Share

4. Dunia yang asing

Author: Kareniavorg
last update Last Updated: 2024-10-06 20:49:04

Di dalam Jaquzi yang diisi penuh oleh air hangat beraroma mawar bercampur manisnya vanila itu Jane berendam dengan wajah datar dan kedua mata yang menatap nanar ke arah jendela yang langsung menyuguhkan pemandangan hamparan daun maple yang memerah.

Sejenak Jane memejamkan kepalanya saat merasakan tangan maid mulain memijat kepalanya. Dia tak bohong kalau pijatan itu dan aroma terapi yang dituankan ke dalam air cukup menenangkan pikiran dan tubuhnya. Kemudian, dengan perlahan Jane pun kembali membuka matanya dan kembali menatap lekat-lekat sosok maid itu melalui cermin.

"Apa kau selalu bertugas melakukan semua pelayanan seperti ini pada setiap perempuan yang dibawa tuan Rex?" tanya Jane tanpa tedeng aling-aling. Dia bahkan tak peduli sekalipun maid itu berpeluang akan mengadukan pembicaraan ini pada Rex. Ini semua dia lakukan didasari oleh ketidak percayaannya pada cerita ironis yang dikatakan Rex pada pertemuan pertama mereka.

"Setiap perempuan?" cicit maid itu terdengar bingung.

"Maksudku kau terbiasa melayani perempuan-perempuan yang tuan Rex bawa ke tempat ini. Tuan Rex pasti tipe pria yang membawa wanita mainannya ke tempat ini untuk menyembunyikannya kan?" tegas Jane.

Saat itu bagi Jane, cerita Rex tentang istrinya yang menyimpang artinya adalah kesempatan besar bagi Rex agar bebas bergonta ganti perempuan. 

"Tidak ada. Anda perempuan pertama yang tuan Rex bawa ke mansion," jawabnya tenang. "Ada apa nona, apa ada sesuatu hal yang mengganggu pikiran anda?"

"Aku merasa kedinginan. Bisakah aku segera menyelesaikan sesi mandiku ini?" ujar Jane seraya bangkit berdiri dan mengambil handuknya. Sementara maid itu mengikuti Jane dari belakang.

Berulang kali Jane menghela napas kasar. Semua pelayanan maid yang berlebihan dalam melayaninya juga tempat tinggal yang mewah seperti ini sungguh dunia yang benar-benar asing untuknya.

"Menyedihkan... aku dilayani seperti seorang nyonya hanya untuk dijamah pria asing," gumam Jane sedih dengan nada yang sangat lirih tatkala maid begitu sibuk mendandaninya dengan pakaian-pakaian mahal nan indah yang tak pernah dilihatnya hanya agar dia pantas ditiduri oleh Rex.

***

"Apa kau nyaman berada di sini?" tanya Rex ditengah-tengah kegiatan makan malam mereka yang sedari tadi diliputi oleh kesunyian.

"Saya tidak tahu," jawab Jane datar.

Rex mengangguk-angguk mengerti lalu menyelesaikan sesi makannya. "Rumah ini akan jadi tempat tinggalmu selama kau terikat kontrak denganku. Kuharap kedepannya kau akan betah tinggal di sini," ujar Rex dengan nada tenang. Suaranya tak terdengar kasar atau pun sinis nan penuh amarah, tidak sama sekali.

Rex terlihat seperti pria baik ketika berbicara pada Jane, tapi tetap saja Jane merasa sangat takut. Bagi Jane air yang tenang bukan berarti tak menyimpan bahaya, sehingga ia begitu takut dan curiga pada tiap tingkah baik Rex.

"Jika sudah selesai, kau boleh ke kamarmu lebih dulu."

Jantung Jane sempat berhenti berdetak untuk beberapa saat mendengar ucapan Rex, sebelum kemudian mengangguk mengerti dan melenggang pergi menuju kamar di mansion ini yang kini menjadi kamar pribadinya. Tiba di dalam  kamar jantung Jane benar-benar berdedebar kencang, dia merasa sangat gugup.

"Kau mulai seperti perempuan gila, Jane... karena memikirkan hal tak senonoh di waktu yang canggung ini." Jane menggerutu pada dirinya sendiri lalu dengan berat hati dia pun duduh di tengah tempat tidurnya dan merinding sendiri karena tingkahnya saat ini seperti tengah menunggu Rex dengan senang hati. Sehingga di detik berikutnya dia pun buru-buru mengubah posisinya dan berusaha bersikap setenang mungkin.

