"Jadi kami boleh ya menjenguk kedua orang tua kamu." ucap Rani tersenyum kepada Adit."Baiklah. Tapi rumah saya sangat jelek, kotor, dan sempit, kalian pasti akan merasa risih di dalam rumah saya." jelas Adit."Kamu belum melihat rumah Tante di. Rumah Tante itu juga jelek, kotor." jawab Rani sembari tersenyum."Pastinya lebih jelek rumah saya, Nyonya." ucap Adit."Ah sudahlah. Ayo kita ke kamar, Dit, aku menantangmu bermain PS." ucap Devo yang berdiri dari duduk nya."Menarik juga. Ayo." jawab Adit yang ikut berdiri dari duduknya.Kedua anak laki-laki itu berjalan ke arah anak tangga lalu naik ke atas. Pria itu menghela nafas lalu menunduk sembari memijat pelipisnya."Ada apa, Mas?" tanya Rani."Saya ingin menangis saat mendengar penjelasan dari Adit tadi. Ternyata keluarganya lebih susah dari keluarga saya dulu, saya masih mending karena itu jaman dulu, nah Adit sudah jaman modern seperti ini." jawab Kenzo yang menatap ke arah wanita yang duduk di sebelahnya."Apa rencana Mas untuk k
"Hey, Sayang. Kenapa kamu menangis, kamu tidak nakal, Sayang." jawab Rani sembari mengusap air mata sang anak."Aku pasti nakal ya. Maka dari itu Mama menangis, maafkan aku, Ma." Zargie sesenggukan."Tidak, Sayang. Ssstt jangan menangis lagi ya, Mama itu menangis karena Mama merasa sangat bahagia karena kamu berada bersama Mama sekarang " jelas Rani."Apa kamu yakin?" tanya Kenzo.Pria itu merasa tidak yakin dengan penjelasan Rani."Tentu saja, Mas. Sudah lama aku merindukan waktu ini." jawab Rani lalu mengecup berkali-kali pipi Zargie dengan gemas.Vivi hanya bisa terdiam melihat Zargie yang sedang di pangku oleh Rani. Di dalam hati sebenarnya dia merasa sangat iri kepada Zargie yang di berikan kasih sayang oleh seorang Ibu, sedangkan dirinya tidak mempunyai Ibu."Japan ya aku merasakan seperti yang Zargie rasakan. Walaupun Mommy Rani sudah menganggapku seperti anaknya, tapi dia benar-benar bukan Ibu ku, dan bukan istri Daddy." batin Vivi.Anak perempuan itu menunduk memeluk boneka y
Setelah merasa puas menangis selama 30 menit, Rani mengubah posisi tiduran nya menjadi berdiri. Wanita itu memejamkan matanya lalu lalu menenangkan dirinya yang masih sesenggukan."Ini sudah jam 11 siang. Aku harus memasak untuk makan siang nanti." ucap Rani sembari melihat ke arah jam dinding di kamar Vivi.Wanita itu menatap ke arah Zargie dan Vivi yang masih tertidur dengan sangat nyenyak. Dia berjalan ke arah pintu lalu keluar dari kamar Vivi, tidak lupa juga dia menutup pintunya kembali secara perlahan."esok kan hari senin, otomatis aku mengantar Vivi ke sekolah. Sekalian saja aku mencari tahu siapa orang yang telah merusak rumah tanggaku dengan Mas Anton." gumam Rani sembari menuruni anak tangga secara perlahanSetelah sampai di lantai satu, Rani langsung menuju ke arah dapur. Setelah sampai di dapur, dia melihat Minah sedang memotong sayuran."Loh Bibi sedang apa?" tanya Rani"Ini, Nyonya. Saya sedang memotong sayuran untuk masak menu makan siang." jawab Minah."Tidak usah, Bi
"Sayang... ayo bangun. Kita makan siang." ucap Rani sembari mengecup berkali-kali pipi Zargie dengan lembut.Wanita itu tersenyum saat melihat anaknya menggeliat lalu dengan perlahan Zargie membuka kedua matanya dan menatap ke arah sang Mama."Mama... aku masih mengantuk." jawab Zargie kembali memejamkan kedua matanya."Iya, Sayang, Mama mengerti kamu masih mengantuk, tapi sekarang kita makan siang dulu ya, ayo bangun, ayo kita bangunkan Kak Vivi." ajak Rani dengan nada lembut kepada sang anak supaya anaknya menuruti perkataan nya.Zargie mengangguk lalu membuka kembali kedua matanya. Anak itu mengubah posisi tidurnya menjadi terduduk lalu dia mengusap-usap matanya."Anak Mama memang sangat pintar dan penurut. Ayo kita bangunkan Kak Vivi, tapi dengan perlahan ya, takut Kak Vivi terkejut dan kepalanya akan pusing." jelas Rani."Oke siap, Mama." jawab Zargiedia dengan senyuman.Perlahan anak itu mendekat ke arah Vivi lalu menatap wajah Kakak perempuannya itu yang sedang tertidur pulas.
