Beranda / Romansa / Terpaut Kasih Sang Billionaire / 6. Pelukan erat yang terasa kosong

Share

6. Pelukan erat yang terasa kosong

Penulis: Kareniavorg
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-17 07:36:47

Dengan napas terengah-engah karena berlarian dari parkiran mobil sampai ke IGD. Disana dia mencari keberadaan Rex dan langsung terpaku di tempatnya untuk beberapa detik ketika perawat mengantarkanya pada salah satu bangsal yang dibuka tirainya.

Di sana Rex terlihat berbaring tak sadarkan diri dengan kepala yang dibebat perban dan tangan yang penuh goresan. Darah bahkan masih terlihat di perban dan pada luka di tangan pria itu.

"Bodoh," gerutunya saat melangkahkan kakinya menghampiri Rex. "Tak ada yang lebih bodoh dari kau, Rex. Bisa-bisa baru sebentar keluar rumah kau langsung masuk rumah sakit," tambahnya.

Raut kesal dan khawatir memenuhi wajah cantik Claire. Tak lama kemudian dokter yang ditemani perawat pun datang menghampiri dan menjelaskan kondisii Rex.

"Luka di kepala sudah mendapat jahitan, pendarahannya sudah berhenti. Mungkin anda harus menunggu beberapa waktu sampai pasien sadarkan diri," jelasnya.

Claire mengangguk. "Apa kondisinya parah? Apa aada tulang yang patah?"

"Beruntungnya kondisinya tak separah itu. Pasien tak mengalami gegar otak ataupun patah tulang pasca kecelakaan yang dialaminya, beliau hanya mengalami luka robek di kepala dan beberapa luka gores di tangannya."

"Syukurlah," sahut Claire merasa lega. Dia terduduk dengan lemas di samping tempat tidur Rex. "Suamiku tak perlu dirawat inap kan?"

"Kita observasi untuk beberapa jam kedepan. Jika kondisi suami anda membaik, beliau bisa pulang."

"Baik, terima kasih dokter." Claire mengangguk mengerti dan membiarkan dokter itu pergi untuk menemui pasien lain.

Sepeninggalnya dokter, Claire hanya duduk diam memandangi Rex dengan tatapan yang sulit diartikan. Ada kekhawatiran, sebal dan satu hal yang lebih dalam lagi.

Cukup lama Claire berada dalam posisi itu. Tak jemu dia memandangi Rex untuk memastikan kapan kiranya suaminya itu akan terbangun. Kemudian, saat kelopak mata Rex terlihat mengerjap beberapa kali, Claire kembali menghela napas lega dan dai pun menarik kursinya agar lebih dekat dengan tempat tidur Rex.

Perlahan Rex mulai membuka matanya dan mengernyit bingung saat melihat keberadaan Claire di sana. Dia meringis merasakan denyut nyeri di kepala dan seluruh tubuhnya.

"Apa sekarang aku ada di neraka? Aku mulai melihat Claire menatapku khawatir," cicitnya berkelakar.

Mendengar candaan itu pun mendengus sebal dan tanpa iba menyentil keras hidung Rex sampai membuat pria itu meringis kesakitan.

"Kau pikir istrimu ini setan, hm?" gerutu Claire kesal.

"Teganya kau memukulku. Padahal aku baru saja sadar setelah terlibat kecelakaan," keluh Rex tanpa memperdulikan gerutuan Claire dan wajah galak perempuan itu ketika kini menatapnya.

"Bodoh, seharusnya kau mati saja sekalian." Kalimat kejam itu Claire ucapkan sambil beringsut memeluk Rex. "Mati saja kau bodoh, maka kau akan bertemu denganku di neraka."

Kali ini Rex terkekeh dan membalas pelukan Claire. "Kau mengkhawatirkanku, hm?"

"Tidak, aku ingin kau cepat mati."

"Begitukah? Kalau aku mati, kau akan kesepian dan tak akan punya anak."

"Kalau begitu hiduplah Rex bodoh."

"Iya aku akan hidup," jawabnya lagi-agi terkekeh geli. Dia mengeratkan pelukannya pada Claire, bergitu merengkuh perempuan yang dicintainya selama beberapa tahun ini, tapi yang dia temukan di hatinya hanyalah kehangatan yang berbeda.

Rex menemukan perasaannya tak sebesar dulu dan peluk erat ini terasa kosong.