Suara langkah kaki kemudian terdengar mendekat, membuat debar jantung Jane semakin menggila. Dia memilih mengambil ponselnya dan menyibukan dirinya dengan menggulir layar ponsel untuk melihat portal berita, walau sebenarnya ia tak benar-benar bisa fokus.

Pintu kemudian terbuka dengan Rex yang melangkah masuk dan kembali menutup pintu kamar rapat-rapat. Demi Tuhan... saat itu jantung Jane benar-benar hampir meledak karena debar jantungnya yang tak terkendali.

"Aku akan mandi terlebih dahulu," ujar Rex yang lagi-lagi bicara santai dengan nada lembut yang bagi Jane justru terdengar sangat mengerikan.

Saat itu rasanya jantung Jane benar-benar meledak.

Sialan memang.

Dengan sikap tenangnya itu, Rex terlebih dahulu menyimpan tas kerjanya ke dalam lemari baru kemudian melangkah masuk ke dalam kamar mandi.

Sepeninggalnya Rex, Jane menatap plafon kamar dengan tatapan nyalang. "Kenapa pria sepertinya begitu mudah berbicara setenang itu pada perempuan asing yang hendak ditidurinya. Dia benar-benar membuatku takut..."

***

Aroma maskulin itu menguar saat Rex keluar dari kamar mandi. Pria itu terlihat segar dan terlihat... seksi dalam balutan piyama warna hitam yang dikenakannya.

"Kau belum tidur rupanya," ujarnya.

"Saya menunggu anda."

"Begitu," sahut Rex santai lalu berjalan menghampiri ranjang dan tanpa kata berbaring di sisi kiri tempat tidur tepat di samping Jane. "Aku merasa lelah karena pekerjaan hari ini terasa lebih berat dari biasanya. Aku bertemu orang-orang menyebalkan hari ini, jadi maaf Jane jika aku menemuimu terlalu cepat padahal hari ini adalah hari pertama kau datang kemari. Aku ingin menenangkan pikiranku dan beristirahat di sini."

Jane diam. Jantungnya mencelus dan untuk beberapa saat dia merasa bingung antara harus merasa lega atau malah semakin takut, situasi saat ini benar-benar membingungkan.

"Apa aku membuatmu tak nyaman, Jane?" tanya Rex yang tiba-tiba saja beringsut mengubah posisi tidurnya jadi menghadap Jane dan menatap perempuan itu lekat-lekat.

Jane sampai harus menelan ludahnya dengan susah payah untuk mengumpulkan keberaniannya sebelum akhirnya bisa balik memandang Rex dan memberikan jawabannya, "Saya tak punya hak untuk merasa seperti itu. Anda bisa datang kapan pun anda menginginkannya, tentu saja."

Garis bibir Rex melengkung membuat senyuman manis di wajah tampannya. Lesung pipinya terlihat jelas di pipi kanannya dan matanya sedikit menyipit karena senyuman itu. "Syukurlah. Aku merasa lebih baik setelah mendengar ucapanmu, terima kasih, Jane."

Detik itu pula Jane tertegun. Dia benar-benar tak tahu harus bereaksi seperti apa setelah melihat senyuman Rex di kali kedua pertemuan mereka, tentu Jane tak bisa mengelak dari fakta bahwa dia sedikit terganggu dengan ketampanan Rex yang baru dia sadari pada detik ini.

"Anda berkata kalau anda merasa lelah, apa anda tidak masalah jika harus berada di dalam satu ruangan yang sama dengan orang asing seperti saya?" kali ini entah atas alasan apa tapi Jane perlahan mulai bisa bicara santai pada Rex tanpa merasa canggung ataupun gugup.

"Karena aku merasa tenang berada di sini, terlebih lagi kini ada kau. Rumah mendiang ibuku terasa hangat, tak sedingin dan sesunyi biasanya," kata Rex yang kemudian memejamkan matanya yang terasa berat oleh rasa kantuk.

