Setelah berjalan cukup jauh, Liyana pun menemukan sebuah Rumah makan yang di carinya. Liyana terpaksa pergi keluar untuk mencari warung makan terdekat. Karena rasanya ia tidak akan bisa terlelap kalau perutnya belum di isi. Di tambah mimpinya tentang Arya yang setia menemani menambah imsomnia dalam malam-malamnya.Segera Liyana memesan satu bungkus nasi, membawanya ke sebuah kos an yang ia tempati. Liyana membuka bungkusan nasi yang kini ada di hadapannya. Namun, saat bungkusan sudah terbuka sepenuhnya, Liyana tidak langsung memakan nasi tersebut. Sebaliknya Liyana malah terdiam, menatap nasi yang sudah siap untuk di lahap.Bukan karena merasa tiba-tiba kenyang. Namun, kenangan tatkala Liyana sedang makan bungkusan nasi bersama mantan suaminya kembali berputar dalam ingatan. Satu bungkus nasi yang pernah Liyana makan bersama Arya, menu yang sama mengingatkan kembali akan kenangan manis yang sudah terlewat.Bunyi di perut Liyana kembali menyadarkan lamunannya. Liyana pun menyuapkan ses
Sejenak Liyana terdiam. Mencoba menetralisir perasaan yang berkecamuk di dalam dada. Lalu pelan-pelan nengambil nafas panjang, dan di buangnya kasar. Liyana menyugar rambutnya kasar setelah bayangan Arya kembali datang. Bayangan yang selalu Liyana lihat dimana pun dirinya berada. Bayangan yang sudah seperti hantu, mampu mengikuti kemana pun Liyana pergi.Detik menjadi menit, menit pun berganti jam. Setelah beberapa jam di lewati, tubuh Liyana kian terasa lelah. Liyana pun memutuskan untuk beristirahat. Walaupun pencariannya untuk hari ini masih nihil, namun Liyana tetap akan melanjutkan pencariannya di hari esok. Besok, tepat lima belas hari pencariannya. Masih dengan harapan yang sama, semoga dirinya bisa menemukan keberadaan Arya di hari pencarian yang ke lima belas besok.*****Pagi hari, setelah terbangun dari tidur yang tidak pernah lelap Liyana mulai bersiap untuk kembali melangkahkan kaki mencari Arya. "Tidak ada yang perlu di sesali dan di takuti. Selama aku yakin, aku pasti
Lima belas hari mencari Arya, merupakan hari yang penuh dengan keresahan. Resah karena tak kunjung bertemu. Resah dalam melewati hari dengan ditemani bayangan Arya. Liyana tak kuasa lagi menahan air matanya. Sesuatu yang ia khawatirkan akhirnya terjadi. Liyana sudah berusaha semampunya mencari Arya. Sampai menginjak hari ke lima belas pun Arya tak kunjung di temukannya.Lima belas hari mencari Arya bukan hal yang mudah bagi Liyana. Duka dan air mata entah sudah berapa banyak terkuras. Awalnya, Liyana bersikeras untuk tidak akan menyerah. Namun, kini Liyana merasa lelah dan kenyataannya ia mulai menyerah.Selama lima belas hari belakangan mencari Arya, tak pernah satu hari pun Liyana lewatkan. Meski banyak menoreh luka dalam dada, Liyana terus mencari. Liyana menangis meratapi nasibnya. Liyana mengira kalau setelah bercerai ia akan baik-baik saja. Ternyata Liyana salah.Baru satu bulan ia mulai mencari Arya. Kini, setelah lima belas hari mencari Liyana sudah di buat frustasi dengan pe
Perjalanan untuk kembali pulang membutuhkan waktu yang cukup lama, mengingat Liyana yang sudah berkelana ke berbagai kota dan kini berada jauh dari alamat rumah orangtuanya. Tak lama taksi pun kembali melaju, walau perlahan setidaknya bisa bergerak maju. Perjalanan masih panjang, Liyana pun memutuskan untuk mampir terlebih dahulu ke sebuah Rumah makan untuk mengisi perut yang mulai keroncongan.Hari sudah mulai gelap. Jam menunjukkan pukul delapan malam. Sejak sore Liyana memang belum sempat makan, ia terburu-buru karena taksi sudah menunggu.Liyana pun menikmati makanan yang sudah ada di depannya. Usai menikmati makanannya dan merasa kenyang, kembali Liyana melanjutkan perjalanan dengan kembali menaiki sebuah taksi. Entah, harus berapa kali lagi Liyana turun naik kendaraan karena perjalanan yang masih cukup jauh.Hujan pun turun dengan derasnya. Beruntung Liyana sudah berada di dalam taksi yang akan membawanya menuju pemberhentian berikutnya.Terdengar suara petir menggelegar. Liya
