Saat Sarah akan pergi, Briyan tiba-tiba muntah dan jatuh dari sofa ke lantai. Hal itu membuat Sarah gagal menemui Aldo. Wanita yang sedang mengandung 7 bulan itu masih memiliki rasa kemanusiaan, sehingga ia mengurus Briyan walaupun dengan hati yang kesal."Tolong deh jangan menyusahkan aku setiap hari. Yang perlu kamu lakukan itu adalah mencari uang yang banyak karena sebentar lagi aku akan melahirkan, bukannya mabuk-mabukan seperti ini" gerutu Sarah. Wajar dong dia marah dan berkata seperti itu, karena 3 bulan lagi dia akan melahirkan dan butuh biaya banyak. Sedangkan Briyan sibuk dengan dunianya sendiri tanpa memikirkan istrinya."Hm....." Hanya itu yang ke luar dari mulut Briyan. Pria tampan itu masuk ke dalam kamar dengan bantuan Sarah dan tertidur hingga matahari terbit...................Hari yang melelahkan, di mana siang ini Ayrin ada pertemuan dengan klien. Kondisinya yang masih lemah membuat wanita cantik itu kembali berurusan dengan dokter. Saat ini ia dan Eribka sedang b
Tepat pukul 7 lewat 30 menit, Briyan sudah tiba di perusahaan Barata. Semua mata karyawan tertuju kepada pria tampan itu. Tidak banyak diantara mereka yang saling berbisik."Untuk apa pak Briyan datang kemari ?" Tanya karyawan yang satu kepada temannya."Aku juga enggak tahu" sahut yang satu lagi."Apa mungkin untuk bertemu dengan ibu direktur ?" Sahut yang satu lagi."Mungkin saja. Eh....tapi bukannya ibu direktur hari ini gak masuk ?" Sahut yang satu lagi.Para karyawan berbisik-bisik karena melihat Briyan datang tiba-tiba ke sana. Padahal mereka sudah tahu, kalau perusahaan itu sudah resmi milik Ayrin."Kalian kenapa melihatku seperti itu ?" Tegur Briyan, ia mulai kesal dengan tatapan para karyawan. Seolah-olah ia adalah seorang maling.Semuanya menunduk, tidak satupun yang berani membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Briyan. Mereka berpura-pura mencari kesibukannya masing-masing untuk menghindari Briyan."Apa kalian semua sudah tuli" sentak Briyan karena tidak satupun yang menj
Tentu saja Aldo tidak percaya dengan alasan Ayrin. "Kamu berbohong Ayrin" ucapnya dengan kesal."Aku tidak berbohong, apa yang aku katakan itu adalah benar. Aku harap abang bisa menghargai keputusanku. Jika kita memang berjodoh ! Suatu saat kit pasti bersatu lagi" Ayrin mengatakan kata-kata itu dengan wajah yang sedih. Ia sebenarnya kasihan melihat Aldo, Ayrin sama sekali tidak berniat untuk memberikan harapan palsu kepada pria tampan itu. Tetapi Tuhan berkehendak lain, justru menghadirkan sebuah anugrah terindah di dalam rahimnya yang membuat ia harus mengakhiri hubungannya dengan Aldo.Aldo mendekati Ayrin, ia menggenggam kedua telapak tangan wanita cantik itu dengan erat dan penuh perasaan. "Aku sangat mencintaimu Ayrin, aku tidak menyangka bisa jatuh cinta kepada wanita lain setelah menjalin hubungan selama 10 tahun dengan cinta pertamaku. Bahkan aku bisa melupakan dia dalam sekejap setelah bertemu dengan kamu" Aldo mengungkap apa yang ia rasakan setelah bertemu dengan Ayrin.Mem
Satu minggu telah berlalu, semuanya berjalan dengan baik, bahkan hari ini Briyan akan berangkat ke Singapura untuk menghadiri meeting dengan klien.Tok....tok.....tok.....tok....."Masuk" suara bariton dari dalam sana."Permisi pak" sekretaris menjulurkan kepala dari balik pintu ruangan. "Pak, sepertinya meeting besok harus dihadiri oleh direktur. Soalnya ada berkas yang harus ditandatangani oleh ibu direktur" lanjutnya.Briyan menegakkan kepala untuk melihat sekretaris. "Apa kamu tidak mengatakan kalau direktur sedang sakit ?""Sudah pak, tetapi klien kita mengatakan hanya direktur yang bisa menandatanganinya dan tidak bisa diwakilkan""Baiklah, siapkan saja berkas-berkasnya" "Baik pak" sekretaris menunduk sopan lalu pergi. Sementara Briyan langsung bergegas meninggalkan perusahaan menuju kediaman Barata.Briyan ingin bicara langsung kepada Ayrin tentang meeting besok pagi. Briyan tidak mau jika kontrak ini sampai batal karena Ayrin tidak bisa hadir, sebab bekerja sama dengan perusa
