Share

Bab 5

Clara memijat pelipisnya yang terasa pening. Sudah beberapa gelas minuman beralkohol ia habiskan, berharap rasa pening di kepalanya menghilang. Namun, bukannya menghilang, ia justru merasa semakin pening. Ditambah lagi, pria gila yang tidak ingin ia lihat, muncul dihadapannya.

"Jangan minum seperti ini, aku tidak mau rahimu bermasalah." Ares merebut gelas Clara dan membuang isinya ke lantai.

"Hai, Tuan!! Apa Anda sudah gila?!" Clara kesal, ia sengaja meninggikan suaranya.

"Cepatlah ikut denganku. Aku memiliki waktu satu minggu penuh untuk menghabiskan malam denganmu." Ares tidak peduli dengan Clara yang terlihat kesal.

"Gila!!" Clara rasanya kesal setengah mati. Pria itu benar-benar mengusik kehidupannya yang tenang.

"Aku tidak peduli." Ares menarik Clara secara paksa supaya mau ikut bersamanya meski wanita itu belum menyetujui kontrak yang ia usulkan.

"Anda jangan sembarangan atau saya teriak." Clara mencoba mengancam pria itu, berharap dia akan berhenti mengganggunya.

"Teriaklah sampai suaramu habis, tidak ada yang akan menolongmu."

"Madam pasti akan menolongku."

Clara sangat yakin, wanita tempat pemilik hiburan malam ini, pasti bersedia membantunya. Apalagi ia termasuk anak buahnya yang paling banyak diminati pelanggan.

"Cobalah dan aku yakin, usahamu akan sia-sia karena aku sudah memberikan wanita itu uang cukup banyak." Ares tersenyum meremehkan.

Clara menghembuskan nafas kasar, harapannya pupus untuk bisa kabur dari pria itu, Madam pasti tidak akan membantunya karena sudah di sogok dengan uang. Ia tak menyangka, pria itu sangat licik.

"Jadwal kita hari ini, mengunjungi dokter kandungan untuk memeriksa kesehatan rahimu. Selain itu, kamu juga harus di cek kesehatan. Mengingat kamu sering bergonta-ganti pasangan, aku tidak mau tertular virus HIV olehmu."

Ares berbicara panjang lebar untuk memberikan pengertian pada Clara. Ia tidak peduli dengan perasaan Clara. Entah dia tersinggung dengan ucapannya atau tidak, ia tidak berniat untuk bersikap manis pada wanita itu.

"Kamu takut tertular penyakit, Tuan?" Clara tersenyum mengejek. "Aku sarankan kamu supaya mencari wanita dari tempat lain. Jangan di tempat hiburan malam seperti ini."

"Tidak usah banyak bicara. Ikut aku ke dokter sekarang juga."

Ares tidak bisa membalas ucapan Clara. Ia juga tidak mengerti, mengapa ia memilih Clara yang berasal dari tempat hiburan malam daripada wanita baik di luar sana.

Clara berusaha terus menolak tapi penolakannya seolah sia-sia. Pria itu tetap menyeretnya untuk ikut bersamanya dan kini ia berakhir di sebuah rumah sakit.

"Ga, periksa dia." Ares langsung masuk ke ruangan sahabatnya yang berprofesi sebagai dokter.

Raga langsung mengalihkan pandangannya ke arah Ares dari rekam medis yang tengah ia baca. Ia menatap Ares aneh seolah meminta penjelasan karena Ares membawa wanita lain, bukan istrinya.

"Lakukan saja apa yang aku ucapkan. Jangan lupa, periksa secara detail dari keseluruhan untuk program kehamilan."

Ares tahu maksud tatapan Raga. Namun, saat ini ia enggan untuk menjelaskannya.

"Baiklah, TUAN." Raga sengaja menekan kata tuan pada ucapannya, sebagai tanda, ia kesal dengan tingkah laku sahabatnya. Ia tidak suka, Ares menjadi pria yang sembarangan seperti Jerry. Apalagi Ares sudah memiliki istri. "Mari ikut saya, Nona," ucapnya kemudian pada wanita cantik yang berada di samping Ares.

"Cepatlah!" Ares mendorong Clara ke arah Raga supaya cepat diperiksa.

Meski Clara enggan dan tentunya malu tapi akhirnya ia tetap mengikuti dokter masuk ke ruang periksa.

"Lebih baik, Anda menunggumu diluar." Raga masih menatap sinis ke arah Ares. Andai saja ia tidak tengah bekerja, mungkin ia akan mencerca Ares dengan berbagai pertanyaan.