"Kau harus menemaniku, Rex. Walaupun kita bukanlah pasangan suami istri yang baik, tapi bisakah kita tetap jadi sahabat?"

Rex sedikit merasa kecewa, tapi kemudian kekecewaan itu hilang dan berganti senyuman hangat. "Iya, mari lakukan apapun yang ingin kau lakukan."

***

Di rumah sakit yang lain, Jane masih setia berdiri di depan ruangan rawat Dante, tunangannya. Dante belum juga sadarkan diri.

"Sayang, tak bisakah kamu cepat siuman? Aku... aku merasa sangat kesepian. Aku sangat merindukanmu," gumam Jane lirih . Kini dia menatap Dante dengan pandangan yang buram karena air mata yang mulai menggenang lalu meleleh membassahi pipinya.

"Dante... maafkan aku. Kau pasti akan marah padaku, tapi aku lebih baik mendengar kamu memakiku daripada melihatmu terus terbaring tak sadarkan diri seperti itu."

Jane mulai terisak pedih. Dia merasa putus asa, menyesal dan juga... takut. Tetap saja ada kekhawatiran yang mengganjal di hatinya tentang apa alasan yang harus dia berikan pada Dante ketika pria itu bertanya darimana dia mendapatkan uang sebanyak itu untuk biaya perawatan.

"Bagaimana kalau aku hamil dan Dante siuman dan melihatku dalam keadaan hamil? Apa dia akan berakhir meninggalkanku?" gumam Jane pelan sambil terisak-isak sedih.

Cukup lama Jane larut dalam kesedihan dan kekhawatirannya itu sampai dia pun harus buru-buru menyeka air matanya karena perawat dan dokter datang untuk memeriksa Dante.

"Hari ini pasien akan menjalani beberapa pemeriksaan sebelum menjalani operasi jantungnya," ucap dokter memberikan pengertian pada Jane. Dan Jane pun meengangguk mengerti.

"Tolong lakukan yang terbaik, dokter. Tolong selamatkan tunanganku..."

"Kami akan berusaha melakukan yang terbaik, nyonya."

***

Jane baru saja tiba di mansion ketika dia melihat mobil lain yaang terparkir di sana. Dia baru saja hendak bertanya pasa pria paruh baya yang Rex pekerjakan untuk jadi supirnya, tapi pertanyaan itu tak pernah sempat dia ucapkan karena sang supir sudah mengatakan jawabannya terlebih dahulu.

"Itu mobil milik nyonya Claire Nona, Ruby Jane."

"Maksud anda instrinya tuan Rex?"

Supir itu mengangguk dan menatap Jane dari balik kaca sepion di atas kepalanya. "Iya, beliau istrinya tuan Milagro."

Jane tak lagi menanggapi. Dia hanya diam dan memperhatikan mobil Claire, pada detik itu jantungnya berdebar kencang. Dia cukup bimbang untuk bertemu dengan perempuan yang sudah membelinya itu.

Sampai kemudian mobil yang ditumpanginya berhenti di depan mansion, Jane pun mengumpulkan keberaniaanya dan turun dari mobil. Sebelum masuk ke dalam, sejenak dia melirik ke arah mobil mewah Claire yang terlihat benar-benar indah. Jane merasa terpesona dan sejenak berpikir bahwa Claire benar-benar beruntung hidup bergelimang harta.

"Kau akhirnya pulang," ujar Claire menyapa Jane dengan dingin.

Jane menoleh lalu menunduk canggung ketika melihat tatapan dingin yang dilayangkan Claire kepadanya. "Maaf Nyonya saya baru saja kembali dari rumah sakit untuk menjenguk tunangan saya."

"Aku tak peduli apapun urusanmu. Aku di sini sehabis mengantar Rex. Dia sedang sakit, karena aku bekerja aku tak mungkin bisa mengurusnya. Kau urus Rex sampai dia sembuh selagi aku sibuk, nanti aku akan kembali ke sini untuk mencari tahu apakah kau sudah hamil atau belum."

Setelah mengatakan semua kalimat itu, Claire berjalan menghampiri Jane dan sejenak mendengatkan bibirnya ke dekat telinga Jane untuk sekadar berbisik-

"Berterima kasihlah pada Rex nona muda. Kau dipelihara olehnya dengan baik. Di dunia ini tak ada perempuan peliharaan yang diberikan mansion, kendaran pribadi dan fasilitas mewah lainnya. Dalam perjanjian antara kau dan akupun tak ada hal seperti itu, jadi kuharap kau sadar diri dan posisimu."

