Ayrin hanya diam dan tidak membalas ciuman Briyan. Bahkan kepalanya jadi pusing karena mencium bau alkohol dari mulut pria tampan itu.Tok....tok....tok..... Seseorang mengetuk pintu.Ayrin dengan sigap melepaskan bibirnya dari bibir Briyan. "Mas tolong lepaskan, aku mau buka pintu" ucap Ayrin dengan wajah yang memohon sambil tangannya berusaha membuka tangan kekar Briyan dari pinggulnya.Briyan menggelengkan kepala. "Aku tidak akan pernah melepaskan kamu" ucapnya.Setelah 5 menit, akhirnya pintu terbuka dan Deny muncul dari balik pintu."Upzz......." Deny menutup mulut dengan jari tangan ketika melihat Ayrin dan Briyan sedang berpelukan di atas tempat tidur dengan posisi Ayrin di atas dan Briyan di bawah. Saat itu juga ia memutar tubuh untuk ke luar dan kembali menutup pintu. Tadinya Deny berniat untuk mengambil ponselnya yang tertinggal di sana."Tunggu Den" panggil Ayrin saat Deny memutar tubuh untuk pergi."Mas, tolong dong lepaskan aku" Ayrin merasa malu, ia takut jika Deny berpi
Sepanjang perjalanan menuju apartemen, kata-kata Raymond dan Rehan berputar-putar di kelapa Briyan. Ia tidak bisa membayangkan betapa malunya saat bertemu dengan orang-orang yang hadir pada malam itu."Kamu dari mana sih ? Di telepon gak di angkat, pesan enggak dibalas" gerutu Sarah ketika Briyan masuk dari pintu.Briyan hanya diam, pria tampan itu berjalan melewati Sarah dan masuk ke dalam kamar. Menjawab pertanyaan Sarah hanya untuk membuat masalah, itu sebabnya Briyan memilih diam."Ditanya bukannya dijawab" protes Sarah sambil mengikuti langkah Briyan dari belakang masuk ke dalam kamar."Sarah, aku enggak ada waktu untuk berdebat" ucap Briyan."Siapa yang mau berdebat ? Wajar dong seorang istri menanyakan suaminya dari mana tidak pulang satu hari satu malam" "Kamu kan sudah tahu kalau satu malam ini aku di acara anniversary Raymond dan Tasya" jawab Briyan dengan wajah yang dingin. Ia melepaskan pakaiannya dan bergegas masuk ke dalam kamar mandi tanpa peduli dengan tatapan Sarah.
Suara kicauan burung menambah keindahan di pagi hari. Ayrin sedang berdiri di balkon sambil mengibaskan rambut panjangnya. Wanita cantik bernama biru itu baru selesai mandi, karena mulai hari ini ia akan kembali bekerja. Walaupun rasa mual masih sering ia rasakan.Seketika matanya mengerut melihat mobil yang baru masuk dari gerbang. Dulunya mobil itu sering parkir di kediaman Barata, tetapi sudah beberapa bulan ini tidak lagi."Itu kan mobil Sarah !" Ucap Ayrin sambil memperjelas penglihatannya.Tidak lama, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Ayrin melangkah meninggalkan balkon menuju pintu."Permisi nyonya. Nona Sarah menunggu anda di ruang tamu" ucap pelayan dengan hormat."Baik bi, sebentar lagi aku ke sana" Ayrin menutup pintu, ia meraih pakaian kantor dari dalam lemari lalu mengenakannya. Setelah itu baru ia melangkah menuruni anak tangga untuk menghampiri Sarah yang duduk di ruang tamu."Selamat pagi Ayrin" sapa Sarah dengan lembut."Pagi Sarah" balas Ayrin tidak kalah lemb
