Satu minggu telah berlalu, dalam satu minggu ini Briyan tidak kembali ke apartemen, ia juga tidak pernah berkunjung ke kediaman Barata. Pria tampan itu hanya sibuk mengurus perusahaan Barata dan tinggal di apartemen milik adiknya Deny.Tetapi hari ini ia harus kembali ke apartemen untuk menjemput Sarah dan membawanya ke rumah sakit untuk mengambil hasil tes DNA yang mereka lakukan satu minggu yang lalu."Kamu sudah kembali ? Kamu dari mana saja selama ini ? Kenapa tidak pernah pulang dan ponsel kamu tidak bisa dihubungi ? Apa kamu tinggal bersama Ayrin dan dia melarang kamu untuk menemui aku ?" Sarah langsung menghujani Briyan dengan berbagai pertanyaan.Briyan yang baru masuk dari pintu, lantas merasa kesal dengan pertanyaan Sarah yang menyebut nama Ayrin. Entah mengapa akhir-akhir ini ia tidak ingin mendengar ada orang yang menyalahkan atau membicarakan Ayrin. "Ayrin tidak seburuk yang kamu pikir, sifatnya jauh berbeda dengan kamu. Jadi jangan menilainya seperti itu" jawab Briyan
"aku melakukan ini semua, karena aku tidak mau jika mas Briyan mendapat masalah" jawab Ayrin yang membuat Eribka, Rehan dan Deny bingung. Kenapa mendapat masalah ? Justru sebaliknya dong. Karena kebohongan Sarah selama ini sudah terbongkar dan Briyan bisa bebas dari wanita licik itu."Aku tidak mengerti maksud kakak" sahut Deny."Deny, dalam kondisi saat ini ! Sarah pasti rapuh dan hancur, dia pasti merasa kalau dirinya tidak ada gunanya lagi untuk hidup di dunia ini. Apalagi keadaannya saat ini sedang mengandung dan sebentar lagi akan melahirkan. Jika dia sampai hilang akal dan melakukan bunuh diri ! Orang yang pertama dicari polisi adalah mas Briyan, karena dia adalah suami Sarah" Ayrin menjelaskan maksud dan kekhawatirannya.Ketiganya tercengang mendengar ucapan Ayrin. "Iya, apa yang kamu katakan itu benar sekali Ayrin. Jika sarah sampai bunuh diri karena masalah ini ! Orang yang pertama terkena masalah adalah Briyan" timpal Rehan."Kalau begitu, aku akan menyusul mereka" Deny bang
"aku benar-benar tidak mengerti maksud kamu mas. Bicaralah dengan jelas" desak Ayrin."Kamu kenapa menyembunyikan tentang janin yang ada di dalam kandungan kamu saat ini ?"Mata Ayrin membulat, ia menelan salivanya dengan kasar. "Mas, ta....tahu dari mana ?" Ucapnya dengan terbata-bata karena gugup."Dari dokter yang memeriksa kamu. Dia mengatakan kalau kamu saat ini sedang mengandung" jawab Briyan dengan wajah dingin. "Apa kamu ingin membantah kalau kamu sedang hamil ?" Lanjutnya.Ayrin menghembus napas dengan lembut untuk menormalkan perasaannya yang gugup. "Aku tidak akan membantahnya, aku memang sedang mengandung saat ini dan usia kandunganku 3 bulan 2 Minggu" Briyan tersenyum seribu arti. "Usia kandungan kamu sudah 3 bulan dua Minggu, tetapi kamu tidak pernah mengatakannya padaku. Jika bukan dokter yang mengatakannya ! Mungkin sampai kamu melahirkan aku tidak akan mengetahuinya" "Maaf mas, aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya dari kamu, tapi......" "Tapi karena anak itu
Bijaklah dalam membaca, karena di bab ini sedikit panas, dan khusus untuk orang yang sudah berkeluarga.================Matahari telah menyembunyikan sinarnya, kini digantikan dengan cahaya bulan. Ayrin yang duduk sendiri di balkon kamarnya, membayangkan betapa eratnya pelukan Sarah dan Briyan saat di rumah sakit. Entah mengapa hatinya terasa sakit seperti tertusuk jarum, selama ini ia tidak pernah merasa hal aneh seperti ini."Ternyata kamu di sini" ucap Briyan dari pintu balkon.Mendengar suara Briyan, sontak membuat Ayrin menjerit karena terkejut. "Aw....." Jerit Ayrin."Mas Briyan, kamu membuatku terkejut tahu" gerutu Ayrin dengan kesal. Briyan melangkah menghampiri Ayrin, lalu duduk di atas kursi. "Ini kan sudah larut malam, kenapa masih di luar ?" Ucapnya."Aku bosan di dalam kamar terus mas" jawab jujur Ayrin. Tentu Ayrin merasa bosan di dalam kamar, karena dia hanya sendiri dan tidak memiliki teman untuk cerita."Bosan karena sendiri ?" Todong Briyan."Hm..." Jawab singkat A
