabisi Luana. Tunggu saja. Jasmine mengepalkan tangan erat-erat sebelum pergi dari bibir jurang dengan menahan kesal. *** Gio yang sedang berada di salon dan mengubah gaya dan warna rambutnya menjadi mirip persis seperti Kyle Ivander, tiba-tiba menghentikan gerakannya bermain game online di ponsel. Kening pria tampan itu berkerut dalam. "Ada apa, Tuan Muda?" Evan yang berdiri di sampingnya bertanya. "Vampir baru itu sudah menghisap darah salah satu manusia di pulau tempatnya berada sekarang, " jawab Gio dengan ekspresi kaku. "Menurut Anda,
"Saya akan melaksanakan segalanya, Tuan."Rion seperti biasa menjawab dengan patuh atas perintah yang diberikan sang bos. Suasana hening beberapa saat, sampai akhirnya Rion angkat bicara, bertanya dengan hati-hati."Tuan, terakhir saya mendapat laporan kalau makhluk itu ada di kota ini? Sementara dirinya tak punya kemampuan apa pun selain hanya keinginan minum darah yang luar biasa dan tidak bisa mati?""Apakah dugaanmu sama denganku, Rion?"Atas pertanyaan dari bos-nya, Rion pun bertanya dengan sangat hati hati disertai rasa gugup dan gelisah yang menguasai dirinya."Apakah... ada yang sengaja membawa makhluk itu ke sana dengan tujuan tertentu, Tuan?""Tepat. Urus hal itu juga, serahkan pada Penelope untuk menginvestigasi dan tangkap pelakunya hidup-hidup," titah Kyle, menyebutkan nama adik Rion. "Saya pastikan akan mengurus hal inisampai tuntas, Tuan," jawab Rion dengan penuhtekad.Kini Kyle sudah berdiri di landasan jet pribadi miliknya dan bersiap-siap untuk naik jet tersebut me
Gerakan kedua jemari Gio terhenti dari bermain game online di ponselnya saat melihat gelang hitam putih yang dia pakai, tiba-tiba terlepas dari pergelangan."Luana," desisnya, melempar ponsel dan segera bangkit dari duduknya."Mau ke mana, Tuan Muda?"Pertanyaan Evan dijawab Gio dengan endikan bahu dan berjalan keluar. "Aku tiba-tiba ingin membunuh vampir itu dan menyelesaikan misi ini."Jawaban dari Gio tersebut tentu saja membuat evan begitu terkejut sampai hampir menitikkan air mata."Akhirnya Anda sadar juga apa tujuan Anda berada di sini, Tuan Muda."Ucapan Evan tak didengar oleh Gio yang sudah menghilang dari hadapannya karena berteleportasi.Dalam sekejap Gio kini sudah berada didalam hutan tempat Luana berada.Gerimis membuat pria itu mengerang tak nyaman, dia yang kini berdiri di bibir jurang, menatap ke bawah dengan diam.Dia sedang berpikir bagaimana cara yangelegan untuk muncul di depan gadis yang saat ini meminta bantuannya tersebut.Namun, tiba-tiba sesosok bungkuk yang
Pertanyaan penuh nada cemburu dari pria yang menarik tangannya tersebut, membuat Luana hanya bisa mengerjapkan matanya berkali-kali karena kebingungan. Jadi, sebenarnya mana yang Kyle asli? "M-maksud kamu, yang kupeluk tadi bukan Kyle?" Kebingungan, Luana membuka mulutnya. Kyle, pria yang menarik Luana segera menarik tangan gadis itu kini ganti memeluk dirinya, dan menepuk lembut puncak kepala Luana, sedang gadis itu mendongak dengan pandangan bertanya. "Jangan menangis di dada pria lain, Luna. Aku cemburu," ujar Kyle singkat. Begitu nama panggilan 'Luna' di sebut, sadarlah Luana bahwa dia tadi benar-benar salah orang. "Pffttt." Gio, pria yang sebelumnya dipeluk Luana menatap gadis itu sambil tertawa geli mendengar ucapan pria yang terus berekspresi dingin, Kyle. "Luana, menurut kamu, yang pantas menolong kamu siapa? Aku atau dia?" Atas pertanyaan Gio, Luana menatap keduanya dengan pandangan bingung secara bergantian. Pria yang kini memeluknya, mengangkat tubuh Luana