"Aku juga gak tahu kak" jawab Deny."Terus kamu kenapa ada di sini ?""Anak pemilik bar ini temanku, dia yang menghubungiku dan memberitahu kalau kak Briyan sudah mabuk parah, itu sebabnya aku datang kemari" jawab jujur Deny, karena memang anak dari pemilik bar itu lah yang menghubungi Deny dan memintanya untuk segera datang ke sana."Ow...." Sahut singkat Ayrin."Mas kita pulang ya ? Ini sudah larut malam" bujuk Ayrin dengan lembut."Hm.... pulang ? Aku enggak mau" tolak Briyan dengan nada yang tidak jelas."Mas, ini sudah larut malam. Aku antar kamu pulang ya ?" Ayrin berusaha membujuk Briyan untuk pulang. Ia bersikap lembut layaknya seorang ibu yang sedang membujuk anaknya yang sedang merajuk. Dan pada akhirnya Briyan menuruti apa yang dikatakan Ayrin, tetapi dengan satu syarat, Ayrin tidak akan mengantarnya ke apartemen melainkan membawanya pulang ke kediaman Barata.Dalam perjalanan menuju kediaman Barata, tiba-tiba Ayrin muntah akibat mencium baunya aroma alkohol, perutnya teras
Ketika Ayrin melihat bus memasuki terminal, ia tersenyum bahagia. Ia percaya kalau Eribka ada di dalam sana, karena bus itulah yang ada di desa mereka. Setelah 5 menit berhenti, akhirnya Eribka muncul dari pintu bus. Wanita cantik itu sama sekali tidak melihat keberadaan Ayrin di sana."Eribka" panggil Ayrin dan langsung memeluk sahabatnya itu. Sontak hal itu membuat Eribka terkejut, namun ia langsung membalas pelukan Ayrin."Aku sangat merindukanmu Eribka" ucap Ayrin, ia melepaskan pelukannya dari Eribka dan mencium kedua pipi sahabatnya itu secara bergantian. Begitu juga dengan Eribka, wanita cantik itu juga mencium kedua pipi Ayrin, bahkan ia sampai meneteskan air mata."Aku juga sangat merindukanmu Ayrin" balas Eribka.Ayrin mengangkat kedua tangan, ia menyeka air mata dari kedua pipi Eribka. "Jangan menagis dong, kan kita sudah bertemu dan bersama kembali" ucapnya sambil tersenyum, namun kedua matanya sudah mulai berkaca-kaca."Aku menagis karena bahagia, bisa bertemu lagi dengan
Tepat pukul 8 pagi, Ayrin dan Eribka sudah tiba di kantor Father's Deposit. Wanita cantik yang tengah mengandung 3 bulan itu sedang menyerahkan Eribka kepada supervisor untuk dibimbing sebagai wakil sekretaris.Hari pertama bekerja tentu membuat Eribka merasa canggung dan gugup. Walaupun pemilik perusahaan itu adalah sahabatnya sendiri, tetapi ia harus bersikap profesional dan patuh pada peraturan serta menghargai karyawan senior."Apa ibu Eribka sudah paham ?" Ucap sang supervisor setelah menjelaskan semuanya kepada Eribka."Su...su...sudah buk" jawab Eribka dengan gugup."Baguslah, kalau begitu aku akan mengantar anda keruangan anda" Eribka mengikuti langkah supervisor menuju salah satu ruangan yang terletak tepat di depan ruangan supervisor. Saat akan masuk ke dalam ruangan, ia melihat seorang wanita hamil melangkah menuju ruangan Ayrin."Mulai sekarang ini ruangan anda" ucap supervisor."Oke, terima kasih buk" sahut Eribka dengan tersenyum manis. Tidak bisa dipungkiri betapa ia m