Jane tertegun di tempatnya.

"Bersikaplah sebagaimana kau berasal. Jangan hanya karena Rex memberimu semua fasilitas mewah ini menjadikanmu lupa daratan. Kau bukan nyonya rumah yang punya kebebasan untuk bepergian senyaman itu. Fokuslah hamil... kau perempuan miskin," lanjut Claire begitu kejamnya. Setelahnya dia benar-benar pergi meninggalkan Jane yang hanya bisa terdiam membisu di tempatnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nikmah Suryadi
rex kok betah ya hidup sama claire, thor bikin rex jatuh cinta pada jane
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    7. Ruby dan ikatan tak terlihat

    "Peliharaan?" Sepeninggalnya Claire, Jane mengulangi satu kata itu dengan sedih. "Ternyata bagi tuan Rex aku hanya seekor peliharaan," lanjutnya nelangsa.Dengan langkah gontai dia berjalan menuju lantai dua dimana kamarnya berada. Dari jarak beberapa langkah dia bisa melihat kalau pintu kamarnya terbuka, sehingga pada detik itu juga dia mengarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahaan. Dia berusaha menetralkan perasaan yang berkecamuk di dadanya dan berusaha memupuk keberaniannya sebelum masuk ke dalam kamarnya itu.Saat melangkah masuk ke dalam kamar, Jane tertegun di tempatnya untuk beberapa saat saat melihat pemandangan di hadapannya. "Tuan... apa yang telah terjadi pada anda?" cicitnya.Dia sedikit terkejut melihat keadaan Rex yang kini terbaring di atas tempat tidur dengan keadaan tangan dan kepala yang dibebat perban.Mendengar pertanyaan dari Jane, perlahan Rex pun membuka matanya dan sedikit bergerak melirik ke arah perempua

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-17
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    8. Terikat oleh ikatan tak terlihat

    Rex terbangun dari tidurnya karena rasa berdenyut di kepalanya. Saat pertama kali membuka mata, wajah cantik Jane yang tengah terlelap tidur jadi pemandangan yang menyambutnya."Kau masih sangat muda," gumam Rex seraya mengulurkan tangannya untuk membelai lembut pipi Jane.Cukup lama dia memandangi wajah cantik yang tengah terlelap itu. Dia terpesona berkali-kali melihat indahnya bentuk mata, hidung dan bibir Jane."Aku baru teringat kalau kau punya warna mata yang sangat indah." Jemari Rex membelai mata, hidung, pipi lalu kemudian berhenti di bibir ranum perempuan itu.Ingatannya tentang ciuman di hari pertama pertemuan mereka, membuat sesuatu di dalam dirinya bergejolak sehingga tanpa sadar membuatnya bergerak mendekatkan wajahnya pada wajah Jane dan perlahan mencium bibir perempuan itu dengan lembut.Ciuman itu membuat Jane terlihat gelisah dalam tidurnya dan Rex yang menyadari hal itu pun segera menyudahi ciumannya dan bergegas pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    9. Takut terbawa arus

    Dengan napas terengah-engah, Rex beringsut menarik dirinya menjauh dari Jane dan terbaring tepat di samping perempuan itu. Untuk waktu yang lama, Rex terus memandangi wajah Jane yang merah padam karena lelah dan juga...malu. Lantas kemudian Rex pun mengulurkan jemarinya untuk menyelipkan anak-anak rambut yang menghalangi wajah cantik Jane."Apa aku menyakitimu," tanya Rex dengan suara lembutnya. Dia kian intens memandangi wajah Jane untuk menunggu jawabannya.Jane menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak," cicitnya.Lantas tanpa kata, Rex menarik selimut untuk menutupi tubuh polos mereka berdua lalu kemudian dia pun merengkuh Jane ke dalam pelukannya dan memeluknya erat-erat. Hal itu sempat membuat Jane terkejut untuk beberapa detik karena sadar bahwa saat ini kepalanya menekan lengan pria itu yang sedang terluka."Tuan, tangan anda...""Tak apa, Ruby. Biarkan aku tetap berada dalam posisi ini," ucapnya membuat Jane tak lagi mengeluarkan komentar apap

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-19
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    10. Bukankah aku lebih baik daripada dia?

