Luana berdehem dengan wajah sedikit panik."M-maksud saya ... pokoknya nanti saya jelaskan, tapi sekarang kasih tahu saya lebih dulu, Anda Kyle atau bukan?""Kyle.""Buktinya?" kejar Luana yang masih belum percaya. "Kalau kamu kenal aku, kamu pasti dia mengenali aku."Kyle mengatakan itu sambil mengendikkan bahu dengan acuh tak acuh."Ih."Luana hanya bisa cemberut mendengar itu. Akhirnya, untuk memastikan kalau pria di depannya ini adalah Kyle yang sangat dicintainya, Luana pun mendekat dan mengendus kemeja Kyle. "Eh, kamu kenapa mencium cium badanku?"Kyle reflek mundur karena kaget, sedangkan Luana hanya menatap polos padanya dan berkata. "Ah, ini aroma parfum yang biasa Anda pakai, sekarang saya yakin kalau Anda adalah bos saya," ucap Luana dengan senyum lebar."Dasar."Gemas dengan kelakuan gadisnya, Kyle pun menyentil pelan kepala Luana yang dibalas gadis tersebut dengan bibir cemberut."Kenapa kamu menghalangi pintu seperti itu? Aku tidak boleh mampir?"Kyle melirik Luana y
Setelah mengatakan itu, Kyle dengan tenang naik ke ranjang Luana dan berbaring miring di sana dan melambaikan tangan ke arah Luana. "Sini," panggilnya. Pose Kyle yang sedang berbaring miring dengan satu tangan menopang kepala, benar-benar sangat hot sehingga Luana pun menelan ludah."Tunggu apa lagi, Lun? Sini, berbaring sama aku," ajak Kyle dengan santai, membuat Luana seketika kehilangan akal sehat karena pria tampan tersebut.Pelan, Luana pun mulai ikut naik ke atas ranjang dan mendekat ke arah bos-nya tersebut."A-apakah Anda sudah membawa pengaman?" tanya Luana pelan, yang menyingkirkan rasa malu dan masuk ke dalam pelukan pria tampan yang berbaring di ranjangnya. "Pengaman?"Bingung, Kyle bertanya. Luana menelan ludah dan menjawab. "I-iya, bukankah kita akan m-melakukan ...."Luana yang kini melingkarkan tangan di punggung lebar pria tersebut dan membenamkan wajah di ketiak Kyle yang wangi, tak sanggup meneruskan ucapannya."Melakukan apa, Lum?"Terdengar tawa geli keluar d
Kyle tidur dengan tenang, akhir-akhir ini seperti menjdi kebiasaan dirinya yang selalu bisa tidur dengan tenang dengan memeluk Luana. Luana menunggu dengan tenang, seraya memuaskan diri memeluk pria yang terlihat sangat rapuh ketika tertidur itu.Pikirannya mengembara ke masa SMA mereka, ketika Kyle yang 'kehabisan kekuatan' mencari dirinya.Beberapa kali Kyle berada di antara hidup dan mati karena kekuatan istimewa melebihi manusia biasa yang dimilikinya, dan Luana selalu datang untuk membantu Kyle kembali ke keadaan normal.Luana sendiri tiba-tiba memikirkan hal aneh, kenapa sekarang setelah dewasa bos-nya sama sekali berbeda dengan ketika SMA, di mana katanya dulu dia sering lepas kendali dan melampiaskan kekuatannya yang berlebihan itu untuk membunuh orang?Sementara itu, saat ini, sejauh yang diketahui Luana, Kyle kini benar-benar tak ubahnya manusia biasa. Beberapa saat kemudian, bos-nya itu bangun, makan bersama makanan yang dipesan Luana melalui gofood, mandi lalu kembali b
"Akhirnya kita bertemu lagi, Jeany Sayang."Dante Richardo ... pria yang aku hindari karena kesalahan di masa lalu kini menyapaku dingin. Senyum di bibirnya tak lagi membuatku terpana seperti dulu, melainkan merinding seketika. Senyumnya yang sekarang seperti seorang psikopat.Dia sangat berbeda dengan saat kami sama-sama kuliah di jurusan manajemen bisnis. Pria yang dulu terlihat polos itu kini tiba-tiba berubah menjadi seorang dokter muda dengan aura yang benar-benar berbeda.Aku pernah mendengar bahwa dia ganti jurusan kuliah setelah putus denganku, tapi aku tak menyangka, dia akan berubah se-drastis ini. Auranya yang sekarang luar biasa. Hanya melihatnya berdiri diam di depanku, sudah membuat saraf-sarafku tegang seketika. Sungguh. Bagaimana seseorang bisa berubah sebanyak ini? Senyum manis yang dulu selalu dia berikan padaku kini menghilang tanpa bekas. Aku seperti melihat sosok berbeda dari seorang Dante Richardo. Pria dingin di depanku ini, aku benar-benar tak mengenalnya.