Bruk..... tiba-tiba pintu terbuka dan Eribka menerobos masuk ke dalam kamar. "Ayrin, siapa pria itu ?" Ucapnya dengan nada yang lantang."Eribka" Ayrin sedikit terkejut dengan kedatangan sahabatnya."Tolong jawab Ayrin, apa dia adalah pria selingkuhan kamu ?" Desak Eribka.Ayrin menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan lembut melalui mulut. "Kamu duduk dulu, biar aku jelaskan" Ayrin dan Eribka duduk bersampingan di atas sofa. Wanita cantik yang tengah mengandung 3 bulan itu menceritakan semuanya kepada Eribka. Menurut Ayrin, tidak ada gunanya lagi untuk menutupi tentang perceraiannya dengan Briyan."Ha.....kamu serius ?" Eribka masih tidak percaya kalau Ayrin dan Briyan sudah bercerai."Iya, aku tidak berbohong dan wanita hamil yang kamu lihat tadi...""Dia adalah istri simpanan Briyan" sahut Eribka yang membuat Ayrin tidak melanjutkan kata-katanya."Bukan, dia adalah istri pertama mas Briyan""What...? Jadi kamu menikah dengan pria yang sudah beristri ? Wah.... Tante Pamel
Saat Sarah akan pergi, Briyan tiba-tiba muntah dan jatuh dari sofa ke lantai. Hal itu membuat Sarah gagal menemui Aldo. Wanita yang sedang mengandung 7 bulan itu masih memiliki rasa kemanusiaan, sehingga ia mengurus Briyan walaupun dengan hati yang kesal."Tolong deh jangan menyusahkan aku setiap hari. Yang perlu kamu lakukan itu adalah mencari uang yang banyak karena sebentar lagi aku akan melahirkan, bukannya mabuk-mabukan seperti ini" gerutu Sarah. Wajar dong dia marah dan berkata seperti itu, karena 3 bulan lagi dia akan melahirkan dan butuh biaya banyak. Sedangkan Briyan sibuk dengan dunianya sendiri tanpa memikirkan istrinya."Hm....." Hanya itu yang ke luar dari mulut Briyan. Pria tampan itu masuk ke dalam kamar dengan bantuan Sarah dan tertidur hingga matahari terbit...................Hari yang melelahkan, di mana siang ini Ayrin ada pertemuan dengan klien. Kondisinya yang masih lemah membuat wanita cantik itu kembali berurusan dengan dokter. Saat ini ia dan Eribka sedang b
Dua bulan telah berlalu, di mana saat ini usia kandungan Ayrin memasuki 9 bulan. Bahkan beberapa hari terakhir ini Ayrin sudah sering merasa sakit dan mulas di bagian perut. Namun saat periksa, dokter mengatakan kalau itu hanya kontraksi palsu. Jadi Ayrin hanya bisa melakukan jalan-jalan pagi dan sore hari, agar mempermudah persalinannya saat melahirkan nanti.Briyan dan Pamela sudah berkeras untuk meminta Ayrin melakukan operasi, keduanya merasa kasihan setiap kali Ayrin meringis kesakitan akibat kontraksi. Tetapi Ayrin menolak, wanita cantik itu sudah membulatkan niatnya untuk melahirkan normal. Ayrin merasa takut membayangkan jarum suntik, karena ia memang fobia dengan suntik."Sayang, kita lakukan operasi saja ya ?" Bujuk Briyan. Saat ini mereka sedang jalan-jalan pagi di taman yang ada di pekarangan kediaman Barata."Enggak mas, aku mau melahirkan normal. Aku ingin menjadi wanita yang sesungguhnya. Jika masih bisa normal, kenapa harus operasi ? Orang yang melakukan operasi itu ka
Tepat pukul 12, Ayrin dan Briyan sudah tiba di pusat perbelanjaan. Sebelum berburu pakaian bayi ! Keduanya terlebih dahulu makan siang. Saat keduanya sedang asik menikmati makanannya, tiba-tiba seseorang menyapa mereka."Apa kabar Ayrin ?"Briyan dan Ayrin refleks menegakkan kepala secara bersamaan. "Kamu" ucap Briyan dengan nada yang lantang."Jangan mas, kamu harus tenang" Ayrin memeluk Briyan. Ia tidak mau jika suaminya itu sampai memukul Aldo. "Santai bro, aku datang kemari bukan untuk menganggu istrimu. Tetapi aku ingin mengatakan kalau bayi yang ada di dalam kandungan Ayrin adalah milikku" ucap Aldo yang membuat Briyan semakin marah."Tutup mulutmu" sentak Ayrin. "Jangan berusaha menghancurkan hubungan orang lain" lanjutnya."Aku tidak bermaksud untuk menghancurkan hubungan kalian, tetapi aku hanya mengatakan yang sebenarnya" Briyan langsung menarik leher baju Aldo. "Tutup mulutmu sebelum aku menghancurkannya" Pengaman kafe datang menghampiri mereka, "silahkan pergi tuan, and
