Kenal dan yang lain masih fokus dengan makanan mereka masing-masing."Daddy, boleh aku bicara sebentar?" tanya Vivi meminta izin kepada Daddy nya terlebih dahulu untuk berbicara.Karena Kenzo sangat tidak suka jika sedang makan itu ada yang berbicara ataupun mengajak nya berbicara."Baiklah, Sayang. Silahkan saja, tapi jangan lama ya." jawab Kenzo."Siap, Daddy. Masakan Mommy Rani sangat enak, walaupun aneh tapi rasanya sungguh enak, iya kan, Kak." Vivi menatap ke arah Kakak nya."Benar. Ini memang sangat enak, aku saja sudah nambah dua kali, menurut Daddy bagaimana rasa masakan aneh yang Mommy buat ini?" tanya Devo menatap Daddy nya."Rasanya sangat enak. Awalnya Daddy terkejut kenapa rendang sapi kok memakai telur ayam, tapi rasanya sungguh enak dan unik." jawab Kenzo tersenyum kepada Rani.Wanita itu tersenyum lalu menunduk tersipu malu karena makanan nya di puji oleh ketiga orang itu."Kalian ini sangat berlebihan memuji masakan Mommy." ucap Rani menatap ke arah Devi dan Vivi."In
Rani dan Zargie sudah selesai mandi. Wanita itu juga sudah selesai mamalia pakaian, sekarang dia sedang memakaikan buah hatinya pakaian."Mama, ini kan sudah pakaian Mama, pakaian perempuan." ucap Zargie sembari memanyunkan bibirnya."Hahaha, lucu sekali anak Mama. Kan kamu tidak membawa pakaian, Sayang, kamu ke sini juga tidak membawa pakaian karena kn kita bertemu di pesta tadi malam, jadi pakai seadanya saja ya, Sayang." jelas Rani."Baiklah, aku seperti menggunakan dress. Aku tenggelam di pakaian Mama." ucap Zargie berdiri di cermin lemari.Wanita itu tertawa karena melihat anaknya dan bercermin. Dia mendekat ke arah sang anak lalu menyisir rambut Zargie dengan pelan."Bukan dress, tapi kamu seperti memakai daster. Pakaian kita sama deh." jawab Rani.Karena wanita itu memakai daster, dia memang sangat nyaman dengan pakaian daster yang sederhana ini. Karena membuat tubuhnya bebas bergerak dan nyaman tentunya."Baiklah. Tapi Mama jangan berbohong ya kepadaku, nanti sore kita akan b
"Jadi kami boleh ya menjenguk kedua orang tua kamu." ucap Rani tersenyum kepada Adit."Baiklah. Tapi rumah saya sangat jelek, kotor, dan sempit, kalian pasti akan merasa risih di dalam rumah saya." jelas Adit."Kamu belum melihat rumah Tante di. Rumah Tante itu juga jelek, kotor." jawab Rani sembari tersenyum."Pastinya lebih jelek rumah saya, Nyonya." ucap Adit."Ah sudahlah. Ayo kita ke kamar, Dit, aku menantangmu bermain PS." ucap Devo yang berdiri dari duduk nya."Menarik juga. Ayo." jawab Adit yang ikut berdiri dari duduknya.Kedua anak laki-laki itu berjalan ke arah anak tangga lalu naik ke atas. Pria itu menghela nafas lalu menunduk sembari memijat pelipisnya."Ada apa, Mas?" tanya Rani."Saya ingin menangis saat mendengar penjelasan dari Adit tadi. Ternyata keluarganya lebih susah dari keluarga saya dulu, saya masih mending karena itu jaman dulu, nah Adit sudah jaman modern seperti ini." jawab Kenzo yang menatap ke arah wanita yang duduk di sebelahnya."Apa rencana Mas untuk k
"Hey, Sayang. Kenapa kamu menangis, kamu tidak nakal, Sayang." jawab Rani sembari mengusap air mata sang anak."Aku pasti nakal ya. Maka dari itu Mama menangis, maafkan aku, Ma." Zargie sesenggukan."Tidak, Sayang. Ssstt jangan menangis lagi ya, Mama itu menangis karena Mama merasa sangat bahagia karena kamu berada bersama Mama sekarang " jelas Rani."Apa kamu yakin?" tanya Kenzo.Pria itu merasa tidak yakin dengan penjelasan Rani."Tentu saja, Mas. Sudah lama aku merindukan waktu ini." jawab Rani lalu mengecup berkali-kali pipi Zargie dengan gemas.Vivi hanya bisa terdiam melihat Zargie yang sedang di pangku oleh Rani. Di dalam hati sebenarnya dia merasa sangat iri kepada Zargie yang di berikan kasih sayang oleh seorang Ibu, sedangkan dirinya tidak mempunyai Ibu."Japan ya aku merasakan seperti yang Zargie rasakan. Walaupun Mommy Rani sudah menganggapku seperti anaknya, tapi dia benar-benar bukan Ibu ku, dan bukan istri Daddy." batin Vivi.Anak perempuan itu menunduk memeluk boneka y