"Budak?"Suara Richard terdengar sangat dingin, sehingga aku segera membuka mata, lalu segera dibuat sangat terkejut saat melihat bagaimana Richard yang tampak sangat jijik saat mendengar aku berkata bahwa bersedia menjadi budaknya untuk menebus dosa."K-kenapa...."Aku bertanya dengan kebingungan. Maksudku, bukankah hal seperti inilah yang terjadi di novel-novel saat kita berada di situasi seperti ini?Biasanya seorang pria akan senang mendengar kata-kata itu, kan?? Lalu kenapa dia terlihat sangat jijik saat aku mengatakan hal itu?Sungguh, aku tak mengerti lagi jalan pikirannya! "Jeany, sepertinya kamu salah paham dengan sesuatu. Menjadi budak? Melihatmu memohon seperti ini, membuatku tak tahan untuk segera mengulitimu. Apa kamu bersedia menjadi budak untuk memuaskan hasratku yang itu?"Dia mengatakan itu semua dengan suara lembut, tapi aku sangat menyadari betapa membunuhnya tatapan yang Richard arahkan padaku.Aku juga sangat yakin, dia tidak main-main dengan kata-katanya, sehin
Atas pertanyaanku itu, Richard hanya tertawa terbahak-bahak tanpa memberiku jawaban yang kuinginkan, penampilannya yang tampan terlihat menakutkan saat menertawakanku seperti itu. "Kamu... kamu bisa-bisanya menculikku saat aku sedang tidur! Ini tidak adil, Rich!" teriakku, putus asa. "Menculik? Sayang, aku tidak menculikmu, tapi aku MENANGKAPMU," ralat Richard dengan tersenyum sinis, mencengkeram pipiku sehingga aku meringis kesakitan. "M-menangkap?"Richard yang begitu menakutkan itu tertawa melihat pekatnya ekspresi ketakutan di wajahku. "Ya, Jeany. Kamu pasti telah berpikir sudah berhasil lepas dari genggamanku, kan? Sayang sekali, kamu salah. Dari awal pelarianmu sampai sini, aku tepat berada di belakangmu, Sayang," jawabnya, tertawa meremehkan dan mengambil sebuah tablet dan menunjukkan layarnya padaku. "Lihat ini. Kamu pasti langsung tahu, bahwa hidupmu sekarang ada di genggamanku, kan?"Richard berkata dengan suara penuh percaya diri, menunjukkan bagaimana seluruh kegiatan
"Dengan serius...."Aku mendesah. Sungguh, aku benar-benar masih tak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi ini. Jadi, mantanku tercinta, Dante Richardo, sangat membenciku sampai ingin mencincang-cincang tubuhku menjadi potongan kecil, tapi, di saat bersamaan, dia juga mengatakan bahwa aku harus menikah dengannya? "Dia sepertinya sudah gila."Aku mendesah lagi. Sampai saat ini, aku masih belum bisa merespon apa yang sebenarnya terjadi, dan sekarang, tahu-tahu sekarang aku sudah menjadi istrinya? Sungguh. Ini sangat aneh! Apalagi saat mengingat lagi bagaimana prosesi pernikahan kami yang begitu lancar tadi, seakan-akan sudah disiapkan oleh Richard sejak lama, membuat aku dengan sangat serius mencurigai bahwa Richard sebenarnya sudah mengawasi kehidupanku jauh sebelum kami bertemu lagi hari ini. Proses pernikahan antara aku dan Richard berjalan dengan cepat, lancar dan damai. Saking cepatnya sampai-sampai aku tak sadar bahwa aku kini sudah resmi menjadi istri seorang Dante Rich
Richard tersenyum sinis dan berjalan ke arahku yang sedang buru-buru turun dari ranjang dan bertanya. "Kenapa? Apa aku bahkan tidak boleh masuk ke bagian dari rumahku sendiri?"Nadanya terdengar mengejek, sehingga aku yang merasa malu karena bersenang-senang di kamarnya, menjawab dengan wajah merah padam. "B-bukan. Bukan seperti itu. Silakan lakukan apa pun yang kamu inginkan di sini.... "Richard yang kini berdiri tepat di depanku, mencengkeram lembut kedua pipiku dengan tangannya yang besar. "Kamu tidak akan berpikir kalau ini akan menjadi malam pertama kita, kan?" tanyanya, dengan suara pelan tapi tegas. Mataku seketika terbuka lebar saat mendengar kata malam pertama, sehingga menjawab dengan suara gagap. "Hah? T-tidak. Itu tidak mungkin. Bagaimana bisa aku—""Tidak mungkin katamu? Bagaimana bisa kamu bicara seperti itu? Segitu jijiknya kamu sama aku?"Kemarahan berkelebat di kedua matanya, sehingga aku pun menjawab tergesa-gesa dengan suara gugup. "H-hah?! Tentu, tentu saja t