"Sekarang kamu sudah boleh pergi. Hus, pergi sana," usir Luana sambil mengibaskan tangan. Dengan tak tahu malunya, Luana mengusir Gio supaya tidak mengganggu pertemuannya dengan Kyle. "Astaga, Luana. Kamu gadis paling nggak tahu malu yang pernah aku kenal," ujar Gio seraya menggelengkan kepala. Luana hanya melengos dengan ekspresi tak peduli dan menyembunyikan diri di dada Kyle, sedangkan Kyle menatap tajam ke arah Gio. "Kenapa kamu masih di sini, sudah nggak ada urusan lagi, kan?" usir Kyle dengan sinis. "Kamu mengusirku?" "Kamu tahu sendiri apa yang kumaksud," jawab Kyle dengan tegas. "Kecuali kalau kamu mau jadi penonton melihat kemesraan kami," lanjutnya sambil tertawa sinis. Entah kenapa Kyle tiba-tiba merasa sangat benci dengan vampir ini karena mengetahui kenyataan bahwa Luana telah mengenal dia dan tadi bahkan memeluknya. Gio mengangkat satu alisnya dan menjawab dengan santai. "Kamu pikir, siapa yang sudah menyingkirkan vampir itu dari menghisap darah
"Dhuaaarrrrr!"Emosi Gio yang meluap-luap membuat kekuatan miliknya terlepas begitu saja sehingga memunculkan guntur dan petir yang besar. "Kubilang berhenti, Kyle Ivander!" geram Gio, urat biru muncul di tangannya yang putih. Kyle yang sedang sibuk mengekplorasi bibir Luana, hanya melirik pria menyedihkan di depannya dengan tatapan dingin. Benar-benar tak peduli. Kyle menarik napas sejenak sebelum kembali menyerang Luana dengan bibirnya, menatap gadis yang masih memandang dirinya dengan tatapan kosong.Sebenarnya apa yang Kyle lakukan kepada Luana ini bukanlah kegiatan panas dan intim, Kyle hanya sengaja mencium gadis tersebut supaya dia pingsan karena terkena racun yang ada di dalam tubuh Kyle. Kyle tak sudi memamerkan kegiatan panasnya dengan Luana di depan orang lain, terutama pria bernama Gio ini."Cih."Gio membuang muka dan tertawa sumbang melihat hal paling dibencinya tersebut, satu sisi dia ingin pergi daripada menyaksikan pemandangan menyebalkan ini, tapi di sisi lain G
"Aku di mana?"Adalah pertanyaan pertama yang dilontarkan oleh Luana saat dia terbangun dari pingsannya.Kini pergelangan kakinya sudah terbalut perban dan beberapa luka kecil yang dia derita juga sudah tertempel plester, sementara bajunya juga sudah digantidengan baju bersih. Kondisi Luana benar-benar sudah membaik secara signifikan. Luana memandang sekeliling ruang yang didominasi warna putih gading, ini ruangan yang sangat mewah seperti yang ada di kamar hotel bintang lima."Sudah bangun?"Tiba-tiba, sebuah suara menyapanya. Kyle. Luana pun menoleh kepada Kyle, yang entah muncul dari mana dan tersenyum padanya."Apakah kita sudah kembali ke kota, Tuan Muda?"Luana memanggil Kyle dengan sebutan tuan muda dan berbicara sopan. Kyle yang duduk di bibir ranjang, mengulurkan tangan dan membenahi anak rambut Luana yang mencuat ke pipi."Belum, kamu masih di kamar salah satu resort yang ada di sini. Di luar benar-benar kacau jadi kita belum bisa kembali ke kota untuk malam ini."Lembut,
Pagi hari, Luana mendapati pahanya kembali memar secara misterius. Mengira bahwa dirinya kurang zat besi karena terlalu keras bekerja, Luana pun meminum pil yang mengandung zat.besi untuk menghilangkan memar tersebut. Teror hantu yang masih terus berlanjut dan penyelidikan mereka yang mengalami jalan buntu membuat gadis itu semakin putus asa untuk bisa menyelesaikan semua ini. Luana juga masih ngeri tiap ingat kembali bagaimana bentuk hantu itu, baru kali ini dia melihat bentuk hantu sejelas itu. Pekerjaan terasa tak ada habisnya, Luana merasa lelah jiwa dan raga. Apalagi hari ini adalah hari dimulainya event yang diadakan oleh Venus tersebut, promosi diskon besar-besaran yang digagas oleh Venus mendapatkan sambutan baik dari masyarakat, beberapa tamu mulai berdatangan dan menginap di sini. Luana hanya berharap semoga hantu itu tidak muncul dan mengacaukan segalanya. "Tubuhmu masih kadang muncul memar nggak, Luana?" Raven bertanya ketika jam makan siang, menunjukkan sebuah gore