    "Hari ke berapa ini Rex? Kau tampaknya sangat betah sekali di sana sampai-sampai lupa jalan pulang," ujar Claire penuh sindiran begitu melihat Rex melangkah masuk ke dalam rumah."Hari ke 20," jawab Rex singkat dan dengan santainya dia duduk di hadapan Claire untuk ikut makan malam dengan istrinya itu.Suara tawa kecil terdengar dari Claire yang kini menatap Rex dengan tatapan mengejek. "Rupanya kau sangat menyukai perempuan itu. Apa hubungan pria dewasa dan perempuan dewasa secandu itu bagimu? apa bagusnya hubungan seperti itu?""Aku pikir kau akan mengerti seperti apa ikatanku dengan Jane saat ini karena kau pun menjalani ikatan hubungan yang sedikit... sama walaupun tak wajar.""Kalau begitu apa peliharaanmu itu sudah menunjukan tanda kehamilan? Pastikan dia segera hamil."Rex benar-benar benci tiap kali Claire menggunakan istilah kasar itu untuk memanggil Jane. Namun kali ini Rex memilih untuk pura-pura tak mendengar pada bagian itu."Na

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-20
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    11. Kita bukan pasangan

    "Apa kau tak pernah sadar kalau bagiku kau seindah itu? Jika rasa cintaku hanya sekadar tertarik pada kecantikan dan keperluan biologis yang harus terpenuhi saja, aku tak akan bertahan selama ini bersamamu.""Seindah apa aku bagimu?""Keindahan yang membuatku terus menerus jatuh cinta tiap kali memandangmu. Keindahan yang membuatku tetap bertahan walau tahu kau tak mencintaiku. Jika saja situasinya berbeda pasti kita akan jadi pasangan yang bahagia dan-""Setelah anakku lahir, mari kita bercerai, Rex." Claire tiba-tiba memotong ucapan dan mengatakan kalimat itu tanpa tedeng aling-aling. Dia bahkan tak sekalipun memperdulikan bagaimana perasaan Rex saat itu.Senyum dan ekspresi penuh hatap di wajah Rex seketika lenyap, berganti dengan ekspresi terkejut dan juga kecewa."Kenapa?" cicit Rex tak habis pikir."Karena kita bukan pasangan. Lebih tepatnya kita tak bisa lagi berlama-lama hidup sebagai pasangan suami istri karena kau lebih banyak diru

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-21
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    12. Penenang

    "Hari ini anda akan pulang ke rumah utama atau...?" tanya supir pribadi Rex sengaja mengantungkan pertanyaannya. Dia melirik Rex melalui spion dan menunggu jawaban dari tuannya itu.Saat itu Rex hanya duduk melamun di kursi belakang dengan tablet di tangannya sedangkan pandangannya justru terus terpaku pada luar jendela."Tuan Milagro," panggilnya lagi ketika melihat Rex tetap bergeming dan tak mengindahkan pertanyaannya.Kali ini Rex melirik sekilas lalu kembali memusatkan pandangannya pada pemandangan di luar jendela. "Hari ini aku merasa benar-benar kacau. Aku tak bisa bertemu dengan Claire dulu. Jadi, aku ingin menenangkan diri di rumah ibuku," jawab Rex akhirnya.Tanpa kata, supir pribadi Rex itu pun mengubah rute jalannya. Selama perjalanan itu Rex tetap melamun dan terlihat begitu murung."Sepertinya anda selalu mencari rasa tenang pada nona Jane, tuan. Apakah saya perlu menghubunginya untuk memintanya bersiap-siap atas kunjungan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    13. Aku harap kau segera hamil

