Richard benar-benar menyusun strategi dengan matang untuk penangkapan Damien kali ini, dia bertekad bahwa ini benar-benar terakhir kalinya Damien berada di atas muka bumi ini. "Kali ini aku tidak akan membuatmu lolos, Damien. Aku akan memastikan bahwa ini terakhir kalinya aku berurusan dengan bajingan seperti dirimu," geram Richard dengan mata membara oleh rasa dendam. Setiap kali mengingat bagaimana istrinya gemetar ketakutan di pelukannya seperti kain basah di malam itu, Richard merasakan kemarahan menggelegak dalam dirinya. Richard mengusap wajahnya dengan kasar, lantas masuk mobil untuk pulang ke rumah. Hari ini dia harus pulang cepat agar bisa berlama-lama dengan sang istri sebelum besok melakukan eksekusi kepada Damien. Richard sampai rumah, begitu masuk kamar dia menemukan istrinya yang biasanya jam segini sedang latihan muaythai dengan coach nya, ternyata malah berbaring santai di kamar. "Sayang, tidak pergi latihan muaythai?" sapa Richard seraya mendekat ke arah Jeany da
Saat gerakan Richard yang kasar memaksa Jeany untuk menggerakkan pinggangnya dengan bebas, Jeany berhasil berpegangan erat pada selimut yang ia rasakan di telapak tangannya. "Heuk, mhm, ahhh!""Ha, Jeany."Namun, ketika penis keras dan tebal yang menggali jauh di dalam mulai mengenai bagian paling sensitif secara intensif, serangkaian alasan yang hampir tidak dapat ditahan pun pecah."Haang, Richard. Ohhh!"Saat Jeany memanggil nama Richard dengan pikiran tenang, bibirnya terangkat dan menelan bibir Jeany dalam sekejap. Lidah Richard menyerbu mulut Jeany yang terbuka.Setiap gigi, Iangit-langit mulutnya, dan gusi serta jauh di dalam mulut Jeany berada di dekat lidahnya.Jeany mencengkeram leher Richard, tenggelam dalam ciuman itu, dan memeluknya semakin erat. Perasaan yang menggetarkan membawa Jeany pada kenikmatan yang luar biasa saat tubuh kokoh Richard dirasakan melalui ujung dadanya. "Ah, tidak!"Meski begitu, gerakan tubuh bagian bawahnya tidak berhenti, dan Jeany hanya mengel
"Malam ini, bersiap untuk eksekusi."Pagi hari setelah semalam suntuk bercinta dengan sangat buas bersama sang istri, Richard langsung menelepon Kyle untuk menyiapkan eksekusi bagi Damien. Semua sudah dirancang benar-benar oleh Richard, juga sematang mungkin. Hari ini adalah hari Damien berkunjung ke pub dewasa itu, dan Richard sudah menyiapkan HADIAH BESAR untuknya. Seharian Richard merasa tidak cukup tenang dan berkali-kali meninjau kembali rencana yang dia buat. "Hari ini benar-benar harus terakhir, dan aku juga harus menemukan siapa saja orang-orang di balik Damien," tekad Richard sambil mengepalkan kedua tangannya. Malam tiba, akhirnya saat eksekusi tiba. "Tiara, bersiap."Richard menelepon Tiara, wanita yang ia disiapkan untuk Damien. "Baik, Bos."Tiara sudah siap menjalankan tugasnya dan mulai mendatangi Damien yang tengah duduk sendirian di pub dewasa itu untuk menggoda dan menarik perhatiannya. Alasan Richard memilih bawahannya yang bernama Tiara sangat simpel, itu ka
Tiara merupakan salah satu bawahan istimewa Richard, salah satu dari beberapa orang tersembunyi yang selalu bekerja di belakang pria itu dan tak terekspos secara umum, dia dan timnya biasa digunakan oleh Richard untuk misi-misi khusus seperti ini.Identitas mereka tak diketahui publik, tapi termasuk beberapa orang setia yang selalu ada di belakang Richard. Meski beberapa dari mereka memiliki selera yang cukup aneh, Tiara di antaranya.Mereka juga tak terikat jam kerja, itu karena Richard hanya menggunakan mereka untuk misi khusus, seperti sekarang ini.Meskipun Tiara memiliki wajah cantik dan lemah lembut, tapi sebenarnya kepribadiannya sangat jauh dari itu. Dia adalah seseorang yang sangat menikmati menyiksa orang lain. Mendengar jeritan kesakitan dan wajah putus asa korbannya merupakan kesenangan tersendiri bagi Tiara. Seperti saat ini. Melihat Damien yang kini sudah terikat dengan tak berdaya sambil berbaring telentang di atas ranjang, Tiara tersenyum manis padanya.Dia tak sa