Perlahan Jane mendengar napas Rex mulai teratur, menjadi tanda bahwa pria itu sudah mulai lelap dalam tidurnya. Pada momen itu pun Jane hanya bisa memandangi wajah tenang Rex ketika tidur, padahal ada yang mengganjal di hatinya setelah mendengar ucapan pria itu. Dia ingin bertanya pada Rex, tapi mau tidak mau dia harus mengurungkan niatnya. Ini pertama kalinya dia menatap wajah pria itu dengan jelas di situasi yang lebih tenang, sehingga ia baru menyadari bahwa Rex adalah pria yang tampan dan terlihat lembut dan... teduh.

"Ada apa ini, kenapa saat tidur setenang ini kau justru terlihat seperti manusia paling kesepian dan bernasib buruk. Padahal kau punya segalanya," gumam Jane pelan. Sangat pelan sampai-sampai terdengar seperti sebuah bisikan. Saat itu dia  menatap iba pada Rex.

Related chapters

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    5. Peliharaan Rex

    "Dari mana saja kau Rex kenapa kau baru pulang sepagi ini, berada di mana kau kemarin?" tanya Claire sinis sambil menyesap teh hangatnya.Rex yang pagi itu baru pulang ke rumahnya hanya melirik sebentar ke arah istrinya dan kemudian melangkah pergi menuju kamarnya. "Ini masih pagi dan aku lelah, Claire. Jangan mengajakku berdebat," jawab Rex datar.Claire mendengus sinis dan menatap tajam punggung Rex. "Aku dengar kau memelihara perempuan murahan itu di rumah ibumu. Bukankah itu keterlaluan? Selama pernikahan kita kau bahkan tak pernah mengizinkanku untuk sekadar menginjak rumput di halaman rumah ibumu itu. Rupanya kau menyukai pelacur itu, hm?" Rex menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Claire. "Apa sekarang kau mulai cemburu pada perempuan yang kau pilih sendiri untuk aku tiduri?"Claire kembali mendengus sinis dan kali ini dia tersenyum mencemooh Rex. "Tidak sama sekali. Aku tak peduli sekalipun kau setiap hari menghabiskan semalaman suntuk untuk berhubungan intim dengan per

    Last Updated : 2024-10-06
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    6. Pelukan erat yang terasa kosong

    Dengan napas terengah-engah karena berlarian dari parkiran mobil sampai ke IGD. Disana dia mencari keberadaan Rex dan langsung terpaku di tempatnya untuk beberapa detik ketika perawat mengantarkanya pada salah satu bangsal yang dibuka tirainya.Di sana Rex terlihat berbaring tak sadarkan diri dengan kepala yang dibebat perban dan tangan yang penuh goresan. Darah bahkan masih terlihat di perban dan pada luka di tangan pria itu."Bodoh," gerutunya saat melangkahkan kakinya menghampiri Rex. "Tak ada yang lebih bodoh dari kau, Rex. Bisa-bisa baru sebentar keluar rumah kau langsung masuk rumah sakit," tambahnya.Raut kesal dan khawatir memenuhi wajah cantik Claire. Tak lama kemudian dokter yang ditemani perawat pun datang menghampiri dan menjelaskan kondisii Rex."Luka di kepala sudah mendapat jahitan, pendarahannya sudah berhenti. Mungkin anda harus menunggu beberapa waktu sampai pasien sadarkan diri," jelasnya.Claire mengangguk. "Apa kondis

    Last Updated : 2024-10-17
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    7. Ruby dan ikatan tak terlihat

    "Peliharaan?" Sepeninggalnya Claire, Jane mengulangi satu kata itu dengan sedih. "Ternyata bagi tuan Rex aku hanya seekor peliharaan," lanjutnya nelangsa.Dengan langkah gontai dia berjalan menuju lantai dua dimana kamarnya berada. Dari jarak beberapa langkah dia bisa melihat kalau pintu kamarnya terbuka, sehingga pada detik itu juga dia mengarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahaan. Dia berusaha menetralkan perasaan yang berkecamuk di dadanya dan berusaha memupuk keberaniannya sebelum masuk ke dalam kamarnya itu.Saat melangkah masuk ke dalam kamar, Jane tertegun di tempatnya untuk beberapa saat saat melihat pemandangan di hadapannya. "Tuan... apa yang telah terjadi pada anda?" cicitnya.Dia sedikit terkejut melihat keadaan Rex yang kini terbaring di atas tempat tidur dengan keadaan tangan dan kepala yang dibebat perban.Mendengar pertanyaan dari Jane, perlahan Rex pun membuka matanya dan sedikit bergerak melirik ke arah perempua

