Home / Pernikahan / Terpaksa Menjadi Madu / Hilang Kepercayaan

Share

Hilang Kepercayaan

Author: sherina vellyn
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Mana dia?!” Izhar membentak saat tak berhasil menemukan siapa pun di rumahnya.

“S-siapa?” Bahu Ayesha gemetar, dia masih syok atas kejadian Argi, sekarang Izhar.

“Pria yang tadi sedang bersama kamu di luar, memeluk kamu dengan mesra!” sentaknya lagi.

Ayesha mengernyitkan dahinya dengan gelagapan. Dia mengulum bibirnya dengan sedikit takut pada Izhar. Lantaran kenapa Izhar bisa tahu jika Argi tadi ada di sini, dan sempat memeluknya? Tapi sungguh, dia tak menikmati pelukan yang menyesakkan itu.

“Argi, bukan? Mana pria itu sekarang?!” Izhar bertanya dengan penuh emosi.

“Aa salah paham,” jawab Ayesha, berusaha menjelaskannya pada Izhar dengan gelagapan.

“Salah paham gimana?! Aa jelas-jelas lihat foto kamu, yang masih menggunakan pakaian yang sama dengan foto itu, dipeluk Argi. Aa ingat betul gimana model rambutnya Argi juga.” Izhar marah.

Ayesha terdiam, menahan desiran di jantungnya yang amat tak mengenakan. Sesak, e
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terpaksa Menjadi Madu   Mendekati Ajal

    Ayesha mendesis pelan, menahan rasa pegal dan ngilu di bahunya yang tadi terkilir saat tangannya tak mampu menahan bobot tubuhnya sendiri. Dengan wajahnya yang bengkak sehabis menangis, Ayesha menghela nafasnya, dadanya masih terasa sesak seberapa banyak dia berusaha mengeluarkan rasa sesak yang menjerat di dadanya tersebut. Kakinya dengan mandiri dia obati, Tangannya bahkan masih gemetar setelah menghadapi dua kejadian sekaligus. Ayesha menatapi lututnya, hanya berharap besok sendi lututnya tak terasa sakit untuk beraktivitas. Ayesha berusaha membaringkan tubuhnya, agar bisa beristirahat. Sesenggukan, perempuan itu masih berusaha menahan sesak di dadanya setelah apa yang terjadi hari ini. Membaringkan tubuhnya yang terasa lemas, mengistirahatkan tangannya yang terus gemetaran, kakinya yang terasa sakit dan pegal juga. Perempuan itu hanya ingin tidur nyenyak malam itu. Bahkan berharap jika dirinya tak akan bangun esok pagi. Namun, membayangkan dirinya a

  • Terpaksa Menjadi Madu   Dia Tak Akan Datang

    Devan memakan pizza yang dia bawa, sambil celingukan di depan ruangan UGD. Yang mana Ayesha tengah diperiksa keadaannya. Sementara Belia tampaknya cemas dan panik, melirik ke arah Devan yang bisa-bisanya masih makan di saat seperti ini dengan lahap dan bahkan menyeruput soda juga. “Adek lo, noh! Lagi di UGD, dan lo asyik makan di sini?!” Belia memukulnya. “Ya gue harus apa?! Masuk, gitu? Bantuin dokternya, gitu? Kan, kagak bisa!” jawab Devan.“Iya, sih. Terus suaminya Ayesha? Lo tahu dia enggak bisa dihubungi, terus lo enggak bakal ngehubungi dia, gitu? Coba telepon lagi!” ujar Belia. Devan mendengus seraya memasukkan potongan pizza yang masih besar ke mulutnya. Dia mengunyahnya dengan lahap, kelihatannya dia memang lapar. Devan mengeluarkan handphonenya hendak menghubungi Izhar, memberitahu keadaan Ayesha yang ditemukan dengan kondisi kritis. Sementara Belia menatapi pria itu. Bahkan dengan mulut yang penuh hingga tulang rahangnya terlihat saat makan, pria itu semakin tampan. Ter