Kicauan burung dari taman menambah romantisnya suasana pagi. Seorang pria tampan tengah memandang wajah cantik wanita yang tertidur pulas di sampingnya. Briyan beberapa kali menyunggingkan senyum di bibirnya."Kamu benar-benar cantik Ayrin, aku sangat beruntung bisa memilikimu" ucapnya dengan lembut dan nyaris tidak terdengar.Tok....tok ..tok... Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Briyan menurunkan kedua kaki dari atas tempat tidur, ia dengan lembut menggeser tubuhnya agar tidak membangunkan Ayrin dari tidurnya.Cek....lek.... pintu terbuka."Kakak" ucap Deny dari balik pintu. Sudah kebiasaan pria tampan itu sebelum berangkat ke kantor selalu menemui Ayrin terlebih dahulu."Kamu mau ngapain pagi-pagi ketuk pintu ?" Tanya Briyan."Mau lihat kak Ayrin lah" Deny berusaha menerobos Briyan untuk masuk ke dalam kamar. Tetapi Briyan menghalanginya."Jangan masuk, Ayrin masih tidur. Kamu tahu kan kalau dokter memintanya untuk banyak istirahat" dalih Briyan. Sebenarnya bukan itu alasan
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, namun Briyan belum juga kembali ke kediaman Barata. Padahal saat Deny dan Eribka bertanya ! Briyan mengatakan kalau dia akan kembali ke kediaman Barata."Ma, kok perasaan aku enggak enak ya ?" Keluh Ayrin yang sedari tadi khawatir menunggu Briyan kembali."Tenang sayang, paling Briyan sedang menenangkan diri bersama teman-temannya atau lagi di tempat hiburan" jawab Pamela. "Perasaanku juga enggak enak Tante, sama seperti Ayrin" sahut Eribka. Saat ini mereka sedang berkumpul di ruang keluarga."Tapi iya juga ma, nomor kak Briyan tidak bisa dihubungi dari tadi" timpal Deny yang membuat jantung Pamela berdegup kencang."Atau aku coba cari kakak dulu" lanjut Deny."Iya sayang, coba cari kakakmu ke apartemen, ke tempat teman-temannya atau ke tempat yang sering dia kunjungi" Deny bergegas meninggalkan kediaman Barata. Bukan hanya dia saja, tetapi kedua sopir pribadi keluarga Barata ikut mencari Briyan. Mereka berpencar dan membawa mobilnya masing-ma
Satu Minggu telah berlalu, kondisi Briyan sudah mulai membaik. Tapi ia tetap saja tidak mengenali Ayrin, Pamela, Deny, Eribka dan semua teman-temannya. Dokter mengatakan kalau Briyan mengalami amnesia akibat benturan di kepalanya saat kecelakaan. Dokter juga mengatakan kalau ingatan Briyan pasti pulih kembali seperti yang dulu."Mas makan dulu ya ?" Bujuk Ayrin sambil menyodorkan sesuap nasi ke mulut Briyan. Dalam satu Minggu ini Ayrin tidak pernah meninggalkan Briyan walau hanya sebentar pun. Ia makan, mandi dan tidur di sana. Begitu juga dengan Pamela."Aku enggak lapar" tolak Briyan."Mas harus makan, biar kita bisa pulang hari ini" Ayrin kembali membujuk Briyan dengan lembut. Ia bersikap seperti seorang ibu kepada anak."Tapi aku enggak lapar" Briyan tetap saja menolak.Ayrin menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan lembut dari mulut. "Ya sudah kalau enggak mau" Ayrin kembali menaruh makanannya di atas meja."Kamu siapa sih ?" Tiba-tiba pertanyaan itu ke luar lagi dari m
Tiga hari telah berlalu, kondisi Briyan sudah mulai membaik, luka yang ada di keningnya kini sudah tidak diperban lagi, namun tidak dengan ingatnya. Pria tampan itu masih melanjutkan sandiwaranya. Ia memang kasihan melihat Ayrin yang selalu berusaha mengingatkan tentang masa lalu mereka. Terkadang Briyan sudah berpikir untuk mengakhiri sandiwaranya, tetapi ia takut jika Ayrin mengabaikannya nanti.Tok...tok....tok.... seseorang mengetuk pintu kamar Ayrin. "Masuk" suara lembut dari dalam sana."Permisi nyonya" pelayan menjulurkan kepala dari balik pintu. "Iya bibi""Maaf nyonya, di ruang tamu ada yang ingin bertemu dengan nyonya" ucap pelayan."Baik bi, sebentar lagi aku ke sana" ucap Ayrin. Ia bangkit dari sofa berniat untuk menemui tamu yang menunggunya di lantai satu."Kamu mau ke mana ?" Tanya Briyan yang berbaring di tempat tidur."Aku mau bawah sebentar mas, kata bibi ada tamu" jawab jujur Ayrin."Aku ikut, setiap hari di dalam kamar sungguh membuatku bosan" keluh Briyan. Selam