    Last Updated : 2024-10-17
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    8. Terikat oleh ikatan tak terlihat

    Rex terbangun dari tidurnya karena rasa berdenyut di kepalanya. Saat pertama kali membuka mata, wajah cantik Jane yang tengah terlelap tidur jadi pemandangan yang menyambutnya."Kau masih sangat muda," gumam Rex seraya mengulurkan tangannya untuk membelai lembut pipi Jane.Cukup lama dia memandangi wajah cantik yang tengah terlelap itu. Dia terpesona berkali-kali melihat indahnya bentuk mata, hidung dan bibir Jane."Aku baru teringat kalau kau punya warna mata yang sangat indah." Jemari Rex membelai mata, hidung, pipi lalu kemudian berhenti di bibir ranum perempuan itu.Ingatannya tentang ciuman di hari pertama pertemuan mereka, membuat sesuatu di dalam dirinya bergejolak sehingga tanpa sadar membuatnya bergerak mendekatkan wajahnya pada wajah Jane dan perlahan mencium bibir perempuan itu dengan lembut.Ciuman itu membuat Jane terlihat gelisah dalam tidurnya dan Rex yang menyadari hal itu pun segera menyudahi ciumannya dan bergegas pergi

    Last Updated : 2024-10-18
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    9. Takut terbawa arus

    Dengan napas terengah-engah, Rex beringsut menarik dirinya menjauh dari Jane dan terbaring tepat di samping perempuan itu. Untuk waktu yang lama, Rex terus memandangi wajah Jane yang merah padam karena lelah dan juga...malu. Lantas kemudian Rex pun mengulurkan jemarinya untuk menyelipkan anak-anak rambut yang menghalangi wajah cantik Jane."Apa aku menyakitimu," tanya Rex dengan suara lembutnya. Dia kian intens memandangi wajah Jane untuk menunggu jawabannya.Jane menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak," cicitnya.Lantas tanpa kata, Rex menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka berdua lalu kemudian dia pun merengkuh Jane ke dalam pelukannya dan memeluknya erat-erat. Hal itu sempat membuat Jane terkejut untuk beberapa detik karena sadar bahwa saat ini kepalanya menekan lengan pria itu yang sedang terluka."Tuan, tangan anda...""Tak apa, Ruby. Biarkan aku tetap berada dalam posisi ini," ucapnya membuat Jane tak lagi mengeluarkan komentar apap

    Last Updated : 2024-10-19
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    10. Bukankah aku lebih baik daripada dia?

    "Hari ke berapa ini Rex? Kau tampaknya sangat betah sekali di sana sampai-sampai lupa jalan pulang," ujar Claire penuh sindiran begitu melihat Rex melangkah masuk ke dalam rumah."Hari ke 20," jawab Rex singkat dan dengan santainya dia duduk di hadapan Claire untuk ikut makan malam dengan istrinya itu.Suara tawa kecil terdengar dari Claire yang kini menatap Rex dengan tatapan mengejek. "Rupanya kau sangat menyukai perempuan itu. Apa hubungan pria dewasa dan perempuan dewasa secandu itu bagimu? apa bagusnya hubungan seperti itu?""Aku pikir kau akan mengerti seperti apa ikatanku dengan Jane saat ini karena kau pun menjalani ikatan hubungan yang sedikit... sama walaupun tak wajar.""Kalau begitu apa peliharaanmu itu sudah menunjukan tanda kehamilan? Pastikan dia segera hamil."Rex benar-benar benci tiap kali Claire menggunakan istilah kasar itu untuk memanggil Jane. Namun kali ini Rex memilih untuk pura-pura tak mendengar pada bagian itu."Na

    Last Updated : 2024-10-20
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    11. Kita bukan pasangan