  • Terpaksa Menjadi Madu   Mengompori

    “Devan, ya? Sepupunya Ayesha?” Nirmala menyapanya, dia sebenarnya cukup jarang sekali bertemu dengan Devan. Devan terdiam sejenak dan mengernyitkan dahinya. Karena Nirmala menggunakan cadar, rasanya sulit mengenalinya. Dia tahu jika Nirmala menggunakan cadar. Namun, tak sadar jika itu Nirmala. “Siapa?” tanya Devan balik. “Nirmala, istrinya Izhar,” jawab Nirmala. “Oh ... A Izhar beneran enggak ke sini?” tanya Devan, dia ingin memastikan hal tersebut. “Enggak bisa, A Izhar sibuk soalnya,” jawabnya lagi. Devan menganggukkan kepalanya mengerti. Kemudian, dia teringat akan sesuatu. Dia mungkin bisa menanyakan sesuatu kepada Nirmala. Mengingat Nirmala lebih punya banyak waktu dengan Ayesha, Izhar pasti mengatakan sesuatu kepadanya lebih banyak ketimbang pada Ayesha. “Oh, iya, ngomong-ngomong, belakangan ini hubungannya Ayesha sama A Izhar gimana?” tanya Devan langsung, dia tak bisa berbasa-basi, memang tak pandai melaku

  • Terpaksa Menjadi Madu   Tak Ada yang Percaya

    “Dev, sadar, Dev! Ay lagi sakit, ini juga di rumah sakit!” ujar Belia seraya menahan Devan. “Gue enggak tahan sama kelakuan lo lagi, Ay! Cukup sampai di sini. Gue masih baik nganterin lo ke rumah sakit sebelum lo meregang nyawa di rumah. Gue udah bawain baju lo juga. Gue ogah kalau harus jaga lo di sini.” Devan melemparkan tas berisikan pakaian Ayesha itu ke lantai agak kasar. Belia di sana agak gelagapan karena baru kali ini melihat Devan semarah ini. Devan selama ini bisa dikatakan kejam memang pada orang selain Ayesha, dia kadang menciut nyalinya saat ada Ayesha. Namun ternyata kondisi itu bisa berbalik. Di mana Ayesha yang menciut karena Devan. Pria itu mendengus dan kemudian melangkah keluar dengan penuh emosi. Pasien lain di ruangan tersebut ada yang sampai mengangkat kepalanya dari tempat tidurnya dan keluarga pasien lainnya juga tampak berusaha mengintip ke ranjang Ayesha yang agak tertutup tirai di sudut itu. Sementara Belia jadi kebi

  • Terpaksa Menjadi Madu   Bimbang

    Ayesha menatapi Devan yang datang bersama orang tuanya. Itu membuat Ayesha ingin mengatakan sesuatu pada Devan. Dia sangat ingin memberitahu Devan jika Argi berusaha menyerangnya. Namun, dari Devan yang tak berkata apa pun saat itu, kelihatannya Devan memilih menyembunyikannya dari kedua orang tuanya. Dan mereka berdua tak banyak bicara. Ayesha menyetujui tindakan Devan untuk tak membicarakan sesuatu tentang Argi di depan orang tuanya. Yang berarti dirinya juga tak bisa memberitahu Devan jika dirinya dengan Argi saat itu adalah sebuah kesalahpahaman. Devan mungkin menarik ucapannya jika dirinya tak ingin bertemu Ayesha lagi. Toh, dia menunjukkan kalau mereka baik-baik saja di hadapan orang tua Devan. Namun, begitu mereka sedang makan dan Devan duduk di sebelah brankar Ayesha, Ayesha mengetahui adanya kesempatan bicara. “Itu salah paham,” ucap Ayesha pelan, berusaha agar suaranya tak terdengar siapa pun selain dia. “Lo berharap gue percaya itu?