Akibat jatuh dari pohon, hari ini Briyan tidak masuk kantor. Tubuh pria tampan itu terasa remuk, bahkan ia jadi demam. Hal itu membuat Ayrin merasa bersalah. Ia tidak tega melihat suaminya meringis kesakitan, bahkan satu malam ini Briyan tidak bisa tidur."Mas, aku panggil tukang pijit ya ?" Ucap Ayrin."Enggak usah sayang" tolak Briyan."Kenapa gak usah ? Nanti kalau enggak dipijit sembuhnya lama loh mas" "Aku bukannya gak mau dipijat" sahut Briyan."Terus, enggak mau apa ?""Gak mau orang lain yang pijit, maunya kamu" jawab Briyan sambil tersenyum licik."Tapi aku gak ngerti pijit mas ?""Aku gak mau tahu, yang penting berani berbuat harus berani bertanggung jawab" protes Briyan."Baiklah kalau begitu" Ayrin bangkit dari ranjang melangkah menuju meja rias, lalu mengambil minyak telon dari sana."Ets ... tunggu dulu" Briyan menghindar saat Ayrin ingin menyentuh tubuhnya."Apalagi sih mas ?""Kamu ikhlas enggak untuk pijat aku ?" Tanya Briyan."Ya ikhlas dong mas" "Kalau ikhlas, kam
Dua bulan telah berlalu, di mana hari ini keluarga Barata sedang mengadakan acara 7 bulan kandungan Ayrin. Tamu yang berdatangan bukan hanya dari golongan atas atau sesama pengusaha, dan bukan pula hanya tamu dari Jakarta. Tetapi juga tamu dari desa Bukit Kehidupan, yaitu desa kelahiran Ayrin.Pamela sengaja mengundang seluruh warga desa itu demi membahagiakan Ayrin. Ia tahu kalau menantunya itu pasti tidak menginginkan yang lain selain kehadiran warga desa yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.Acara itupun berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan. Kini warga desa sudah bersiap-siap untuk kembali ke desa Bukit Kehidupan. Sebenarnya Pamela dan Briyan meminta mereka untuk menginap karena hari sudah malam dan menunjukkan pukul 8. Tetapi warga desa menolak, mereka tetap meminta untuk pulang malam ini. Sebab banyak diantara mereka yang harus bekerja besok pagi dan anak-anak mereka harus sekolah."Dada" ucap Ayrin sambil melambaikan tangan ke arah bus pariwisata yang membawa ro
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Ayrin sudah membaik. Wanita cantik yang sedang hamil 5 bulan itu sudah tidak trauma lagi dengan kejadian itu.Tok....tok....tok.... Seseorang mengetuk pintu."Iya sebentar" sahut dari dalam.Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, melangkah untuk membuka pintu."Iya bi ?" Ucap Ayrin setelah melihat yang berdiri dibalik pintu adalah pelayan."Ada nona Sarah di ruang tamu nyonya" "Oh.... baiklah" Ayrin mengikuti langkah pelayan menuju ruang tamu. Dan benar saja Sarah sedang duduk di atas sofa sambil menggendong anaknya."Hay Sarah" sapa Ayrin."Hay Ayrin" balas Sarah sambil bangkit dari sofa. Ia melangkah menghampiri Ayrin lalu memeluknya dengan erat sambil menagis."Hay, kamu kenapa ?" Tanya Ayrin. Ia membalas pelukan Sarah dan mengelus punggungnya."Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi Ayrin" ucap Sarah ditengah-tengah tangisannya.Ayrin melepaskan pelukannya dari Sarah. "Ayo duduk dulu" Ayrin menuntun Sarah duduk ke sofa."Sebenarnya a