Agatha sudah selesai membuat kopi hitam untuk Anton, dia mengambil nampan lalu meletakkan cangkir itu di nampan. Setelah itu dia keluar dari dapur dan langsung menuju ke halaman belakang."Semoga saja beneran deh Mas Anton menyukai kue bolu buatanku dan tentunya kopi hitam racikan ku ini." gumam Agatha tersenyum.Setelah sampai di halaman belakang, memang benar dia melihat Anton sedang berenang. Pria itu sangat terkejut melihat Agatha yang datang dengan membawa nampan."Agatha! Kamu ada apa kemari?" tanya Antin dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut.Bagaimana tidak terkejut, bayangkan saja posisi berenang dia yang tidak memakai pakaian dan dia hanya memakai celana boxer saja."Ah ini, Mas. Aku hanya kemari membawakan Mas kopi hitam dan kue bolu buatanku dan kopi hitam ini juga tentu mya racikan ku." jawab Agatha dengan senyum malu.Bagaimana dia tidak merasa malu karena dia salah tingkah dengan postur tubuh Anton yang begitu kekar, berotot, dan begitu gagah. Siapapun wanita yang
"Terima kasih Tante sudah merestui kembali." ucap Agatha yang membenamkan wajahnya di bahu sebelah kiri Laura."Kami harap kamu menyayangi Zargie seperti anak kandung mu sendiri. Walaupun nanti anak itu akan menjadi anak tirimu." ucap Laura.Agatha melepas perlahan pelukan nya dari butuh wanita tua itu, lalu dia menatap sendu ke arah Laura."Tante, aku itu sangat menyayangi Zargie, aku sudah menganggap dia sebagai anak kandung aku, Tante. Bahkan aku akan melakukan apapun demi Zargue dan aku juga rela terluka demi anak yang menggemaskan itu " jelas Agatha yang berusaha meyakinkan wanita tua itu."Tante sangat percaya kepada mu, Agatha. Tante juga melihat perhatian kamu kepada Zargie itu benar-benar sangat bagus, Zargie juga mulai lengket kepadamu." jawab Laura."Terima kasih karena kalian sudah mempercayai diriku. Aku pamit pulang, Assalamualaikum." pamit Agatha."Waalaikumsalam." jawab Laura dan Hasan secara bersamaan.Agatha tersenyum ke arah kedua orang tua Anton, dia pergi dari rua
Wanita itu berjalan ke arah ranjang sang anak. Setelah itu dia mengamati wajah damai sang anak ketika sedang tertidur."Tidurnya sangat nyenyak. Pasti dia merasa sangat lelah." gumam Laura sembari menatap wajah damai sang anak.Wanita tua itu tersenyum lalu menatap setiap sisi kamar sang anak yang tidak pernah berubah dari sewaktu Anton bercerai dengan Rani."Kenapa kamar ini tidak ada perubahan, semua fasilitas dan barang-barang yang ada di kamar ini tidak berubah posisi nya. Itu juga kenapa masih ada foto wanita murahan itu " ucap Laura dengan ketua saat melihat foto Rani yang berada di meja rias.Wanita tua itu berjalan ke arah meja rias milik mantan menantunya itu. Setelah sampai di meja rias, dia duduk di kursi lalu menatap dirinya di cermin."Alat make up dan skincare milik Rani Kenapa tidak dibawa ya." gumam Laura merasa heranDia mengambil bingkai foto mantan menantunya itu. Di tatap tajam foto Rani yang sedang tersenyum di dalam foto tersebut."Kamu memang wanita makin yang t