Ares mengangguk. Ia menunggu Clara di luar dan ia berharap kondisi Clara sehat dan bisa segera mengandung anaknya.

"Siapa namamu?" Raga bertanya pada Clara sembari mempersiapkan alat yang ia butuhkan.

"Clara."

Raga hanya mengangguk dan tidak bertanya lebih banyak lagi meski ia sangat penasaran dengan apa yang terjadi.

"Bagaimana kondisinya?" tanya Ares tak sabaran begitu Raga selesai memeriksa Clara.

"Semuanya baik." Raga merasa, Ares tidak butuh penjelasan darinya panjang lebar karena ia lah yang seharusnya mendapatkan penjelasan dari Ares tentang maksud dari semua ini.

"Bagus." Ares tersenyum tipis. Kemudian ia menghampiri Clara yang baru keluar. "Ayo kita pergi!" Ares menarik Clara supaya bergegas.

"Lepaskan!" Clara berusaha untuk melepaskan diri. "Sekarang lebih baik gantian Anda untuk periksa kejiwaan."

"Aku tidak peduli." Ares tetap menarik Clara supaya ikut dengannya. Ia tidak peduli dengan tatapan aneh Raga beserta orang atau perawat yang ada di sana.

Ares akan membawa Clara ke apartemen pribadinya. Selama seminggu ini ia akan tinggal di sana bersama wanita itu selagi Mily pergi berlibur.

"Lepaskan aku, Tuan. Aku tidak mau dan perlu Anda ingat, aku tidak menyetujui kontrak yang Anda tawarkan." Clara memaksa untuk berhenti saat mereka kini sudah sampai di pintu kamar sebuah apartemen.

"Kamu tidak punya pilihan." Ares membuka pintu apartemen dan mendorong Clara masuk, lalu ia menguncinya supaya tidak kabur."

Tindakan Ares membuat Clara gugup dan tentu saja ketakutan. Ia belum pernah berdua saja di kamar bersama seorang pria meski pekerjaannya sebagai wanita penghibur di tempat hiburan malam.

"Tenang saja, aku tidak akan melakukannya sekarang." Ares melihat ketakutan di wajah Clara." Kita akan mencoba untuk tidur bersama dulu malam ini. Jadi sekarang bersihkan diri kamu, aku akan mandi di sana. Kamu bisa pake baju yang ada di lemari sementara dan panggil saja aku Ares."

"Dasar Tuan Pemaksa!!" Clara berseru sembari berlari masuk kamar mandi.

Ares mendengus, melihat kelakuan Clara yang terus melawan. Jujur saja ia tidak sabar ingin menerkam Clara sekarang juga tapi ia masih punya hati untuk membiarkan Clara beradaptasi dulu dengannya semalam. Walaupun ia yakin hal itu tidak di butuhkan oleh Clara karena setiap malam saja ia berganti-ganti pasangan. Memikirkan itu membuatnya sedikit jijik karena ia tidak sudi berbagi dengan orang lain. Namun, saat ini ia tidak bisa melepaskan Clara. Ia menginginkan wanita itu.

Clara menepuk keningnya sendiri, ia lupa tidak membawa baju ganti terlebih dahulu saat masuk kamar mandi. Lagi pula, ia juga tidak punya baju ganti karena pria itu memaksanya untuk ikut tanpa pemberitahuan. Padahal dia sendiri yang mengatakan akan memberikannya waktu untuk berfikir.

"Lama sekali, apa kamu tidur di dalam sana?" Ares mengetuk pintu kamar mandi karena Clara tak kunjung keluar sejak tadi.

Clara yang mendengar ketukan pintu, ia membuka sedikit pintunya lalu menyembulkan kepalanya sedikit."Tolong ambilkan baju, aku lupa membawanya." Ucapnya malu-malu.

"Keluar saja, ambil di lemari. Ada beberapa baju wanita di sana." Ares tersenyum kecil dan beranjak ke tempat tidur meninggalkan Clara. Ia sengaja tidak membantunya.

"Dasar menyebalkan!!" Clara berteriak kesal. Akhirnya ia terpaksa keluar hanya menggunakan handuk dari kamar mandi dan hal itu sukses membuat Ares tegang tanpa ia sadari.

"Ouhh sh*tt..!!" Ares mengumpat pelan dan mencoba untuk menetralkan hasratnya yang mulai bergejolak. Padahal ia tidak pernah seperti ini saat bersama Mily.

Ares benar-benar tidak tahu dengan perasaannya sekarang ini. Ia hanya menginginkan Clara lebih dari yang pernah ia kira sebelumnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status