Setelah merasa puas menangis selama 30 menit, Rani mengubah posisi tiduran nya menjadi berdiri. Wanita itu memejamkan matanya lalu lalu menenangkan dirinya yang masih sesenggukan."Ini sudah jam 11 siang. Aku harus memasak untuk makan siang nanti." ucap Rani sembari melihat ke arah jam dinding di kamar Vivi.Wanita itu menatap ke arah Zargie dan Vivi yang masih tertidur dengan sangat nyenyak. Dia berjalan ke arah pintu lalu keluar dari kamar Vivi, tidak lupa juga dia menutup pintunya kembali secara perlahan."esok kan hari senin, otomatis aku mengantar Vivi ke sekolah. Sekalian saja aku mencari tahu siapa orang yang telah merusak rumah tanggaku dengan Mas Anton." gumam Rani sembari menuruni anak tangga secara perlahanSetelah sampai di lantai satu, Rani langsung menuju ke arah dapur. Setelah sampai di dapur, dia melihat Minah sedang memotong sayuran."Loh Bibi sedang apa?" tanya Rani"Ini, Nyonya. Saya sedang memotong sayuran untuk masak menu makan siang." jawab Minah."Tidak usah, Bi
"Sayang... ayo bangun. Kita makan siang." ucap Rani sembari mengecup berkali-kali pipi Zargie dengan lembut.Wanita itu tersenyum saat melihat anaknya menggeliat lalu dengan perlahan Zargie membuka kedua matanya dan menatap ke arah sang Mama."Mama... aku masih mengantuk." jawab Zargie kembali memejamkan kedua matanya."Iya, Sayang, Mama mengerti kamu masih mengantuk, tapi sekarang kita makan siang dulu ya, ayo bangun, ayo kita bangunkan Kak Vivi." ajak Rani dengan nada lembut kepada sang anak supaya anaknya menuruti perkataan nya.Zargie mengangguk lalu membuka kembali kedua matanya. Anak itu mengubah posisi tidurnya menjadi terduduk lalu dia mengusap-usap matanya."Anak Mama memang sangat pintar dan penurut. Ayo kita bangunkan Kak Vivi, tapi dengan perlahan ya, takut Kak Vivi terkejut dan kepalanya akan pusing." jelas Rani."Oke siap, Mama." jawab Zargiedia dengan senyuman.Perlahan anak itu mendekat ke arah Vivi lalu menatap wajah Kakak perempuannya itu yang sedang tertidur pulas.
Agatha sudah selesai membuat kopi hitam untuk Anton, dia mengambil nampan lalu meletakkan cangkir itu di nampan. Setelah itu dia keluar dari dapur dan langsung menuju ke halaman belakang."Semoga saja beneran deh Mas Anton menyukai kue bolu buatanku dan tentunya kopi hitam racikan ku ini." gumam Agatha tersenyum.Setelah sampai di halaman belakang, memang benar dia melihat Anton sedang berenang. Pria itu sangat terkejut melihat Agatha yang datang dengan membawa nampan."Agatha! Kamu ada apa kemari?" tanya Antin dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut.Bagaimana tidak terkejut, bayangkan saja posisi berenang dia yang tidak memakai pakaian dan dia hanya memakai celana boxer saja."Ah ini, Mas. Aku hanya kemari membawakan Mas kopi hitam dan kue bolu buatanku dan kopi hitam ini juga tentu mya racikan ku." jawab Agatha dengan senyum malu.Bagaimana dia tidak merasa malu karena dia salah tingkah dengan postur tubuh Anton yang begitu kekar, berotot, dan begitu gagah. Siapapun wanita yang
"Terima kasih Tante sudah merestui kembali." ucap Agatha yang membenamkan wajahnya di bahu sebelah kiri Laura."Kami harap kamu menyayangi Zargie seperti anak kandung mu sendiri. Walaupun nanti anak itu akan menjadi anak tirimu." ucap Laura.Agatha melepas perlahan pelukan nya dari butuh wanita tua itu, lalu dia menatap sendu ke arah Laura."Tante, aku itu sangat menyayangi Zargie, aku sudah menganggap dia sebagai anak kandung aku, Tante. Bahkan aku akan melakukan apapun demi Zargue dan aku juga rela terluka demi anak yang menggemaskan itu " jelas Agatha yang berusaha meyakinkan wanita tua itu."Tante sangat percaya kepada mu, Agatha. Tante juga melihat perhatian kamu kepada Zargie itu benar-benar sangat bagus, Zargie juga mulai lengket kepadamu." jawab Laura."Terima kasih karena kalian sudah mempercayai diriku. Aku pamit pulang, Assalamualaikum." pamit Agatha."Waalaikumsalam." jawab Laura dan Hasan secara bersamaan.Agatha tersenyum ke arah kedua orang tua Anton, dia pergi dari rua