    "Jadi dia tunanganmu?" tanya Rex sembari berdiri di samping Jane dan melihat keadaan Dante yang masih terbaring tak sadarkan diri di dalam ruangan dengan kaca besar di hadapan mereka."Iya, dia tunangan saya. Dante namanya," jawab Jane.Saat itu Rex menoleh ke samping untuk sekadar menemukan Jane yang terpaku menatap sedih, penuh rindu, dan juga penuh cinta pada Dante yang ada di dalam sana.Melihat Jane seperti itu, Rex hanya terdiam untuk beberapa saat lalu kemudian berpaling dan kembali mengamati Dante. Dia memasukan kedua telapak tangannya ke dalam saku celananya."Kau punya tunangan yang sangat tampan."Jane mengulum senyumnya dan mengangguk. Saat itu air mata mengalir ke pipinya dan buru-buru dia menyekanya. "Iya Dante memang pria yang paling tampan yang saya temui, dan dia bahkan bersedia bertunangan dengan perempuan seperti saya."Rex mengerutkan keningnya bingung. "Memangnya kau perempuan seperti apa, Ruby. Kau pun punya kecantikan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    14. Kau membuatnya masuk terlalu jauh

    "Aku ingin membeli kue lebih dulu," perintah Claire pada supir pribadinya itu tanpa memandang ke arahnya sama sekali. Claire hanya sibuk pada ipadnya tanpa peduli siapapun orang di sekitarnya termasuk sang supir."Baik Nyonya." Tanpa banyak bicara lagi dia langsung memutar arah untuk ke toko kue yang biasa Claire kunjungi, walaupun saat itu posisinya mobil sudah dekat menuju kediaman Claire.Lama perjalanan yang mereka tempuh akhirnya, mereka pun sampai di toko kue yang Claire inginkan. Tanpa kata Claire langsung keluar dari mobil meninggalkan supirnya yang hanya bisa menghela napas lelah.Senyuman ramah dari pemilik toko itu menyambut Claire ketika berjalan menuju etalase untuk memilih kuenya."Aku pikir anda akan melewatan hari untuk membeli kue. Jadi, kue cheese cake seperti biasa?" sapanya sambil mengambil satu kue cheese cake dan memasukannya ke dalam kotak kue untuk Claire bawa pulang."Mana mungkin aku melewatkan hari tanpa makan kue dari si

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24

Bab terbaru

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    32. Bisakah kita jadi pasangan?

    "Entah kenapa, tapi rasanya hari ini kau sedang berusaha bersikap manis padaku." Rex bertopang dagu menatap Jane dengan tatapan jenaka. "Ada apa, jangan bilang kalau ini adalah cara yang kamu lakukan karena merasa bersalah?"Jane hanya menunduk malu. "Tak sepenuhnya begitu, tapi aku juga tak bisa mengelak bahwa aku sedang bersikap manis padamu.""Jadi, jika tak sepenuhnya didasari oleh rasa bersalah lantas apa alasanmu bersikap manis padaku?""Karena ingin saja. Apa kamu merasa tidak nyaman dengan sikapku yang tiba-tiba begini? Jika iya, aku tidak akan-""Aku menyukainya. Aku merasa kita lebih akrab jika kau bersikap manis seperti ini, jadi teruskan saja." Rex menyudahi ucapannya dengan meneguk habis jeruk di gelasnya dan menyelesaikan sarapannya dengan senyuman senang. "Hari ini aku mengambil waktu cutiku sampai besok. Setelah aku selesai mandi, mau bersantai denganku di taman belakang?""Iya," jawab Jane singkat. Pembicaraan mereka sebelumnya benar-benar membuat Jane mendadak kehila

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    31. Pemilik Hati Rex

    "Kau pergilah istirahat. Aku akan kembali ke kantor karena ada pekerjaan yang harus ku kerjakan," ujar Rex berpamitan sambil mengusap sayang puncak kepala Jane terlebih dahulu sebelum kemudian pergi.Jane melihat kepergian Rex untuk beberapa saat lalu akhirnya mengikuti langkah Elma yang menemaninya untuk menuju kamar tidurnya. Selama Elma membantunya menaiki tangga, selama itu pula Elma memandangi wajahnya lekat-lekat."Ada apa, Elma... apa ada hal yang ingin kau katakan padaku?""Apa anda baik-baik saja?" tanya Elma akhirnya."Iya aku baik-baik saja. Apa ada masalah yang tidak kuketahui?" jawab Jane yang kemudian balik bertanya."Sebenarnya beberapa jam yang lalu tuan pulang dengan panik mencari anda karena pihak rumah sakit berkata kalau anda hilang. Tuan tampak sangat panik mencari anda, supirnya bilang kalau kepanikan itu terjadi karena tuan mendapati darah di kamar rawat anda tapi tak menemukan keberadaan anda di sekitar rumah sakit. Kepanikannya kian menggila ketika dia tak men