"Kenapa wajahmu terlihat seperti sangat terkejut, Rani?" tanya Kenzo."Aku memang sedang terkejut, Mas." jawab Rani."Karena?" tanya Kenzo sembari menaikan sebelah alisnya karena bingung."Aku sangat terkejut saat Mas berkata jika dulu Mas juga orang miskin." jawab Rani."Hahaha, kamu ini sangat lucu ya. Kamu pikir saya ini terlahir dari keluarga kaya raya begitu?" Kena tertawa."Iya. Apakah itu salah?" tanya Rani.Pria itu melihat ke arah lampu yang sudah berubah menjadi hijau, dia menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata."Tetu saja kamu salah,Rani. Saya ini terlahir bukan dari keluarga kaya raya." jawab Kenzo menjadi kerani sekilas."Berarti Mas terlahir dari keluarga orang miskin?" tanya Rani lagi karena dia masih merasa sangat penasaran."Benar sekali, saya terlahir dari keluarga orang miskin. Dahulu waktu saya masih kecil, Papa saya seorang kuli pasar, sedangkan Mama saya tukang pijat, saya merasa sangat kasihan kepada kedua orang tua saya yang bekerja keras dari pagi sam
"Aku benar-benar tidak menyangka ternyata Mbak Agatha sangat kejam. Ternyata kecurigaan ku ternyata benar, jika Duda anak satu yang dia maksud adalah Mas Anton." Rani masih sesenggukan.Wanita itu sudah berhenti menangis, hanya saja sesungguhnya masih ada. Rumah keluarga Watson benar-benar sangat sunyi, semua anggota keluarga sedang merasa sangat terkejut dengan kejadian beberapa puluh menit yang lalu.Malam harinya.Keluarga Watson sedang makan malam bersama, wajah mereka masih sangat datar. Termasuk Anton."Kenapa kalian diam saja?" tanya Zargie merasa heran."Kakak, Nenek dan Papa sedang merasa lelah, Sayang. Maka dari itu mereka diam saja." jelas Rani berbohong."Ah begitu. Apa Tante Agatha sudah pulang?" tanya Zargie lagi."Sudah, Sayang. Papa mimta kamu jangan bajas Tante Agatha lagi ya, dia bukan keluarga kita, tidak baik jika di bahas ataupun di cari." jelas Anton."Baiklah, Papa. Aku juga tidak terlalu suka dengan nya." jawab Zargie.Rani hanya tersenyum lalu semua orang kemb
"Jadi anda meragukan saya, Nona Agatha?" tanya Tirto menatap datar ke wanita yang duduk di hadapannya."Saya tidak berkata jika saya meragukan dirimu. Sekarang ke intinya saja, saya tidak memiliki banyak waktu." ucap Agatha."Baiklah. Jelaskan apa yang harus saya lakukan." jawab Tirto."Baiklah, dengarkan saya baik-baik. Jadi saya meminta kamu untuk melakukan hal seperti dulu, kita akan menculik kembali Rani dan membuat dirinya telanjang bulat seperti dulu, kamu juga begitu, bila perlu kamu masukan saja alat kelaminmu ke alat kelamin Rani, kapan lagi bukan kamu melakukan hal itu secara gratis, dengan wanita yang masih muda pula, terus nanti saya akan memvideo kegiatan kalian, saya akan mengirim video itu ke Mas Anton dengan nomor rahasiaku dulu untuk mengirim foto-foto kamu dan Rani saat di kamar hotel, saya tidak ingin rencana ini gagal, dan kamu harus membuat Mas Anton benar-benar membuang Rani, jika kedua orang tuanya sudah saya hasut, jadi tugas kamu itu saja." jelas Agatha."Itu