"Maksud kamu apa, sih!" Leanna semakin naik pitam karena bukan hanya menertawakan dirinya, Rion bahkan terkesan meremehkan dirinya. Berani-beraninya pria itu menyebut bahwa dia halu? Halu kenapa? Karena berpikir bahwa Kyle mencintai dirinya? Bukankah itu fakta? Rion yang duduk, menyandarkan punggung di kursi miliknya yang empuk dengan tangan terlipat di dada, menatap Leanna yang meradang dengan alis terangkat satu. "Aku tertawa karena kasihan sama kamu, tahu tidak. Apa yang di pikiran kamu itu semuanya nggak benar, Salahbesar! Kamu tuh sudah dicuci otak oleh Tuan Besar, agar berpikir bahwa Tuan Muda Kyle mencintai kamu, padahal kenyataannya ...." Rion menyeringai dengan sinis, baginya orang seperti Leanna dan Jasmine itu sangat menyedihkan. Mereka terjebak dalam delusi yang membuat akhirnya bertindak tak bermoral hanya karena berpikir sang pria mencintai dirinya. Rion tidak mau ada Jasmine kedua yang akan merepotkan dirinya di masa depan, karena itu memutuskan mengatakan hal-h
"Apa yang harus kulakukan untuk membuat dia tersenyum kembali?" Leanna bertanya kepada Rion perihal Kyle yang sampai hari ini terus berada dalam mood yang buruk. Jangankan tersenyum, makan saja tidak. Kyle sudah dalam keadaan seperti itu selama tiga harian ini. Rion yang duduk di meja kerjanya yang terletak di depan ruangan Kyle, tak jauh dari Leanna, menatap bos-nya yang seperti zombie tersebut, raut mukanya menampakkan ekspresi simpati sekaligus kasihan. Dia tiba-tiba berpikir untuk membawa Luana ke sini hanya supaya agar bos-nya bisa cerah ceria kembali. Rion ingat dengan benar, bagaimana dulu bos-nya selalu terlihat penuh binar ceria setiap kali melihat ke luar ruang kerjanya, karena ada Luana yang sedang duduk bekerja dengan serius di tempatnya. Hal itu jarang dia lihat dari Kyle, semenjak Luana pindah ke tempat kerja baru. Semakin hari, dia semakin lesu dan lesu, lalu puncaknya adalah tiga hari yang lalu, saat Kyle bertengkar dengan Luana. Pria itu kini hanya terus diam
Akhirnya hari ini mereka benar-benar melaksanakan rencana tersebut, yaitu menyamar menjadi tamu hotel agar dihantui oleh hantu perempuan. "Kalau di dalam hotel nanti, jangan panggil aku bos, tapi cukup nama saja. Mengerti?" "lya, Bos-em, Venus." Saat ini mereka berdua sedang menyamar menjadi pasangan yang baru saja menikah dan hendak berbulan madu. "Apakah cara ini akan berhasil? Apakah hantu itu benar-benar akan terperdaya dengan tipuan kita ini? Bukankah dia juga tahu kalau kita pegawai hotel ini?" Luana melontarkan keraguannya saat berjalan berdampingan dengan Venus menuju meja resepsionis untuk memesan kamar. "Kalau dia benar-benar hantu, mungkin dia akan muncul. Tapi kalau dia hantu jadi-jadian dan salah satu pegawai hotel ini, maka bisa dipastikan dia tidak akan muncul. Kita hanya bisa hal itu nanti." Venus menjawab dengan santai danberjalan dengan penuh percaya diri sambil menggamit lengan Luana. Mereka sudah menyelesaikan urusan memesan kamar dan kini sedang
Luana tak punya pilihan lain selain berjalan di belakang pria tersebut seraya menatap punggung lebar Venus dengan helaan napas panjang. Semoga Kyle tahu hal ini, bahwa Venus tak ada sama sekali keinginan merebut dirinya dari pria itu. Sementara itu, Raven yang melihat interaksi akrab antara Venus dan Luana, mengira bahwa tunangan Luana adalah Venus. Bahunya seketika lunglai saat tahu bahwa tunangan gadis yang sangat dicintainya tersebut adalah bukan orang biasa, melainkan bos mereka sendiri. "Ternyata jarak antara kita begitu jauh, Luana. Aku benar-benar menyerah untuk mendapatkan dirimu," desahnya dengan putus asa. "Bersaing dengan Tuan Venus adalah hal yang sangat tidak mungkin," bisiknya kehilangan harapan. Raven tidak tahu bahwa tunangan Luana bukanlah Venus, melainkan pria yang menjadi pewaris utama Zeus Grup. Kalau Raven tahu hal itu, mungkin dia akan pingsan seketika karena shock. Mereka akhirnya selesai mengumpulkan cerita-cerita pegawai hotel tentang munculnya ha