Waktu telah menunjukkan pukul 12 siang, di mana Briyan dan Ayrin saat ini sedang dalam perjalanan menuju sebuah kafe tempat mereka untuk bertemu dengan klien."Mas, mas, berhenti sebentar" ucap Ayrin.Briyan menghentikan mobilnya di sisi jalan. "Ada apa sayang ?""Aku mau itu dong mas" Ayrin menunjuk ke arah seberang jalan. Dan diikuti kepala Briyan, pria tampan itu tersenyum setelah melihat apa yang ditunjuk oleh Ayrin."Itu enggak bagus untuk wanita hamil sayang, soalnya itu makanan mengandung pewarna" ucap Briyan dengan lembut.Ayrin tersenyum, "tapi aku pengen itu mas" "Tapi janji makannya gak banyak-banyak" tegas Briyan. Ia ragu untuk memberikan Ayrin makanan sembarangan, sebab dokter mengatakan kalau kandungan wanita cantik itu sangat lemah, bahkan dokter menyarankan untuk istirahat total hingga usia kandungannya 5 bulan.Ayrin mengangkat dua jari tangan berbentuk V. "Janji" ucapnya dengan riang."Oke, kamu tunggu di sini ya ?" Briyan membuka pintu lalu menyebrang jalan untuk m
Kicauan burung di pagi hari membangunkan Briyan dari tidurnya. Pria tampan itu membuka mata dengan malas sambil tersenyum melihat wanita cantik yang tertidur pulas di sampingnya, dengan posisi menjadikan lengan kekarnya sebagai bantal.Briyan mengelus ujung kepala Ayrin dengan lembut. "Aku bahagia bisa memilikimu Ayrin. Bahkan aku pria yang paling beruntung di dunia" ucapnya dengan lembut dan nyaris tidak terdengar."I love you sayang" ucap Briyan sambil mengecup kening Ayrin. Sentuhan lembut dari Briyan membuat Ayrin membuka mata. "Mas sudah bangun ?" Ucapnya sambil berusaha menyembunyikan wajahnya dengan selimut.Bukanya menjawab, Briyan malah balik bertanya. "Kenapa wajahnya disembunyikan sayang ?""Malu mas" jawab jujur Ayrin. Rasanya enggan pede menunjukkan wajah bantalnya kepada Briyan. Briyan menarik paksa selimut yang menutupi wajah Ayrin. "Kamu itu cantik banget tahu" puji Briyan."Tapi aku enggak pede mas""Kok gak pede, aku ini suami kamu loh sayang !" Bujuk Briyan. Ia be
Setelah 15 menit di dalam kamar, akhirnya dokter ke luar dari sana. Ia mengatakan kepada keluarga Barata kalau ingatan Briyan sudah 50% pulih. Tentu ucapan dokter itu kabar bahagia bagi Ayrin."Jadi bagaimana dok, apa aku masih tetap membawanya ke luar negeri ?" Tanya Pamela kepada dokter yang menangani Briyan."Menurutku tidak perlu nyonya. Sebab tuan Briyan sudah mengigat nyonya, adiknya dan sedikit tentang masa lalunya" "Oh.... yasudah kalau begitu" Pamela menuruti apa yang dikatakan dokter.Tentu Ayrin semakin semangat karena Pamela tidak jadi membawa Briyan berobat ke luar negeri. Walaupun suaminya itu tidak mengenalnya saat ini ! Tetapi Ayrin selalu ingin dekat di sisi Briyan."Dok, apa sudah bisa menemui mas Briyan ?" Tanya Ayrin."Silahkan nyonya" Ayrin bergegas masuk ke dalam kamar, ia tersenyum sambil melangkah menghampiri Briyan yang duduk bersandar di atas tempat tidur."Mas" panggil Ayrin.Briyan menegakkan kepala untuk melihat Ayrin. "Kamu kenapa masuk ke kamarku Ayrin