  • Terpaksa Menjadi Madu   Bersembunyi

    Ayesha mengintip dari balkon atas. Dia menemukan sesuatu yang membuatnya merasa tak nyaman dan gelisah. Argi berada di dekat rumahnya lagi. Walau memang tak benar-benar di dekat rumahnya. Pria itu seolah tengah menunggunya sore itu. Ayesha takut jika pria itu kemari. Devan tak pernah datang lagi untuknya sejak kemarin dia pergi meninggalkannya. Itu membuatnya semakin cemas jika Argi semakin berani padanya di saat tak ada pria di keluarganya yang siaga untuknya. Pilihan yang tepat untuknya sekarang tak berada di rumahnya. Begitu Argi pergi karena menyadari rumahnya terlalu sepi, Ayesha segera mengemas beberapa pakaian ganti. Sesaat, dia merasakan tangannya yang terkilir masih sakit, namun memaksakan dirinya. Ayesha teringat akan penginapan yang letaknya tak begitu jauh. Namun setidaknya, bisa menjadi tempatnya bersembunyi dari Argi sesaat. Ayesha memesan taksi online untuk pergi dan menunggunya dengan sabar di rumah. Begitu mobilnya tiba, Ayesha segera mengunci rumah dan segera perg

  • Terpaksa Menjadi Madu   Ditemukan Pemangsa

    Ayesha mendecak pelan menatapi handphonenya yang kehabisan baterai saat di penginapan nanti listrik. Dia telah menunggu dari sore hari, namun listrik tak kunjung menyala. Ayesha pun keluar dari kamarnya dan hendak mendatangi pemilik penginapan jika listriknya belum nyala juga. Perempuan itu menggunakan jaketnya dan keluar. Cuaca belakangan ini berangin, dan anginnya semakin besar di malam hari. Ayesha berjalan sendirian dan bertemu dengan penginap lain yang tampaknya juga kesal karena mati listrik. “Permisi, udah komplain ke Bu Rina?” tanya Ayesha pada penginap lainnya. “Oh, ya, udah. Kamu mau komplain? Enggak perlu komplain lagi, katanya sebentar lagi nyala, kok.” “Oh, begitu. Baik, terima kasih.” Ayesha bersikap ramah padanya. Ayesha hendak kembali ke kamarnya. Namun, dia merasakan perutnya bergemuruh karena lapar. Di sekitar penginapan ada beberapa penjual makanan karena tempat itu juga cukup dekat dari tempat sebuah wisata. Perempuan itu mengurungkan niatnya untuk membeli mak

  • Terpaksa Menjadi Madu   Argi yang Agresif

    “A Izhar!” Devan berlari kecil setelah turun dari motornya untuk menemui Izhar. “Gimana?” Izhar tampak cemas setengah mati pada Ayesha, dia kemudian menatapi beberapa orang yang mengikuti Devan di belakangnya, yang kelihatannya sadar jika terjadi sesuatu dan siaga. “A Izhar sebelumnya berantem sama Ayesha enggak, sebelum Ayesha masuk rumah sakit?” tanya Devan, dia ingin mengkonfirmasi kemungkinan terbesar yang terjadi sekarang, antara Ayesha bersama dengan Argi secara aman, atau justru sebaliknya. “Ya, kami sempat berantem.” Izhar tak tahu bagaimana Devan tahu, namun dia menjawabnya dengan jujur dan sesuai fakta. “Apa Ayesha jatuh?” tanya Devan lagi. “Enggak, saya enggak akan menggunakan kekerasan, apa pun masalahnya,” jawab Izhar. “Ck! Kayaknya Ayesha jujur kalau dia diserang Argi,” terang Devan seraya menatap ke arah teman-temannya yang menunggu kelanjutan apa yang harus mereka lakukan. “Kamu tahu tentang itu? Apa Ayesha terluka?” tanya Izhar balik. “Ya. Saya ketemu Teh Nirm