    "Apa kau tak pernah sadar kalau bagiku kau seindah itu? Jika rasa cintaku hanya sekadar tertarik pada kecantikan dan keperluan biologis yang harus terpenuhi saja, aku tak akan bertahan selama ini bersamamu.""Seindah apa aku bagimu?""Keindahan yang membuatku terus menerus jatuh cinta tiap kali memandangmu. Keindahan yang membuatku tetap bertahan walau tahu kau tak mencintaiku. Jika saja situasinya berbeda pasti kita akan jadi pasangan yang bahagia dan-""Setelah anakku lahir, mari kita bercerai, Rex." Claire tiba-tiba memotong ucapan dan mengatakan kalimat itu tanpa tedeng aling-aling. Dia bahkan tak sekalipun memperdulikan bagaimana perasaan Rex saat itu.Senyum dan ekspresi penuh hatap di wajah Rex seketika lenyap, berganti dengan ekspresi terkejut dan juga kecewa."Kenapa?" cicit Rex tak habis pikir."Karena kita bukan pasangan. Lebih tepatnya kita tak bisa lagi berlama-lama hidup sebagai pasangan suami istri karena kau lebih banyak diru

    Last Updated : 2024-10-21
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    12. Penenang

    "Hari ini anda akan pulang ke rumah utama atau...?" tanya supir pribadi Rex sengaja mengantungkan pertanyaannya. Dia melirik Rex melalui spion dan menunggu jawaban dari tuannya itu.Saat itu Rex hanya duduk melamun di kursi belakang dengan tablet di tangannya sedangkan pandangannya justru terus terpaku pada luar jendela."Tuan Milagro," panggilnya lagi ketika melihat Rex tetap bergeming dan tak mengindahkan pertanyaannya.Kali ini Rex melirik sekilas lalu kembali memusatkan pandangannya pada pemandangan di luar jendela. "Hari ini aku merasa benar-benar kacau. Aku tak bisa bertemu dengan Claire dulu. Jadi, aku ingin menenangkan diri di rumah ibuku," jawab Rex akhirnya.Tanpa kata, supir pribadi Rex itu pun mengubah rute jalannya. Selama perjalanan itu Rex tetap melamun dan terlihat begitu murung."Sepertinya anda selalu mencari rasa tenang pada nona Jane, tuan. Apakah saya perlu menghubunginya untuk memintanya bersiap-siap atas kunjungan

    Last Updated : 2024-10-22

Latest chapter

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    32. Bisakah kita jadi pasangan?

    "Entah kenapa, tapi rasanya hari ini kau sedang berusaha bersikap manis padaku." Rex bertopang dagu menatap Jane dengan tatapan jenaka. "Ada apa, jangan bilang kalau ini adalah cara yang kamu lakukan karena merasa bersalah?"Jane hanya menunduk malu. "Tak sepenuhnya begitu, tapi aku juga tak bisa mengelak bahwa aku sedang bersikap manis padamu.""Jadi, jika tak sepenuhnya didasari oleh rasa bersalah lantas apa alasanmu bersikap manis padaku?""Karena ingin saja. Apa kamu merasa tidak nyaman dengan sikapku yang tiba-tiba begini? Jika iya, aku tidak akan-""Aku menyukainya. Aku merasa kita lebih akrab jika kau bersikap manis seperti ini, jadi teruskan saja." Rex menyudahi ucapannya dengan meneguk habis jeruk di gelasnya dan menyelesaikan sarapannya dengan senyuman senang. "Hari ini aku mengambil waktu cutiku sampai besok. Setelah aku selesai mandi, mau bersantai denganku di taman belakang?""Iya," jawab Jane singkat. Pembicaraan mereka sebelumnya benar-benar membuat Jane mendadak kehila

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    31. Pemilik Hati Rex

    "Kau pergilah istirahat. Aku akan kembali ke kantor karena ada pekerjaan yang harus ku kerjakan," ujar Rex berpamitan sambil mengusap sayang puncak kepala Jane terlebih dahulu sebelum kemudian pergi.Jane melihat kepergian Rex untuk beberapa saat lalu akhirnya mengikuti langkah Elma yang menemaninya untuk menuju kamar tidurnya. Selama Elma membantunya menaiki tangga, selama itu pula Elma memandangi wajahnya lekat-lekat."Ada apa, Elma... apa ada hal yang ingin kau katakan padaku?""Apa anda baik-baik saja?" tanya Elma akhirnya."Iya aku baik-baik saja. Apa ada masalah yang tidak kuketahui?" jawab Jane yang kemudian balik bertanya."Sebenarnya beberapa jam yang lalu tuan pulang dengan panik mencari anda karena pihak rumah sakit berkata kalau anda hilang. Tuan tampak sangat panik mencari anda, supirnya bilang kalau kepanikan itu terjadi karena tuan mendapati darah di kamar rawat anda tapi tak menemukan keberadaan anda di sekitar rumah sakit. Kepanikannya kian menggila ketika dia tak men