Dengan langkah gontai Liyana mulai memasuki jalan gang menuju kediaman orangtuanya. Langkah kakinya seolah sudah tak terasa menyentuh tanah, semua karena pikiran Liyana yang entah ada dimana. Raga Liyana sudah sampai di kediaman orangtuanya. Namun, jiwa, hati dan pikirannya melambung entah kemana. Seolah terhipnotis, pikiran Liyana masih terus berkelana mencari-cari Arya. Liyana pikir bercerai dengan Arya adalah hal yang paling menyakitkan. Tapi nyatanya, kini ia jauh merasa lebih tersakiti. Saat benci dan cinta menjadi satu, itu sungguh menyakitkan bahkan menyesakkan. Luka sedalam cinta. Makin dalam sakit yang Liyana rasa, makin dalam rasa cinta untuk Arya.Arya sudah mengetahui tentang kabar Liyana yang gencar mencarinya. Kabar yang berhembus dengan kencang itu telah sampai pada telinga Arya. Arya kini sedang berada di sebuah kota. Tepatnya di kota Kalimantan. Ada rasa senang yang Arya rasakan dalam hatinya, tatkala ia mendengar kabar Liyana tersebut. Arya merasa begitu penting ba
Dalam penerbangan menuju jakarta pikiran Arya terus berfokus kepada Liyana seorang. Mungkin jiwa Arya masih dalam perjalanan, akan tetapi pikirannya sudah sampai di rumah orangtua Liyana.Bayangan Liyana tak hentinya menemani Arya sepanjang perjalanan. Rasa bahagia Arya rasakan di sepanjang perjalanan. Rasa tak sabar ingin segera bertemu sang gadis pujaan. Andai bisa ia menghilang, ingin rasanya Arya menghilang dan langsung berada di depan Liyana.*Kilas Balik Sebelum Arya Terbang Dari Kalimantan*Tok tok tok Seorang pria yang menjadi tangan kanan Arya mengetuk pintu sebuah ruangan, penghuni ruangan itu pun menyuruhnya masuk. Masuklah pria tersebut ke dalam ruangan yang ia ketuk atas perintah sang empunya ruangan.Setelah berada di dalam ruangan kebesaran Tuannya, sang pria segera memberikan sebuah amplop yang cukup besar. Amplop tersebut berisi tentang informasi seorang perempuan yang sedang mencari keberadaannya.Di dalam amplop tertera catatan serta foto-foto sang perempuan dari a
Nadira merupakan wanita yang bebas. Bahkan mungkin ia sudah tak lagi perawan, mengingat dirinya yang selalu ingin di sentuh Arya. Namun, Arya justru selalu menolak. Meski sudah berada dalam permainan yang panad pun, Arya masih bisa menahan diri untuk tidak melakukan hal di luar batas, dengan segera Arya akan menghentikam aktivitas panasnya. Di tambah bayangan Liyana yang selelu muncul begitu saja membuat Arya tak pernah bisa terlibat terlalu dalam di dalam sebuah hubungan dengan wanita lain.Bukan hanya Liyana, Arya pun sama. Sering terbayang bayangan juga kenangan ya bersama Liyana. Itu lah salah satu alasan yang membuat Arya sulit mencari pengganti Liyana.Setelah hubungan Arya bersama Nadira berakhir, Arya tidak pernah lagi dekat dengan wanita lain. Bagi Arya semua wanita seakan sama saja. Mendekatinya hanya karena harta yang ia miliki. Nama Arya Bagaskara sudah terkenal di beberapa kota. Pria tampan, mapan, memiliki toko perhiasan yang sudah tersebar di berbagai kota, karena sta
Arya menghela napasnya kemudian mendesah. Laki-laki tampan yang baru terbangun itu terlihat gelisah di atas kursi pesawatnya. Aneh, Arya tak paham debaran aneh itu berasal dari mana. Yang Arya tahu ketika debaran itu tiba seakan memorak-morandakan kerja jantungnya. Waktu terasa begitu lamban bergulir, perjalanan jarum detik seperti siput yang merayap. Kejadian yang di alami Arya dalam mimpi barusan hampir seluruhnya memenuhi otak. Mimpi tentang Liyana kadang membuat Arya menekan hatinya. Arya seolah tak berdaya dibuatnya. Arya akui selama pernikahannya dengan Liyana ia memang tak pernah menyentuhnya. Tak pernah ada pengalaman malam pertama selama ini dengan Liyana. Jangankan malam pertama, tidur pun selalu berbeda kamar. Namun, entah mengapa di dalam mimpi seakan semua telah terjadi membuat aliran darah Arya berdesir kencang.Sejenak Arya kesusahan menelan ludahnya, debaran di dadanya lebih dari menggila kemudian dalam beberapa saat berubah melemah dan berganti rasa sesak. Saat Ary