Latest chapter

  • Terpaksa Menjadi Madu   Kakak Beradik

    “Saya enggak bisa tinggal diam. Saya bisa bawa kasus ini ke pengadilan.” Ayesha menyilangkan tangannya, menatapi gadis yang menangis sesenggukan setelah melempar tempat pensil pada Juan hingga menyebabkan pelipis Juan terluka.“Aish... ini cuman masalah anak-anak. Kita enggak harus sampai bawa-bawa ini ke pengadilan, kan? Namanya juga anak-anak,” ucap pria yang kelihatannya ayah dari gadis itu cukup manis untuk membujuk Ayesha yang kini merangkul Juan yang duduk di UKS. “Lagian itu salah anak kamu! Kenapa sampai harus bentak-bentak anak saya. Dia kan, jadi takut. Itu salah satu refleks anak untuk melindungi dirinya sendiri!“ bela ibunya dengan lantang. “Oh...” Ayesha tertawa sinis dan melebarkan matanya dengan kesal. “Ternyata ibu sama anak sama aja. Tukang jual gosip.” “Ayesha!” Izhar menatapi Ayesha dan menyentuh pundaknya, yang langsung ditepis Ayesha. “Apa?! Tukang jual gosip?! Saya enggak sekedar bergosip, itu fakta! Anak yang tu

  • Terpaksa Menjadi Madu   Juan dan Arsy

    “Kamu ketemu Arsy sama ibunya?!” Ayesha melebarkan matanya saat Juan mengakuinya. “Juan... Juan tahu mereka karena lihat beberapa kali fotonya. Juan agak curiga, kenapa ayah enggak tinggal sama kita kayak ayah-ayah lainnya. Ternyata ayah punya keluarga lain,” ucap Juan pelan. Terdengar nadanya kecewa. Dia mungkin sudah menahan perasaannya untuk tak menunjukkan jika dia tahu sesuatu di depan bundanya. Namun Ayesha kemudian menghela nafasnya dan mendekati Juan. Tangannya mengusap halus pundak putranya itu. “Maaf, karena membiarkan kamu terlahir sebagai anak madu,” ucap Ayesha lirih. “Bunda enggak perlu minta maaf. Juan enggak pernah malu punya bunda,” jawab Juan cepat, dia tak ingin membuat bundanya yang telah mengorbankan banyak hal untuknya. Ayesha menghela nafasnya. Lagi pula, Juan memang harus tahu tentang ini. Ayesha menatapi putranya yang sudah beranjak dewasa. Dia kemudian memegangi keningnya, mengangkat sedikit rambut putranya

  • Terpaksa Menjadi Madu   Pindah Lagi

    Juan tumbuh dengan pesat. Dia bersekolah di Bogor untuk sekolah dasarnya dan akan pindah ke kota asal ibunya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Juan tumbuh menjadi anak yang aktif. Karena pindah kota lagi, dia bisa dekat dengan ayahnya sekarang. “Arsy juga bakal sekolah di sekolah yang sama,” ucap Izhar tiba-tiba. Ayesha yang sedang menatapi persyaratan yang diperlukan untuk mendaftar lantas menggeser brosur sekolah yang ditunjukkan Izhar untuk Juan bersekolah di sana. “Aa yakin enggak akan masalah?” Ayesha menatapi Izhar dengan tatapan yang masih sama. “Enggak akan, Ay. Justru supaya Juan sama Arsy saling mengenal. Juan belum pernah main sama Arsy sebelumnya. Kamu enggak pernah izinkan Aa bawa Juan pulang. Neneknya kangen sama Juan,” ucap Izhar seraya menghela nafasnya dengan berat. “Itu buat kebaikan Juan. Aku enggak mau, Juan sampai mendengar sesuatu yang buruk dari ibu Aa.” Izhar menghela nafasny