Selama meeting berlangsung, Briyan tidak berhenti menatap Ayrin. Ia merasa kagum dengan mantan istrinya itu, ia merasa kalau Ayrin benar-benar wanita yang cerdas dan pintar. Baru 3 bulan lebih Ayrin menjabat menjadi direktur, tetapi wanita cantik itu sudah paham semuanya tentang bisnis."Terima kasih nona" seorang pria bule bertubuh tinggi, gagah, putih dan tampan menjabat tangan Ayrin sambil tersenyum."Seharusnya aku yang berterima kasih kepada bapak, karena bapak sudah bersedia bekerja sama dengan perusahaan kami" balas Ayrin dengan tersenyum ramah.Walaupun senyuman itu terlihat biasa saja, namun sanggup untuk menggetarkan hati sang bule. "Aku bangga bisa bekerja sama dengan wanita cerdas dan cantik seperti nona" puji pria bule yang sudah paham bahasa Indonesia itu.Ayrin tersenyum malu. "Terima kasih atas pujiannya" ucapnya.Sementara Briyan sudah berkali-kali meremas kelima jari tangannya karena cemburu melihat Ayrin tersenyum kepada pria itu. Briyan juga tahu, kalau pria bule i
Dua hari telah berlalu, di mana saat ini Briyan dan Ayrin sudah tiba di bandara. Tadinya Briyan ingin kembali ke kediaman Barata bersama Ayrin, tetapi karena Sarah datang ke sana, akhirnya Briyan kembali ke apartemen dengan Sarah, sedangkan Ayrin kembali ke kediaman Barata bersama sopir pribadi."Gimana perjalanan bisnisnya sayang ?" Tanya Sarah dengan senyum manis dan penuh semangat. Wanita yang tegah hamil tua itu tidak terlihat marah atau kesal, padahal Briyan jelas-jelas berduaan dengan Ayrin di Singapura selama dua hari ini."Semuanya lancar" jawab singkat Briyan sambil membuka dasi dari lehernya."Oh iya, sepertinya kamu dan Ayrin sudah baikan ya ?" Sarah mulai menyingung Ayrin."Kami selalu baikan dari dulu, itu sebabnya Ayrin mempercayakan perusahaan selama dua bulan ini padaku" jawab Briyan dengan santai."Itu yang aku harapkan sayang, bila perlu menikahlah dengan Ayrin. Aku tidak keberatan jika harus berbagi suami" ucap Sarah dengan tiba-tiba.Briyan refleks memutar tubuh me
Satu minggu telah berlalu, kini usia kandungan Ayrin sudah memasuki 3 bulan dua Minggu. Sedangkan usia kandungan Sarah memasuki 8 bulan, yang artinya satu bulan lagi dia akan melahirkan."Aku tidak mau tahu, yang penting kamu harus bertanggung jawab dengan anak yang ada di dalam kandunganku" telinga Briyan mendengar kata-kata itu dari arah balkon apartemennya. Lantas membuat mata Briyan terbuka sempurna. Briyan bangkit dari tempat tidur, melangkah menuju ke arah datangnya suara. "Kamu bicara dengan siapa Sarah ?" Ucap Briyan."Ha...." Ponsel yang menempel di telinga Sarah nyaris terjatuh karena terkejut mendengar suara Briyan. "Aku....aku...aku bicara dengan teman" lanjutnya dengan gugup."Ow...." Sahut singkat Briyan. Ia memutar tubuhnya dan kembali masuk ke dalam kamar. Ia percaya dengan ucapan Sarah tetapi tidak dengan hatinya. Namun Briyan berusaha berpikir positif dan tidak curiga dengan Sarah.Sementara di kediaman Barata, Ayrin sedang mual-mual, entah mengapa ia tiba-tiba mera
"silahkan duduk kakak, abang" Ayrin mempersilahkan Raymond dan Rehan untuk duduk. Baru saja kedua pria tampan itu duduk, Briyan dan Sarah sudah muncul dari pintu utama. Ayrin sedikit terkejut, ia tidak menyangka kalau Deny mengundang mantan suaminya dan istrinya. Ayrin memutar mata ke arah Deny lalu menaikkan kedua alis matanya sebagai tanda bertanya. Namun hanya dibalas senyum manis Deny."Loh....kalian kok ada di sini ?" Tanya Briyan, ia tidak tahu kalau Deny mengundang kedua sahabatnya itu."Ya karena diundang oleh tuan rumah dong bro" sahut Rehan."Kita langsung ke meja makan saja ya ?" Ajak Deny.Semuanya melangkah menuju meja makan, mereka mengambil kursinya masing-masing. Ketiga wanita cantik itu duduk bersampingan. Briyan di kursi yang paling ujung, setelah itu Sarah, Eribka dan Ayrin. Sementara di depan mereka Raymond dan Rehan dan Deny duduk di kursi paling ujung saling berhadapan dengan Briyan."Apa makan malamnya sudah bisa dimulai ?" Tanya Briyan."Sabar ya kakak sayang,