Kebahagiaan terpancar dari wajah Arya, Liyana juga putranya Azka. Sebuah keluarga kecil yang terlihat sempurna, keluarga yang penuh dengan kasih sayang membuat semua orang yang melihat kehangatan keluarga kecil Arya akan di rasuki rasa iri.Pagi ini jadi terasa lebih indah dan cerah dari biasanya. Benar-benar sangat berbeda. Lebih menyenangkan dari biasanya, sejak aktifitas yang Liyana dan Arya lakukan semalam sampai pagi tadi senyum bahagia terus terpancar dari wajah kedua pasangan yang kini telah menjadi orangtua. Padahal, aktifitas malam itu bukanlah yang pertama bagi Arya dan Liyana. Namun, entah mengapa kegiatan semalam terasa berbeda.Arya memandangi Liyana begitu dalam, Liyana adalah perempuan yang berhasil membuat Arya begitu mencintainya. Terlebih, Liyana kini sudah memberinya seorang putra berhasil membuat Arya menjadi seorang laki-laki seutuhnya. Membuat Arya semakin menyayangi serta mencintai dua makhluk yang telah Tuhan titipkan kepadanya. Arya dan Liyana saling menjaga
Sudah hampir satu jam Liyana berada di dalam kamar mandi. Arya yang sedari tadi sudah menunggu begitu merasa tidak sabar, di tambah dengan buah hatinya Azka yang takut keburu bangun membuat Arya semakin risau menunggu.Semenjak adanya baby Azka, Liyana dan Arya harus pandai mengatur waktu untuk kegiatan suami istrinya. Bagi Arya dan Liyana tak perduli pagi, siang, sore atau pun malam, jika kesempatan sudah ada di depan mata maka mereka akan memanfaatkannya kesempatan itu untuk kegiatan mereka.Liyana keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk yang menutupi tubuh mulusnya. Arya yang sudah menunggu dengan sabar segera menghampiri Liyana. Arya tak memberi Liyana kesempatan untuk sekedar mengeringkan tubuhnya dulu.Arya melepaskan handuk yang sempat menutupi tubuh Liyana dengan cepat. Kini, keduanya sudah berada di atas ranjang bersiap untuk melaksanakan kegiatan mereka. Namun, saat Arya baru akan memulainya tiba-tiba terdengar suara putranya Azka dari luar pintu memanggil ibuny
Baik Liyana maupun Arya, tak pernah sekalipun menolak keinginan Azka. Azka tumbuh dengan kasih sayang serta cinta yang tak pernah kurang dari kedua orangtuanya.Keesokan paginya, Azka bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat menggebu Azka berlari menuju kamar kedua orangtuanya.Tok tok tok..!Azka mengetuk pintu kamar orangtuanya. Liyana melangkah untuk membukakan pintu. "Ceklek" pintu mulai terbuka, Azka sudah menerobos masuk tanpa menunggu pintu terbuka lebar."Pa, bu, ayo kita berangkat sekarang !" Pinta Azka yang sudah tidak sabaran.Liyana dan Arya saling memandang, Arya bangkit dari duduknya menghampiri sang anak. "Kita sarapan dulu ya ! Habis itu baru berangkat." Ucap Arya."Siap pa, ayo !" Sambung Azka kemudian menarik tangan Arya menuju meja makan. Azka menyantap sarapan dengan lahapnya. Tak butuh waktu lama Azka telah selesai menghabiskan satu piring nasi goreng sarapannya. Melihat begitu semangat sang buah hati, Arya pun bergegas bangkit dari kursi tempat duduknya
Bagi Liyana dan Arya keluarga adalah segalanya, di mana mereka adalah pusat kehidupan dan tempat dimana Liyana dan Arya bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian semaksimal mungkin.Kehadiran buah hati baby Azka di tengah-tengah Liyana dan Arya menjadi pelengkap dan sumber kebahagiaan bagi Liyana dan Arya. Senyuman serta tawa cerianya membuat kehidupan Liyana dan sang suami semakin bertambah indah. Baby Azka mampu membuat Liyana dan Arya mempunyai arti dan tujuan hidup yang lebih terarah.Bersama Liyana dan baby Azka, Arya dapat memahami banyak hal. Salah satunya menemukan bahwa kebahagiaan itu sederhana dan mudah di raih. Arya hanya perlu menghabiskan waktu bersama Liyana juga baby Azka, berbagi cerita serta bercanda dan tertawa. Kebersamaan dan saling memiliki di antara Arya, Liyana dan baby Azka membuat setiap momen menjadi lebih indah dan berkesan. Karena kebahagiaan tak selalu tentang harta, dapat menikmati dan menghabiskan waktu bersama pun dapat menjadi kebahagiaan yang sempu