  • Terpaksa Menjadi Madu   Pergi Tanpa Melepas

    “Ay bakal ikut keluarganya Devan pindah ke luar kota.” “Ay, kamu itu istri Aa. Justru kamu seharusnya itu Aa. Kenapa kamu malah ikut-ikut keluarga Devan?” Izhar merasa tertekan karena mendengar Ayesha akan pergi ke kota lain. Ayesha mengulum senyum dan menatapi Juan yang berada di kursi tingginya. Dia kemudian menyuapi Juan makanannya. Bayi itu terlihat sangat lahap makannya. “Ay kalau enggak sama Devan di sini sendirian. Aa enggak pernah ada sepenuhnya buat Ay, Devan yang malah jadi harus repot sama Ay, meski Ay udah nikah. Jadi, ya mau gimana lagi? Ay di sini atau Ay di sana, kayaknya buat Aa sama aja, kan?” Ayesha tersenyum tipis. Izhar menghela nafasnya. Setelah banyak yang dirinya dan Ayesha lakui, pada akhirnya Ayesha malah ingin pergi. Dia pikir kehadiran Juan akan cukup untuk mengikat Ayesha. Namun sepertinya tidak. Apa lagi dirinya kurang menghadirkan dirinya untuk sosok ibu dari anak laki-lakinya itu. “Juan bakal Ay bawa pa

  • Terpaksa Menjadi Madu   Skeptis

    Izhar tak pernah diizinkan menggendong Juan lagi setelahnya. Ayesha benar-benar mengawasi Juan hingga tak satu pun orang berani menggendong Juan. Bahkan teman-temannya yang ingin bermain dengan Juan dilarang untuk menggendongnya, hanya boleh menyentuhnya saja secara normal. Dan karena Nirmala dan Ayesha mungkin sudah seharusnya tidak berada di atap yang sama, karena mereka benar-benar tak bisa akur, akhirnya Nirmala pulang ke rumah Izhar. Dan pembantu rumah tangga mereka tentunya akan ikut bersama Izhar dan Nirmala. “Emang kamu bisa, rapihin rumah sendiri?” Izhar menghela nafasnya berat. “Devan bakal nyari pembantu buat bantu-bantu Ay di sini. Aa boleh pergi sekarang,” ucap Ayesha, secara tak langsung ingin mengusir Izhar yang sebenarnya memang akan pergi. “Ay, kamu jangan keterusan kayak gini, dong. Ke depannya, Arsy sama Juan bakal tumbuh besar, yang pastinya nanti mereka tahu kalau mereka itu kakak beradik. Jangan sampai Juan sama Arsy nant

  • Terpaksa Menjadi Madu   Celaka!

    “JUAN!” Ayesha memekik keras mendapati Juan yang sudah tergeletak di lantai dengan mulutnya yang terbuka lebar dan menjerit memanggil sang ibu. Ayesha berlari secepatnya untuk meraih Juan. Izhar sendiri segera menaruh Arsy di sofa dan menggendong Juan. Ayesha tanpa pikir panjang langsung merebut Juan dari Izhar. Tampak bagaimana tubuhnya gemetar, seolah merasakan sakit yang sama dengan yang dirasakan putranya. Perempuan itu tak bisa berkata-kata untuk beberapa saat. Tangannya memeluk erat Juan yang menangis sejadinya. Sementara Izhar tampak cukup panik sekarang menatapi Ayesha yang membeku, kaget karena putranya baru saja kenapa-napa. Sementara Arsy ikut menangis karena mendengar tangisan Juan, itu membuat Izhar segera menggendong Arsy juga. Karena itu, Nirmala juga bergegas keluar dari kamar mandi dan menatapi Ayesha dan Izhar. Ayesha tampak hampir menangis menatapi putranya yang menangis sangat kencang, sepertinya dia terbentur cukup keras saat jatuh.

