Dua hari telah berlalu, di mana saat ini Briyan dan Ayrin sudah tiba di bandara. Tadinya Briyan ingin kembali ke kediaman Barata bersama Ayrin, tetapi karena Sarah datang ke sana, akhirnya Briyan kembali ke apartemen dengan Sarah, sedangkan Ayrin kembali ke kediaman Barata bersama sopir pribadi."Gimana perjalanan bisnisnya sayang ?" Tanya Sarah dengan senyum manis dan penuh semangat. Wanita yang tegah hamil tua itu tidak terlihat marah atau kesal, padahal Briyan jelas-jelas berduaan dengan Ayrin di Singapura selama dua hari ini."Semuanya lancar" jawab singkat Briyan sambil membuka dasi dari lehernya."Oh iya, sepertinya kamu dan Ayrin sudah baikan ya ?" Sarah mulai menyingung Ayrin."Kami selalu baikan dari dulu, itu sebabnya Ayrin mempercayakan perusahaan selama dua bulan ini padaku" jawab Briyan dengan santai."Itu yang aku harapkan sayang, bila perlu menikahlah dengan Ayrin. Aku tidak keberatan jika harus berbagi suami" ucap Sarah dengan tiba-tiba.Briyan refleks memutar tubuh me
Satu minggu telah berlalu, kini usia kandungan Ayrin sudah memasuki 3 bulan dua Minggu. Sedangkan usia kandungan Sarah memasuki 8 bulan, yang artinya satu bulan lagi dia akan melahirkan."Aku tidak mau tahu, yang penting kamu harus bertanggung jawab dengan anak yang ada di dalam kandunganku" telinga Briyan mendengar kata-kata itu dari arah balkon apartemennya. Lantas membuat mata Briyan terbuka sempurna. Briyan bangkit dari tempat tidur, melangkah menuju ke arah datangnya suara. "Kamu bicara dengan siapa Sarah ?" Ucap Briyan."Ha...." Ponsel yang menempel di telinga Sarah nyaris terjatuh karena terkejut mendengar suara Briyan. "Aku....aku...aku bicara dengan teman" lanjutnya dengan gugup."Ow...." Sahut singkat Briyan. Ia memutar tubuhnya dan kembali masuk ke dalam kamar. Ia percaya dengan ucapan Sarah tetapi tidak dengan hatinya. Namun Briyan berusaha berpikir positif dan tidak curiga dengan Sarah.Sementara di kediaman Barata, Ayrin sedang mual-mual, entah mengapa ia tiba-tiba mera
"silahkan duduk kakak, abang" Ayrin mempersilahkan Raymond dan Rehan untuk duduk. Baru saja kedua pria tampan itu duduk, Briyan dan Sarah sudah muncul dari pintu utama. Ayrin sedikit terkejut, ia tidak menyangka kalau Deny mengundang mantan suaminya dan istrinya. Ayrin memutar mata ke arah Deny lalu menaikkan kedua alis matanya sebagai tanda bertanya. Namun hanya dibalas senyum manis Deny."Loh....kalian kok ada di sini ?" Tanya Briyan, ia tidak tahu kalau Deny mengundang kedua sahabatnya itu."Ya karena diundang oleh tuan rumah dong bro" sahut Rehan."Kita langsung ke meja makan saja ya ?" Ajak Deny.Semuanya melangkah menuju meja makan, mereka mengambil kursinya masing-masing. Ketiga wanita cantik itu duduk bersampingan. Briyan di kursi yang paling ujung, setelah itu Sarah, Eribka dan Ayrin. Sementara di depan mereka Raymond dan Rehan dan Deny duduk di kursi paling ujung saling berhadapan dengan Briyan."Apa makan malamnya sudah bisa dimulai ?" Tanya Briyan."Sabar ya kakak sayang,
Kicauan burung di luar sana menandakan kalau hari sudah pagi. Ayrin membuka mata tepat pukul 6 pagi. Semula mata wanita cantik itu terlihat sendu, namun tiba-tiba terbuka sempurna setelah melihat Briyan tertidur di sofa."Mas Briyan" ucapnya dengan lembut. Ayrin menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, ia melangkah menghampiri Briyan ke sofa."Mas....mas....mas...." Panggil Ayrin sembari menepuk pipi pria tampan itu dengan lembut.Briyan yang tertidur pulas secara perlahan membuka mata dengan malas. "Hm...kamu sudah bangun ?" Ucapnya dengan nada khas bangun tidur."Mas kenapa tidur di sini ? Mas enggak pulang satu malam ini ?" Tanya Ayrin. Karena seingat Ayrin, Briyan ke luar setelah mengantarnya ke kamar."Apa kamu keberatan aku menginap di sini ?" Bukannya menjawab, tetapi Briyan justru balik bertanya."Bu....Bu....bukan begitu mas" bantah Ayrin dengan terbata-bata.Briyan bangkit dari tidurnya, lalu duduk. "Tadi malam aku sudah pulang ke apartemen, tetapi Sarah selalu memancin