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    30. Celengan Rindu

    Suara teriakan tertahan itu terdengar jadi Dante ketika selang bantu napas itu ditarik keluar dari mulutnya, membuat rasa perih seketika mendera tenggorokannya. Saat itu, hanya lelehan air mata yang bisa menjabarkan betapa tersiksanya Dante saat itu.Jane yang mendengarnya hanya bisa meringis sedih. Dia menatap Fany dengan bimbang, menebak-nebak apa kiranya yang terjadi di dalam sana dalam waktu yang cukup lama dan sampai-sampai terdengar suara jeritan."Kau mendengarnya kan, Fany? Apa Dante baik-baik saja di dalam sana? Suara jeritan yang tertahan itu terdengar seperti sedang sangat kesakitan ya kan?" tanya Jane bertubi-tubi.Fany tersenyum hangat lalu mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut punggung Jane. "Tenanglah. Dokter sedang memeriksa kondisi vital Dante, mereka tak mungkin gegabah dalam melakukan tindakan. Dante pasti baik-baik saja," ucapnya.Helaan napas berat terdengar dari Jane yang kini memandang ruangan ICU yang ditempati Dante dengan perasaan yang semakin resah. Na

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    29. Kelegaan

    Jane pikir yang harus dia khawatirkan hanyalah kemarahan Claire saja lalu kemudian dia bisa menjalani kehamilannya dengan nyaman. Namun, ternyata tak semudah itu kemarahan Claire kali ini lebih buruk dari sebelum-sebelumnya."Jangan pernah merebut kebahagiaanku," tegas Claire yang menatap Jane dengan benci. "Ada apa dengan semua orang belakangan ini? Kenapa kau menyukai Rex, temanku menyukai Rex, lalu siapa lagi dan berapa banyak lagi orang yang akan menyukainya? Menyebalkan!"Mendengar semua kemarahan itu Jane hanya bisa menunduk, tak bisa mengatakan apapun. Walau jauh di dalam hatinya Jane ingin sekali menjawab dan mengutarakan pembelaannya bahwa dia tak sedang menyukai Rex. Kecurigaan Claire itu salah."Hanya aku yang boleh dicintai oleh Rex. Kau seharusnya bersikap tahu diri untuk tak melibatkan Rex terlalu jauh bersamamu. Bukankah kau punya calon suami? Apa kau sangat murahan sampai-sampai kau berharap bisa mendapatkan dua pria sekaligus?" Claire menc

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    28. Jangan membuatku salah paham

    "Aku tahu anda ingin melindungiku dan bayi di dalam perutku, tapi tolong... jangan bersikap terlalu manis padaku. Sebab, kamu punya istri dan aku punya calon suami. Kita harus fokus pada tujuan utama kerja sama di antara kita dibangun," ujar Jane tenang, tapi sarat akan ketegasan.Rex tampak tertegun sejenak, sebelum kemudian tersenyum hangat dan mengangkat kedua bahunya ringan."Aku tak peduli dengan semua kekhawatiranmu tentang hal yang terjadi di antara kita. Aku akan tetap bersikap seperti ini selagi kontrak di antara kita masih berlaku," tandasnya sembari dengan santainya menyuapkan potongan kimbab dan ayam tepung itu ke dalam mulut Jane. Seolah-olah saja dia sengaja melakukannya untuk membuat Jane berhenti protes."Makanlah dengan nyaman, jangan memikirkan apapun yang membuat dirimu terbebani. Kau tak perlu khawatir aku akan jatuh cinta padamu dan memperumit urusan di antara kita, bukankah aku sudah berjanji akan memastikan hidupmu bersama tunanganmu

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    27. Perhatian penuh

    "Jangan menatap pada tanganmu, kau akan ketakutan." Dengan lembut Rex menahan wajah Jane agar tak menatap ke arah tangannya yang sedang dibantu dipasangkan infus oleh seorang perawat.Rex membuat Jane hanya menatap ke arahnya. Jane hanya bisa diam menurut dan menatap Rex dengan tatapan sayu, sedangkan Rex melayangkan tatapan teduhnya pada Jane yang membuatnya merasa lebih tenang.Jane meringis ketika jarum infus mulai menembus pembuluh vena di tangannya, tapi segera Rex membelai pipinya lembut dan terus mengatakan kalimat penenang untuk Jane agar rasa sakitnya sedikit teralihkan.Infus pun selesai dipasang dan Rex pun tersenyum hangat pada Jane. "Kau hebat sekali karean sudah menahan rasa sakitmu dengan baik.""Tapi jika aku di rawat di rumah sakit, aku akan jadi sangat merepotkanmu dan para maid.""Itu bukan masalah besar.""Maaf," cicit Jane."Permintaan maaf untuk apa?""Karena tubuhku yang lemah dan merepotkanmu sampai sejauh ini, ketika banyak sekali perempuan di luar sana yang h