"Padahal sudah jam 4 sore yax Ran. Tapi mataharinya masih terik seerti jam 11 siang." ucap Agatha."Benar, Mbak. Ya namanya kuga musim kemarau, nanti jika sudah musim hujan pasti jam segini sudah hujan deras." jawab Rani."Benar sekali, dan pasti pakaian akan lama keringnya. Apalagi jika mengandalkan pengering dari mesin cuci." Agatha sembari menyuap seblak nya."Semoga saja saat musim hujan sudah datang, hujan nya malam-malam saja di atas jam 11 malam. Jangan siang-siang, supaya pakaian juga selalu kering." jelas Rani."Iya semoga saja begitu. Eh Zargie dimana? Dari tadi siang tidak kelihatan, semenjak kejadian Om Hasan dan Tante Laura menegurnya?" tanya Agatha."Dia sedang tidur siang bersama dengan Papanya. Mungkin sudah pada bangun." jawab Rani."Ah begitu. Aku juga akan menginap di sini beberapa hari, Tante Laura uang menyuruhku, entah ada apa." ucap Agatha."Benarkah? Mungkin supaya rumah ini lebih ramai saja." jawab Rani.Tidak ada jawaban dari Agatha. Kedua wanita itu melanjut
Rani sudah selesai pipis. Dia membuka pintu kamar mandinya, pintu kamar mandi ini tidak menimbulkan suara saat di buka."Itu Mbak Agatha sedang apa ya? Kok sedang mengaduk-aduk teh yang tadi aku buat." gumam Rani merasa sagat heran.Rani mendekat ke arah Agatha. Dia berdiri di sebelah kiri wanita licik itu."Mbak Agatha. Sedang apa?" tanya Rani.Agatha benar-benar sangat terkejut. Wanita itu gelagapan lalu berusaha mencari alasan yang masuk akal."Ah ini, Rani. Aku sedang membantu mengaduk-aduk teh nya, supaya gulanya lebih cepat larut." jawab Agatha."Ah begitu. Terima kasih ya, MBak." ucap Rani tersenyum kepada Agatha."Iya sama-sama, Rani." jawab Agatha membalas senyuman Rani.Wajah Agatha banyak keringatnya, wanita licik itu sangat geologi dan merasa takut. Takut Rani melihat aksinya yang memasukan beberapa sendok garam ke dalam teh yang tadi dia buat untuk Laura, tapi Rani tidak merasa curiga kepada wanita licik itu."Kenapa Mbak mengeluarkan garam?" tanya Rani saat melihat di sa
Rani benar-benar sangat bangga mempunyai anak seperti Zargie. Masih kecil saja anak itu mempunyai pikiran seperti itu."Iya, Sayang. Mama sangat percaya jika kamu akan menjadi anak yang sangat hebat di masa depan." jawab Rani mengusap-usap punggung anaknya dengan lembut.Zargie hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Setelah sampai di lantai dua, Rani langsung membawa Zargie kw kamarnya.Ceklek.Rani membuka pintu kamarnya, setelah itu dia masuk ke dalam, tidak lupa dia menutup kembali pintunya. Wanita itu masih menggendong Zargie, dia berjalan ke arah ranjang dan melihat suaminya yang sedang membaca koran di atas ranjang."Eh ada jagoan Papa datang. Kenapa di gendong, manja sekali." ucap Anton.Dengan perlahan Rani menurunkan tubuh Zargie ke atas kasur. Anton sangat terkejut saat melihat kedua mata buah hatinya membengkak."Apa yang terjadi, Sayang?" tanya Anton sembari menarik Zargie ke dalam dekapan nya."Kakek dan Nenek menegur aku, Papa. Dan mereka menghina Mama dan memarahi Ma
"Bagaimana? Apa Agatha menerima tawaran Mama?" tanya Hasan."Iya, Pa. Agatha sedang bersiap-siap. Setelah itu dia akan datang kemari." jawab Laura."Baguslah. Sekarang buatkan Papa kopi buatan Mama." pinta Hasan.Wanita tua itu mengangguk lalu berdiri dari duduknya,dia berjalan ke arah dapur. Sedangkan di Anton dan Rani baru saja sampai di dalam kamar, pria itu menutup kencang pintunya lalu tanpa sadar dia mendorong Rani kencang ke arah sofa.Brakk!Kepala Rani terbentur sudut sofa. Tes.Tes.Tes.Darah keluar dari kening Rani yang terluka."Astagfirullahaladzim." gumam Rani pelan sembari memejamkan kedua matanya karena menahan sakit yang luar biasa di bagian keningnya yang terluka.Pria itu menatap ke arah Rani yang masih terduduk di lantai, dia sangat terkejut.lalu mendekat ke arah Rani."Astagfirullahaladzim, Rani. Maafkan Mas." ucap Anton yang sudah menyadari apa yang sudah diperbuat kepada istrinya itu."Tidak apa-apa kok, Mas. Jangan meminta maaf ya." jawab Rani dengan senyuman