  • Terpaksa Menjadi Madu   Bahan Omongan Tetangga

    Sore itu, Ayesha mengajak Juan bermain di halaman rumah dengan mobil mini pemberian teman-temannya itu. Juan yang sudah mulai bisa merangkak kini tampak bersemangat berada di mobil mini itu sambil menatapi Ayesha. Ayesha tersenyum sambil terkekeh pelan melihat antusiasnya. “Juan kakinya ke sini bisa, enggak? Injak!” ujar Ayesha sambil memintanya untuk menginjak gas yang ada di bawah sana, atau remnya, namun kelihatannya bayi itu belum bisa menanganinya. “Belum bisa? Ya udah, enggak apa-apa. Kita dorong-dorong aja, sama Bunda.” Ayesha kemudian mendorong mobil mini itu dengan sabar di halaman rumahnya. Selama dia bermain bersama Juan, pembantu rumah tangga yang dihadirkan Izhar tengah menyapu dan mengepel bagian teras. Ayesha sangat sibuk bersama Juan, dia mengorbankan semua waktunya untuk pria kecil yang menjadi temannya tidur dan bermain sehari-hari. “Bu Mala masih jalan-jalan keluar ya, Mbak?” tanya pembantu rumah tangga itu. “Oh, k

  • Terpaksa Menjadi Madu   Beda Ibu, Beda Nasib

    Ayesha tersenyum menatapi putranya yang semakin gembul. Tubuhnya jauh lebih berat dari pertama kali dia menginjakkan kakinya di dunia. Dan bahkan sekarang sudah mampu untuk duduk, walau kadang masih kehilangan keseimbangannya sendiri. Ayesha terkekeh begitu Juan kembali terbaring dan lantas tertawa riang. Suaranya yang manis melengking itu menyenangkan. “Aduh, Juan jatuh. Bunda tolongin Juan, Bunda!” Ayesha menirukan suara anak kecil dan kemudian membantu Juan bangkit, hingga Juan kembali duduk dan menatap Ayesha dengan bersemangat. Nirmala dan Ayesha masih tinggal bersama, di rumah Ayesha. Namun keduanya kadang berselisih. Kali ini bukan karena Izhar. Karena Ayesha sendiri tampaknya tak begitu berharap lagi pada Izhar. Namun Nirmala tetaplah wanita pencemburu, sementara Ayesha yang cuek bebek pada Izhar justru membuat Izhar harus memberikan perhatian lebih padanya dan membuat Nirmala cemburu. Ayesha keluar dari kamarnya sambil menggendong Juan dan mena

  • Terpaksa Menjadi Madu   Juan

    Ayesha bahkan tak bisa beraktivitas bebas sejak ada orang tuanya Nirmala di rumah. Dia jarang turun ke bawah dan bahkan melakukan segala aktivitas di atas. Dia menjemur Juan pun di atas. Izhar kadang kali tak membantunya merawat Juan, mungkin memang benar yang lebih diinginkan Izhar itu anaknya Nirmala ketimbang anaknya. “Juan udah mandi? Kapan mandinya?” Izhar menghampiri Ayesha di balkon rumah. “Udah dari tadi,” balas Ayesha, dia hendak memasukkan Juan lagi ke dalam karena sudah lima menit berjemur, tak perlu lama-lama. “Kenapa enggak nunggu Aa? Bisa sendiri, emang?” tanya Izhar sambil mengusap tangan Juan halus. “Orang udah selesai, berarti bisa. Mungkin habis ini juga Ay harus kerja sendiri, supaya mandiri,” sindir Ayesha, lantaran dia merasa tak cukup mendapatkan perhatian dari Izhar. Izhar menghela nafasnya berat. Ini dia, omong kosong yang akan membuat mereka bertengkar lagi. “Kamu bicara apa sih, Ay? Karena Aa engga

DMCA.com Protection Status