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    26. Kebingungan

    Claire duduk termenung di balkon, tubuhnya diselimuti cahaya temaram dari lampu-lampu kota yang berpendar di kejauhan. Angin malam berembus lembut, membawa aroma tembakau dari rokok yang dihisapnya. Tangan kirinya menggantung lemas di sisi kursi, sementara tangan kanannya memegang rokok yang hampir habis terbakar. Wajahnya tampak kosong, tetapi ada kedalaman emosi yang sulit terbaca.Dari dalam kamar, suara langkah ringan mendekat. Selly, dengan tubuh yang hanya dibalut handuk putih, muncul di ambang pintu balkon. Dia bersandar sejenak di kusen pintu sebelum berjalan menghampiri Claire. Dengan gerakan santai, dia mengambil sebatang rokok dari kotak yang tergeletak di meja kecil di dekat Claire."Kau terlihat aneh malam ini," ujar Selly sambil menyalakan rokoknya. Matanya menyipit menatap Claire, mencoba membaca pikirannya. "Apa kau bertengkar lagi dengan suamimu?"Claire menghela napas panjang sebelum menoleh sekilas ke arah Selly. "Tidak," jawabnya singkat. "Kami baik-baik saja. Aku h

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    25. Aku ingin jadi ayah yang baik

    "Apa perasaanmu sekarang sudah lebih baik?" tanya Rex di perjalanan pulang.Jane yang sedari tadi lebih banyak diam daripada biasanya itu pun hanya menoleh dan mengangguk lesu. "Sedikit lebih tenang setelah melihat sendiri kalau kondisi Dante sudah lebih stabil.""Syukurlah. Dia pasti akan segera pulih, buktinya dia sudah bertahan sampai sejauh ini karena tahu kau tetap menunggunya.""Kamu benar," sahut Jane dengan suara seraknya karena terlalu banyak menangis. Dia mengangguk setuju sekaligus mengaminkan ucapan Rex. "Aku harap Dante bisa segera sadar dari koma dan kembali pulih. Aku melakukan semua ini agar bisa melihatnya kembali sehat seperti dulu, walaupun aku juga tak tahu apa dia akan menerimaku kembali jika tahu apa yang sudah kulakukan saat dia terbaring koma."Jane menatap kosong jalanan di depannya. Pikirannya melayang jauh entah kemana, sebab ternyata rasa lega yang dia rasakan sebelumnya tak serta merta menghilangkan rasa kekhawatirannya tentang masa depan."Tenang saja, Ru

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    24. Dante itu pusat dunianya Jane

    Rex melihat puluhan panggilan telepon dari Ruby dan juga maid. Dia meringis membayangkan betapa kalutnya Jane saat itu sampai dia meneleponnya sebanyak itu.Dengan gelisah, Rex pun menambah kecepatan mobilnya agar bisa segera pergi menemui Jane. Jalanan perbukitan yang kosong membuat Rex bisa leluasa mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi sehingga akhirnya dia sampai di mansion dan segera berlari masuk."Ruby," panggilnya tergesa-gesa melangkah masuk.Dia hendak pergi ke kamar saat dia melihat maid yang memberikan kode dengan menunjuk ke arah sofa, sehingga Rex tahu kalau Jane ada di sana. Tanpa banyak bicara Rex melangkah menuju sofa untuk sekadar menemukan pemandangan Jane yang berbaring di sofa dengan wajah yang terlihat gelisah."Ruby," panggil Rex lembut. Dia sedikit merunduk untuk membangunkan Jane."Nona Jane tertidur setelah lelah menangis, tuan." Suara Elma memberitahu Rex.Rex semakin merasa bersalah karena membiarkan Jane kalut dalam waktu yang sangat lama. Dia pun ke

DMCA.com Protection Status