Suara kicauan burung menambah keindahan di pagi hari. Ayrin sedang berdiri di balkon sambil mengibaskan rambut panjangnya. Wanita cantik bernama biru itu baru selesai mandi, karena mulai hari ini ia akan kembali bekerja. Walaupun rasa mual masih sering ia rasakan.Seketika matanya mengerut melihat mobil yang baru masuk dari gerbang. Dulunya mobil itu sering parkir di kediaman Barata, tetapi sudah beberapa bulan ini tidak lagi."Itu kan mobil Sarah !" Ucap Ayrin sambil memperjelas penglihatannya.Tidak lama, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Ayrin melangkah meninggalkan balkon menuju pintu."Permisi nyonya. Nona Sarah menunggu anda di ruang tamu" ucap pelayan dengan hormat."Baik bi, sebentar lagi aku ke sana" Ayrin menutup pintu, ia meraih pakaian kantor dari dalam lemari lalu mengenakannya. Setelah itu baru ia melangkah menuruni anak tangga untuk menghampiri Sarah yang duduk di ruang tamu."Selamat pagi Ayrin" sapa Sarah dengan lembut."Pagi Sarah" balas Ayrin tidak kalah lemb
"Aku juga gak tahu kak" jawab Deny."Terus kamu kenapa ada di sini ?""Anak pemilik bar ini temanku, dia yang menghubungiku dan memberitahu kalau kak Briyan sudah mabuk parah, itu sebabnya aku datang kemari" jawab jujur Deny, karena memang anak dari pemilik bar itu lah yang menghubungi Deny dan memintanya untuk segera datang ke sana."Ow...." Sahut singkat Ayrin."Mas kita pulang ya ? Ini sudah larut malam" bujuk Ayrin dengan lembut."Hm.... pulang ? Aku enggak mau" tolak Briyan dengan nada yang tidak jelas."Mas, ini sudah larut malam. Aku antar kamu pulang ya ?" Ayrin berusaha membujuk Briyan untuk pulang. Ia bersikap lembut layaknya seorang ibu yang sedang membujuk anaknya yang sedang merajuk. Dan pada akhirnya Briyan menuruti apa yang dikatakan Ayrin, tetapi dengan satu syarat, Ayrin tidak akan mengantarnya ke apartemen melainkan membawanya pulang ke kediaman Barata.Dalam perjalanan menuju kediaman Barata, tiba-tiba Ayrin muntah akibat mencium baunya aroma alkohol, perutnya teras
Ketika Ayrin melihat bus memasuki terminal, ia tersenyum bahagia. Ia percaya kalau Eribka ada di dalam sana, karena bus itulah yang ada di desa mereka. Setelah 5 menit berhenti, akhirnya Eribka muncul dari pintu bus. Wanita cantik itu sama sekali tidak melihat keberadaan Ayrin di sana."Eribka" panggil Ayrin dan langsung memeluk sahabatnya itu. Sontak hal itu membuat Eribka terkejut, namun ia langsung membalas pelukan Ayrin."Aku sangat merindukanmu Eribka" ucap Ayrin, ia melepaskan pelukannya dari Eribka dan mencium kedua pipi sahabatnya itu secara bergantian. Begitu juga dengan Eribka, wanita cantik itu juga mencium kedua pipi Ayrin, bahkan ia sampai meneteskan air mata."Aku juga sangat merindukanmu Ayrin" balas Eribka.Ayrin mengangkat kedua tangan, ia menyeka air mata dari kedua pipi Eribka. "Jangan menagis dong, kan kita sudah bertemu dan bersama kembali" ucapnya sambil tersenyum, namun kedua matanya sudah mulai berkaca-kaca."Aku menagis karena bahagia, bisa bertemu lagi dengan
Tepat pukul 8 pagi, Ayrin dan Eribka sudah tiba di kantor Father's Deposit. Wanita cantik yang tengah mengandung 3 bulan itu sedang menyerahkan Eribka kepada supervisor untuk dibimbing sebagai wakil sekretaris.Hari pertama bekerja tentu membuat Eribka merasa canggung dan gugup. Walaupun pemilik perusahaan itu adalah sahabatnya sendiri, tetapi ia harus bersikap profesional dan patuh pada peraturan serta menghargai karyawan senior."Apa ibu Eribka sudah paham ?" Ucap sang supervisor setelah menjelaskan semuanya kepada Eribka."Su...su...sudah buk" jawab Eribka dengan gugup."Baguslah, kalau begitu aku akan mengantar anda keruangan anda" Eribka mengikuti langkah supervisor menuju salah satu ruangan yang terletak tepat di depan ruangan supervisor. Saat akan masuk ke dalam ruangan, ia melihat seorang wanita hamil melangkah menuju ruangan Ayrin."Mulai sekarang ini ruangan anda" ucap supervisor."Oke, terima kasih buk" sahut Eribka dengan tersenyum manis. Tidak bisa dipungkiri betapa ia m