Damien terus mengerang kesakitan, menatap ngeri tulang selangkanya yang berdarah. Sementara itu, Tiara hanya tersenyum dengan ekspresi polos dan tanpa dosa. "Kenapa kamu begitu heboh, Sayang? Ini baru permulaan. Agar permainan kita seru," jawabnya, yang membuat mata Damien melotot lebar seperti hendak keluar dari rongganya. "KAMU SUDAH GILA?!!" teriak Damien, sebelum kemudian dia mengernyit menahan sakit saat merasakan darah mengalir ke dadanya, sementara itu, Tiara yang tadi duduk di atas Damien, turun dari tubuh Damien sembari tertawa terbahak-bahak.Wajahnya yang tadi polos dan seperti gadis lemah berubah seketika menjadi ekspresi seorang psikopat. Tiara bahkan tanpa rasa jijik, menjilat ujung pisau kecil yang dia pegang, di mana terdapat darah Damien di sana. Dia lantas melirik ke arah Damien dengan tatapan malas dan berkata. "Kamu tidak tahu? Aku suka menyiksa lawan mainku. Dengan begitu, gairahku akan menggelora.""A-APA?!"Damien berteriak dengan ketakutan, mulai menyada
Richard termenung sejenak atas kejadian tak terduga di mana Damien meninggal secara mendadak, sebelum kemudian dengan suara berat dia berkata ke Tiara lewat sambungan telepon. "Jangan sentuh mayatnya, aku akan mengirim orang untuk membawanya ke tempat aman dan menghubungi ahli forensik kenalanku untuk mencari tahu penyebab kematiannya," titah Richard, yang dijawab anggukan oleh Tiara. "Haaa, kejadian tak terduga selalu terjadi," gumam Richard seraya mengusap wajahnya dengan kasar. Dia benar-benar tak menyangka Damien akan mati begitu mudah. "Aku tak bermaksud membunuh dirinya, hanya menyiksa bajingan itu sampai setengah mati. Tapi kenapa jadi seperti ini?"Richard menyandarkan punggung di kursi kerjanya yang mewah dan mahal seraya menyugar rambut ke belakang, tiba-tiba dia teringat Jeany istrinya. "Bagaimana jika dia tahu saudara tirinya sudah meninggal dan kemungkinan besar akulah penyebabnya? Dia tidak akan marah, kan?"Richard tiba-tiba merasa sangat gelisah dan ingin segera
"Dasar. Selalu pintar memancing."Setelah mengatakan itu, tanpa melepas bajunya, Richard buru-buru masuk ke bak mandi. Dia lantas mencium Jeany dalam-dalam, menyedot lidahnya. Pada saat itu, Richard seperti merasakan rasa haus yang tak terpuaskan yang sepertinya akan menghabisinya.Sembari meletakkan tangannya di p*ssy Jeany, Richard berbisik ke telinga wanita itu. "Hmmm, tapi di sini terasa lebih hangat."Ucapan dengan nada menggoda Richard, membuat pipi Jeany semburat kemerahan karena malu. Apalagi ketika suaminya bertingkah kikuk seperti pria yang baru pertama kali mengalaminya. Richard mengerutkan kening saat pakaian yang menempel di tubuhnya tidak mau lepas seperti yang dia harapkan. Untuk menggoda Richard yang kini kesusahan melepaskan kemeja dan terlihat tak sabar, tangan Jeany dengan lembut bertumpu pada pusaka suaminya yang tegak dan berkata dengan suara lembut. "Kami memiliki banyak waktu, Sayang."Kata-kata Jeany yang lembut seketika menenangkan Richard dan dia kini ba
Hari berlalu dan semuanya masih aman-aman saja. Jeany masih belum tahu dan Richard juga fokus menyelesaikan urusan kematian Damien dan rencana memanipulasi kematiannya, serta mengejar jejak orang yang menanam chip di kepala Damien sehingga membuat pria itu terbunuh. Dia sangat fokus menyelesaikan urusan itu sampai tak sadar jam pulang sudah terlewat beberapa saat. "Haaa, kita selesaikan besok lagi. Jangan lupa, besok pengumuman kematian Damien, buat seakan-akan dia meninggal karena kecelakaan mobil," ucap Richard kepada Kyle bawahannya. Kyle mengangguk dan Richard pun merapikan berkas-berkas yang berserakan, lalu bersiap untuk pulang. Dalam perjalanan pulang, dia selalu gelisah membayangkan bagaimana jika Jeany tahu jika Damien sudah meninggal dan menuduh Richard yang membunuh saudara tirinya itu. Sehingga saat mobilnya semakin mendekati rumah, Richard menjadi gugup tanpa alasan. "Aku tak bisa membayangkan jika Jeany sangat kecewa padaku dan pergi meninggalkanku. Tidak bisa, ak