Satu minggu telah berlalu, dalam satu minggu ini Briyan tidak kembali ke apartemen, ia juga tidak pernah berkunjung ke kediaman Barata. Pria tampan itu hanya sibuk mengurus perusahaan Barata dan tinggal di apartemen milik adiknya Deny.Tetapi hari ini ia harus kembali ke apartemen untuk menjemput Sarah dan membawanya ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes DNA yang mereka lakukan satu minggu yang lalu."Kamu sudah kembali ? Kamu dari mana saja selama ini ? Kenapa tidak pernah pulang dan ponsel kamu tidak bisa dihubungi ? Apa kamu tinggal bersama Ayrin dan dia melarang kamu untuk menemui aku ?" Sarah langsung menghujani Briyan dengan berbagai pertanyaan.Briyan yang baru masuk dari pintu, lantas merasa kesal dengan pertanyaan Sarah yang menyebut nama Ayrin. Entah mengapa akhir-akhir ini ia tidak ingin mendengar ada orang yang menyalahkan atau membicarakan Ayrin. "Ayrin tidak seburuk yang kamu pikir, sifatnya jauh berbeda dengan kamu. Jadi jangan menilainya seperti itu" jawab Briyan
"aku melakukan ini semua, karena aku tidak mau jika mas Briyan mendapat masalah" jawab Ayrin yang membuat Eribka, Rehan dan Deny bingung. Kenapa mendapat masalah ? Justru sebaliknya dong. Karena kebohongan Sarah selama ini sudah terbongkar dan Briyan bisa bebas dari wanita licik itu."Aku tidak mengerti maksud kakak" sahut Deny."Deny, dalam kondisi saat ini ! Sarah pasti rapuh dan hancur, dia pasti merasa kalau dirinya tidak ada gunanya lagi untuk hidup di dunia ini. Apalagi keadaannya saat ini sedang mengandung dan sebentar lagi akan melahirkan. Jika dia sampai hilang akal dan melakukan bunuh diri ! Orang yang pertama dicari polisi adalah mas Briyan, karena dia adalah suami Sarah" Ayrin menjelaskan maksud dan kekhawatirannya.Ketiganya tercengang mendengar ucapan Ayrin. "Iya, apa yang kamu katakan itu benar sekali Ayrin. Jika sarah sampai bunuh diri karena masalah ini ! Orang yang pertama terkena masalah adalah Briyan" timpal Rehan."Kalau begitu, aku akan menyusul mereka" Deny bang
"aku benar-benar tidak mengerti maksud kamu mas. Bicaralah dengan jelas" desak Ayrin."Kamu kenapa menyembunyikan tentang janin yang ada di dalam kandungan kamu saat ini ?"Mata Ayrin membulat, ia menelan salivanya dengan kasar. "Mas, ta....tahu dari mana ?" Ucapnya dengan terbata-bata karena gugup."Dari dokter yang memeriksa kamu. Dia mengatakan kalau kamu saat ini sedang mengandung" jawab Briyan dengan wajah dingin. "Apa kamu ingin membantah kalau kamu sedang hamil ?" Lanjutnya.Ayrin menghembus napas dengan lembut untuk menormalkan perasaannya yang gugup. "Aku tidak akan membantahnya, aku memang sedang mengandung saat ini dan usia kandunganku 3 bulan 2 Minggu" Briyan tersenyum seribu arti. "Usia kandungan kamu sudah 3 bulan dua Minggu, tetapi kamu tidak pernah mengatakannya padaku. Jika bukan dokter yang mengatakannya ! Mungkin sampai kamu melahirkan aku tidak akan mengetahuinya" "Maaf mas, aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya dari kamu, tapi......" "Tapi karena anak itu
Bijaklah dalam membaca, karena di bab ini sedikit panas, dan khusus untuk orang yang sudah berkeluarga.================Matahari telah menyembunyikan sinarnya, kini digantikan dengan cahaya bulan. Ayrin yang duduk sendiri di balkon kamarnya, membayangkan betapa eratnya pelukan Sarah dan Briyan saat di rumah sakit. Entah mengapa hatinya terasa sakit seperti tertusuk jarum, selama ini ia tidak pernah merasa hal aneh seperti ini."Ternyata kamu di sini" ucap Briyan dari pintu balkon.Mendengar suara Briyan, sontak membuat Ayrin menjerit karena terkejut. "Aw....." Jerit Ayrin."Mas Briyan, kamu membuatku terkejut tahu" gerutu Ayrin dengan kesal. Briyan melangkah menghampiri Ayrin, lalu duduk di atas kursi. "Ini kan sudah larut malam, kenapa masih di luar ?" Ucapnya."Aku bosan di dalam kamar terus mas" jawab jujur Ayrin. Tentu Ayrin merasa bosan di dalam kamar, karena dia hanya sendiri dan tidak memiliki teman untuk cerita."Bosan karena sendiri ?" Todong Briyan."Hm..." Jawab singkat A