Bruk..... tiba-tiba pintu terbuka dan Eribka menerobos masuk ke dalam kamar. "Ayrin, siapa pria itu ?" Ucapnya dengan nada yang lantang."Eribka" Ayrin sedikit terkejut dengan kedatangan sahabatnya."Tolong jawab Ayrin, apa dia adalah pria selingkuhan kamu ?" Desak Eribka.Ayrin menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya dengan lembut melalui mulut. "Kamu duduk dulu, biar aku jelaskan" Ayrin dan Eribka duduk bersampingan di atas sofa. Wanita cantik yang tengah mengandung 3 bulan itu menceritakan semuanya kepada Eribka. Menurut Ayrin, tidak ada gunanya lagi untuk menutupi tentang perceraiannya dengan Briyan."Ha.....kamu serius ?" Eribka masih tidak percaya kalau Ayrin dan Briyan sudah bercerai."Iya, aku tidak berbohong dan wanita hamil yang kamu lihat tadi...""Dia adalah istri simpanan Briyan" sahut Eribka yang membuat Ayrin tidak melanjutkan kata-katanya."Bukan, dia adalah istri pertama mas Briyan""What...? Jadi kamu menikah dengan pria yang sudah beristri ? Wah.... Tante Pamel
Saat Sarah akan pergi, Briyan tiba-tiba muntah dan jatuh dari sofa ke lantai. Hal itu membuat Sarah gagal menemui Aldo. Wanita yang sedang mengandung 7 bulan itu masih memiliki rasa kemanusiaan, sehingga ia mengurus Briyan walaupun dengan hati yang kesal."Tolong deh jangan menyusahkan aku setiap hari. Yang perlu kamu lakukan itu adalah mencari uang yang banyak karena sebentar lagi aku akan melahirkan, bukannya mabuk-mabukan seperti ini" gerutu Sarah. Wajar dong dia marah dan berkata seperti itu, karena 3 bulan lagi dia akan melahirkan dan butuh biaya banyak. Sedangkan Briyan sibuk dengan dunianya sendiri tanpa memikirkan istrinya."Hm....." Hanya itu yang ke luar dari mulut Briyan. Pria tampan itu masuk ke dalam kamar dengan bantuan Sarah dan tertidur hingga matahari terbit...................Hari yang melelahkan, di mana siang ini Ayrin ada pertemuan dengan klien. Kondisinya yang masih lemah membuat wanita cantik itu kembali berurusan dengan dokter. Saat ini ia dan Eribka sedang b
Tepat pukul 7 lewat 30 menit, Briyan sudah tiba di perusahaan Barata. Semua mata karyawan tertuju kepada pria tampan itu. Tidak banyak diantara mereka yang saling berbisik."Untuk apa pak Briyan datang kemari ?" Tanya karyawan yang satu kepada temannya."Aku juga enggak tahu" sahut yang satu lagi."Apa mungkin untuk bertemu dengan ibu direktur ?" Sahut yang satu lagi."Mungkin saja. Eh....tapi bukannya ibu direktur hari ini gak masuk ?" Sahut yang satu lagi.Para karyawan berbisik-bisik karena melihat Briyan datang tiba-tiba ke sana. Padahal mereka sudah tahu, kalau perusahaan itu sudah resmi milik Ayrin."Kalian kenapa melihatku seperti itu ?" Tegur Briyan, ia mulai kesal dengan tatapan para karyawan. Seolah-olah ia adalah seorang maling.Semuanya menunduk, tidak satupun yang berani membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Briyan. Mereka berpura-pura mencari kesibukannya masing-masing untuk menghindari Briyan."Apa kalian semua sudah tuli" sentak Briyan karena tidak satupun yang menj
Tentu saja Aldo tidak percaya dengan alasan Ayrin. "Kamu berbohong Ayrin" ucapnya dengan kesal."Aku tidak berbohong, apa yang aku katakan itu adalah benar. Aku harap abang bisa menghargai keputusanku. Jika kita memang berjodoh ! Suatu saat kit pasti bersatu lagi" Ayrin mengatakan kata-kata itu dengan wajah yang sedih. Ia sebenarnya kasihan melihat Aldo, Ayrin sama sekali tidak berniat untuk memberikan harapan palsu kepada pria tampan itu. Tetapi Tuhan berkehendak lain, justru menghadirkan sebuah anugrah terindah di dalam rahimnya yang membuat ia harus mengakhiri hubungannya dengan Aldo.Aldo mendekati Ayrin, ia menggenggam kedua telapak tangan wanita cantik itu dengan erat dan penuh perasaan. "Aku sangat mencintaimu Ayrin, aku tidak menyangka bisa jatuh cinta kepada wanita lain setelah menjalin hubungan selama 10 tahun dengan cinta pertamaku. Bahkan aku bisa melupakan dia dalam sekejap setelah bertemu dengan kamu" Aldo mengungkap apa yang ia rasakan setelah bertemu dengan Ayrin.Mem