"Pesan apa? Apa Mas sedang memesan sesuatu." tanya Rani"Bukan saya yang memesan. Tapi kamu yang memesan." jawab Anton."Perasaan aku tidak memesan apa-apa deh, Mas." ucap Rani."Kata Zargie kamu sedang memesan makanan 1 jam yang lalu." jawab Anton.Rani langsung mengingat jika dirinya berbohong kepada anaknya jika dirinya sedang memesan makanan. Dia juga harus berbohong kepada Anton juga tentu nya."Iya memang benar aku sedang memesan makanan 1 jam yang lalu. Tapi aku membatalkan pesanannya." jelas Rani."Kenapa dibatalkan? Bukan kah kamu belum makan malam?" tanya Anton."Ini sudah malam, Mas. Untung saja pesananku belum disiapkan, jadi aku batalkan saja, lagipula aku tidak lapar, aku hanya mengantuk." jawab Rani asal.Walaupun sebenarnya dia sangat lapar. Tapi dia juga merasa sangat mengantuk."Jika begitu tidur saja. Tapi sebelum tidur, kamu harus makan terlebih dahulu, saya sudah membelikan kamu makanan." jelas Anton sembari mengeluarkan bungkusan dari dalam kantong plastik yang t
Di rumah sakit.Rani sedang menyuapi Zargie makan. Sedangkan Anton belum sampai di rumah sakit."Kamu harus makan yang banyak ya, Sayang, supaya cepat sembuh. Setelah makan nanti minum obat " jelas Rani tersenyum kepada buah hatinya itu."Iya, Mama. Apa Mama sudah makan malam?" tanya Zargie."Belum, Sayang. Mama sedang memesan makanan dari luar, mungkin sebentar lagi datang." jawab Rani berbohong.Sebenarnya Rani tidak membawa uang, semua uang nya ada di rumah Kenzo. Wanita itu sebenarnya merasa sangat lapar, karena tidak makan dari siang, tapi dia berusaha menahan laparnya."Ah begitu, baiklah. Kenapa Papa sangat lama, Ma?" tanya Zargie lagi dengan mulut penuh isi makanan."Biarkan Papamu istirahat di rumah ga. Kan ada Mama yang menjaga kamu dan menemani kamu, Nak." jawab Rani tersenyum."Aku sangat menyayangi Mama." ucap Zargie."Mama juga sangat-sangat menyayangi kamu, Sayang." jawab Rani.Anak itu tersenyum senang, sebenarnya dia mencari Papanya hanya untuk melanjutkan rengekan ny
Tidak ada jawaban dari Anton. Pria itu benar-benar sangat bingung untuk menjawab perkataan buah hatinya. Zargie terus-terusan menangis sembari merengek meminta Papanya untuk kembali menyatu dengan Mamanya."Papa... aku mohon. Papa dan Mama kembali bersatu seperti dulu." ucap Zargie semakin kencang menangisnya."Sayang... sudah ya, jangan menangis terus. Kamu akan muntah jika terus-terusan menangis." Anton merasa semakin khawatir dengan keadaan Zargie.Anak itu akan mentah-mentah karena menangis terlalu lama. Maka dari itu Anton merasa sangat khawatir hal itu akan terjadi."Huwek.... huwek." Zargie muntah-muntahAnton yang menekan tombol di dinding dekat brankar Zargie. Tombol itu berfungsi untung memanggil Dokter."Zargie! Bentengi menangis, Sayang! Papa mohon!" teriak Anton.Pria itu berteriak karena sangat khawatir melihat anaknya terus-terusan muntah.Ceklek.Pintu kamar rawat Zargie terbuka. Datanglah dua Dokter, dan tiga Suster, mereka langsung mendekat ke arah brankar."Tolong a