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    30. Celengan Rindu

    Suara teriakan tertahan itu terdengar jadi Dante ketika selang bantu napas itu ditarik keluar dari mulutnya, membuat rasa perih seketika mendera tenggorokannya. Saat itu, hanya lelehan air mata yang bisa menjabarkan betapa tersiksanya Dante saat itu.Jane yang mendengarnya hanya bisa meringis sedih. Dia menatap Fany dengan bimbang, menebak-nebak apa kiranya yang terjadi di dalam sana dalam waktu yang cukup lama dan sampai-sampai terdengar suara jeritan."Kau mendengarnya kan, Fany? Apa Dante baik-baik saja di dalam sana? Suara jeritan yang tertahan itu terdengar seperti sedang sangat kesakitan ya kan?" tanya Jane bertubi-tubi.Fany tersenyum hangat lalu mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut punggung Jane. "Tenanglah. Dokter sedang memeriksa kondisi vital Dante, mereka tak mungkin gegabah dalam melakukan tindakan. Dante pasti baik-baik saja," ucapnya.Helaan napas berat terdengar dari Jane yang kini memandang ruangan ICU yang ditempati Dante dengan perasaan yang semakin resah. Na

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    29. Kelegaan

    Jane pikir yang harus dia khawatirkan hanyalah kemarahan Claire saja lalu kemudian dia bisa menjalani kehamilannya dengan nyaman. Namun, ternyata tak semudah itu kemarahan Claire kali ini lebih buruk dari sebelum-sebelumnya."Jangan pernah merebut kebahagiaanku," tegas Claire yang menatap Jane dengan benci. "Ada apa dengan semua orang belakangan ini? Kenapa kau menyukai Rex, temanku menyukai Rex, lalu siapa lagi dan berapa banyak lagi orang yang akan menyukainya? Menyebalkan!"Mendengar semua kemarahan itu Jane hanya bisa menunduk, tak bisa mengatakan apapun. Walau jauh di dalam hatinya Jane ingin sekali menjawab dan mengutarakan pembelaannya bahwa dia tak sedang menyukai Rex. Kecurigaan Claire itu salah."Hanya aku yang boleh dicintai oleh Rex. Kau seharusnya bersikap tahu diri untuk tak melibatkan Rex terlalu jauh bersamamu. Bukankah kau punya calon suami? Apa kau sangat murahan sampai-sampai kau berharap bisa mendapatkan dua pria sekaligus?" Claire menc

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    28. Jangan membuatku salah paham

    "Aku tahu anda ingin melindungiku dan bayi di dalam perutku, tapi tolong... jangan bersikap terlalu manis padaku. Sebab, kamu punya istri dan aku punya calon suami. Kita harus fokus pada tujuan utama kerja sama di antara kita dibangun," ujar Jane tenang, tapi sarat akan ketegasan.Rex tampak tertegun sejenak, sebelum kemudian tersenyum hangat dan mengangkat kedua bahunya ringan."Aku tak peduli dengan semua kekhawatiranmu tentang hal yang terjadi di antara kita. Aku akan tetap bersikap seperti ini selagi kontrak di antara kita masih berlaku," tandasnya sembari dengan santainya menyuapkan potongan kimbab dan ayam tepung itu ke dalam mulut Jane. Seolah-olah saja dia sengaja melakukannya untuk membuat Jane berhenti protes."Makanlah dengan nyaman, jangan memikirkan apapun yang membuat dirimu terbebani. Kau tak perlu khawatir aku akan jatuh cinta padamu dan memperumit urusan di antara kita, bukankah aku sudah berjanji akan memastikan hidupmu bersama tunanganmu

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    27. Perhatian penuh

    "Jangan menatap pada tanganmu, kau akan ketakutan." Dengan lembut Rex menahan wajah Jane agar tak menatap ke arah tangannya yang sedang dibantu dipasangkan infus oleh seorang perawat.Rex membuat Jane hanya menatap ke arahnya. Jane hanya bisa diam menurut dan menatap Rex dengan tatapan sayu, sedangkan Rex melayangkan tatapan teduhnya pada Jane yang membuatnya merasa lebih tenang.Jane meringis ketika jarum infus mulai menembus pembuluh vena di tangannya, tapi segera Rex membelai pipinya lembut dan terus mengatakan kalimat penenang untuk Jane agar rasa sakitnya sedikit teralihkan.Infus pun selesai dipasang dan Rex pun tersenyum hangat pada Jane. "Kau hebat sekali karean sudah menahan rasa sakitmu dengan baik.""Tapi jika aku di rawat di rumah sakit, aku akan jadi sangat merepotkanmu dan para maid.""Itu bukan masalah besar.""Maaf," cicit Jane."Permintaan maaf untuk apa?""Karena tubuhku yang lemah dan merepotkanmu sampai sejauh ini, ketika banyak sekali perempuan di luar sana yang h