Setelah persiapan event selesai, Venus mengajak Luana, Raven dan Melinda untuk rapat mengenai perkembangan penyelidikan mereka. Kali ini karena cuaca sore yang hangat Venus mengajak mereka bertiga berkumpul di sebuah kafe yang nyaman dan enak digunakan untuk rapat. Luana menyembunyikan kelelahannya karena bertengkar dengan Kyle dan bersikap seperti biasa karena dia harus profesional membagi antara perasaan pribadi dan pekerjaan. Baru kali ini dia bekerja selelah ini, saat di kantor pusat, segalanya diurus Rion sehingga dia banyak santainya. Luana baru sadar bahwa pekerjaannya selama ini terlalu santai dan mudah, itu semua pasti karena campur tangan Kyle. Mengingat nama Kyle hanyanmembuat gadis itu menarik napas panjang. Dia tahu Kyle secemburuannitu sejak SMA, tapi saat ini jiwa dan raga Luana sedang sangat lelah dan terjadilah pertengkaran seperti siang tadi. Lalu sekarang, dia bahkan tidak punyanwaktu untuk berbicara dengan Kyle.karena langsung harus meeting dengan tim
"Kamu kok begitu, sih, Lun?" Kyle tahu-tahu menelepon Luana saat Gadis itu baru pulang dari keluar bersama Raven. "Apa maksudnya, Kyle?" Luana bertanya dengan sedikit tersinggung. Dia habis dimarahi oleh Pak Alex karena ada beberapa barang yang keliru sehingga saat ini terburu-buru keluar lagi membeli barang yang tepat. Namun, di tengah perjalanan menuju keluar hotel, Kyle malah terus menelepon dirinya. Luana sudah memberi tahu untuk menunggu nanti saja karena sedang benar-benar sibuk, meminta Kyle untuk menunda menelepon karena Luana tak ingin diomeli untuk yang kedua kalinya, tapi Kyle terus menerus menelepon Luana meski di reject oleh gadis itu. "Kok kamu sekarang kayak gini, sih, ke aku?" Pertanyaan sinis dari Kyle, membuat Luana mengerutkan keningnya. "Ha? Ada apa, Kyle? Kenapa tiba-tiba kamu kayak gini?" Luana bertanya sambil membuka pintu mobil taksi yang tadi dia pesan lalu duduk di kursi belakang. Gadis itu menempelkan ponsel di sebelah telinga saat mobil yang di
"Lepaskan aku." Kyle menggeram, menepis kasar tangan Leanna dan menatap tajam ke arah gadis itu agar tidak menghalangi jalannya. Pria itu masih menahan diri untuk tidak menyingkirkan tubuh Leanna karena masih ingat bahwa bagaimana pun juga dia adalah teman masa kecilnya. Leanna balas memegang erat lengan Kyle dan menggeleng tegas. "Aku nggak mau. Kamu harus diobati. Semarah apa pun kamu, kamu nggak boleh melukai diri sendiri seperti ini, Kyle." Gadis itu menatap Kyle dengan ekspresi serius, menyeret tubuh Kyle agar kembali masuk ke dalam ruangan. "Aku nggak peduli. Jangan halangi aku!" sergah Kyle dengan tatapan tajam. Leanna mengabaikan protes dari Kyle dan terus tak menyerah untuk menyeret pria itu ke dalam ruangan. "Tuan Muda, tenangkan diri Anda lebih dulu, Leanna benar, luka Anda harus diobati." Rion yang berjalan di samping Kyle ikut membujuk. "Lakukan nanti setelah aku membunuh pria tua berengsek itu!" seru Kyle dengan marah. Leanna segera mengencangkan pegangannya
Apakah pria itu membuntuti Luana dan sekarang... sekarang ketika gadis itu jauh darinya, dia sudah berhasil mengambil hati Luana dan mereka keluar berdua?! Ternyata mengikat Luana dengan cincin pasangan tidak berhasil membuat gadis itu anteng sedikit saja. Belum seminggu bekerja, dia sudah jalan dengan mantannya saat SMA?! "Berengsek!" Mata Kyle menatap nyalang ke segala arah untuk mencari pelampiasan atas sesak di dadanya ini. Namun, tiba-tiba Rion masuk dan sangat terkejut ketika melihat dinding yang berlubang dengan ponsel milik Kyle yang berserakan di bawahnya. "T-Tuan Muda, ada apa ini?! Apakah ada sesuatu yang terjadi?!" Rion seketika panik dan membuang kopi yang ia pegang, berlari mendekat ke arah Kyle yang kondisinya acak-acakan. "Tidak. Tidak ada." Kyle menggeleng-geleng dengan kedua tangan bertumpu di meja dan memegang kepalanya. Dia memberi isyarat kepada Rion bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan Rion duduk di kursi yang ada di depan meja Kyle dan terus