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    26. Kebingungan

    Claire duduk termenung di balkon, tubuhnya diselimuti cahaya temaram dari lampu-lampu kota yang berpendar di kejauhan. Angin malam berembus lembut, membawa aroma tembakau dari rokok yang dihisapnya. Tangan kirinya menggantung lemas di sisi kursi, sementara tangan kanannya memegang rokok yang hampir habis terbakar. Wajahnya tampak kosong, tetapi ada kedalaman emosi yang sulit terbaca.Dari dalam kamar, suara langkah ringan mendekat. Selly, dengan tubuh yang hanya dibalut handuk putih, muncul di ambang pintu balkon. Dia bersandar sejenak di kusen pintu sebelum berjalan menghampiri Claire. Dengan gerakan santai, dia mengambil sebatang rokok dari kotak yang tergeletak di meja kecil di dekat Claire."Kau terlihat aneh malam ini," ujar Selly sambil menyalakan rokoknya. Matanya menyipit menatap Claire, mencoba membaca pikirannya. "Apa kau bertengkar lagi dengan suamimu?"Claire menghela napas panjang sebelum menoleh sekilas ke arah Selly. "Tidak," jawabnya singkat. "Kami baik-baik saja. Aku h

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    25. Aku ingin jadi ayah yang baik

    "Apa perasaanmu sekarang sudah lebih baik?" tanya Rex di perjalanan pulang.Jane yang sedari tadi lebih banyak diam daripada biasanya itu pun hanya menoleh dan mengangguk lesu. "Sedikit lebih tenang setelah melihat sendiri kalau kondisi Dante sudah lebih stabil.""Syukurlah. Dia pasti akan segera pulih, buktinya dia sudah bertahan sampai sejauh ini karena tahu kau tetap menunggunya.""Kamu benar," sahut Jane dengan suara seraknya karena terlalu banyak menangis. Dia mengangguk setuju sekaligus mengaminkan ucapan Rex. "Aku harap Dante bisa segera sadar dari koma dan kembali pulih. Aku melakukan semua ini agar bisa melihatnya kembali sehat seperti dulu, walaupun aku juga tak tahu apa dia akan menerimaku kembali jika tahu apa yang sudah kulakukan saat dia terbaring koma."Jane menatap kosong jalanan di depannya. Pikirannya melayang jauh entah kemana, sebab ternyata rasa lega yang dia rasakan sebelumnya tak serta merta menghilangkan rasa kekhawatirannya tentang masa depan."Tenang saja, Ru

  • Terpaut Kasih Sang Billionaire    24. Dante itu pusat dunianya Jane

    Rex melihat puluhan panggilan telepon dari Ruby dan juga maid. Dia meringis membayangkan betapa kalutnya Jane saat itu sampai dia meneleponnya sebanyak itu.Dengan gelisah, Rex pun menambah kecepatan mobilnya agar bisa segera pergi menemui Jane. Jalanan perbukitan yang kosong membuat Rex bisa leluasa mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi sehingga akhirnya dia sampai di mansion dan segera berlari masuk."Ruby," panggilnya tergesa-gesa melangkah masuk.Dia hendak pergi ke kamar saat dia melihat maid yang memberikan kode dengan menunjuk ke arah sofa, sehingga Rex tahu kalau Jane ada di sana. Tanpa banyak bicara Rex melangkah menuju sofa untuk sekadar menemukan pemandangan Jane yang berbaring di sofa dengan wajah yang terlihat gelisah."Ruby," panggil Rex lembut. Dia sedikit merunduk untuk membangunkan Jane."Nona Jane tertidur setelah lelah menangis, tuan." Suara Elma memberitahu Rex.Rex semakin merasa bersalah karena membiarkan Jane kalut dalam waktu yang sangat lama. Dia pun ke

DMCA.com Protection Status