Hari berganti hari, tak terasa kini baby Azka sudah banyak menunjukkan perkembangannya. Bagi Liyana juga Arya, dapat menyaksikan tumbuh kembang sang buah hati merupakan sebuah momen yang sangat menakjubkan. Berbagai hal telah di lewati bersama, dimana suka dan cita menjadi satu dan mampu mempererat hubungan ketiganya.Rasanya, tak ada hal yang paling membahagiakan bagi Liyana dan Arya saat ini kecuali melihat buah hatinya mendapatkan kebahagiaan yang seutuhnya. Terhitung sejak saat baby Azka lahir ke dunia dan kini bayi mungil dengan wajah tampan itu telah tumbuh dengan pesat.Dimana saat dulu baby Azka belum bisa menopang tubuhnya sendiri, kini baby Azka sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya meski masih kesulitan. Tak terasa baby Azka kini sudah berusia empat bulan, dan baby Azka kini sudah mulai bisa tengkurap sendiri bahkan sudah bisa di ajak bermain cilukba. Sungguh ini merupakan momen yang sangat berharga bagi Liyana dan Arya.Buah hatinya begitu menggemaskan, Arya seakan tida
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa atas kelahiran baby Azka ke dunia, Arya dan Liyana berencana akan menggelar aqiqah. Hari ini di kediaman Arya dan Liyana akan mengadakan acara Aqiqah untuk putra pertama mereka Azka yang sudah berusia empat puluh hari. Selain mengundang beberapa kolega, Arya dan Liyana juga mengundang ratusan anak yatim piatu dari beberapa panti asuhan yang tersebar di kota jakarta. Acara Aqiqah baby Azka di isi dengan ceramah ustadz, rebana serta nyanyian nasyid yang di bawakan oleh bintang tamu yang sengaja di undang oleh Arya. Tak hanya tamu undangan Arya, beberapa keluarga dan tak ketinggalan sahabat Liyana yaitu Tiara pun turut hadir dalam acara Aqiqah ini.Sejak acara Aqiqah berlangsung, putra kecil Arya dan Liyana yang di beri nama baby Azka tertidur lelap di dalam pangkuan sang ibu Liyana. Walau pun suasana cukup berisik, jagoan kecil itu terus tertidur dengan tenang, seakan tidak terusik oleh keadaan di sekelilingnya. Tentu saja pemand
Selama empat hari berada di rumah sakit, Mas Arya selalu mendampingiku. Tak pernah sehari pun Mas Arya absen untuk menemani masa pemulihanku juga tak pernah absen untuk melihat perkembangan Arya junior di dalam kamar bayi. Kamar Liyana dan kamar bayinya sengaja di pisahkan, itu pun hanya terhalang pintu saja.Sebenarnya, Liyana merasa belum siap sepenuhnya untuk menjadi seorang ibu. Walau dari jauh-jauh hari Liyana sudah mempersiapkan diri, nyatanya saat sang bayi sudah lahir ke dunia Liyana masih merasakan kekhawatiran dalam hatinya. Liyana khawatir kalau dirinya tidak akan bisa menjadi ibu yang baik, khawatir jika dirinya tidak bisa menjaga sang buah hati dengan baik. Khawatir jika suaminya Arya akan lebih mencintai bayinya dan malah mengabaikannya.Tapi, kekhawatiran Liyana kini telah sirna karena perhatian yang Mas Arya berikan selama empat hari ini. Nyatanya, Mas Arya kini lebih mencintai Liyana dan sama sekali tak pernah mengabaikan Liyana. Rasa cinta Arya terhadap Liyana justru
"Mas,,, sakit banget." Ucap Liyana, seraya mencengkeram erat jemari tangan Arya. Arya memeluk tubuh Liyana, menggenggam jemari Liyana yang terasa sangat dingin bahkan wajahnya semakin pucat.Hati Arya terasa hancur, melihat keadaan Liyana yang seperti saat ini membuat Arya menjadi sedih. Arya tak tega dan sampai hati melihat Liyana meringis menahan sakit. Andai saja Arya bisa menggantikan posisi Liyana, Arya akan sangat siap menanggung rasa sakitnya. Andai bisa berbagi kesakitan, Arya tentu dengan senang hati mau melakukannya. Dalam keadaan yang seperti ini, Arya harus bisa berpikir tenang. Arya menghirup napas dalam-dalam, dan menghembuskan perlahan. Berkali-kali Arya melakukannya untuk memasukkan oksigen yang banyak ke otaknya.Sedetik kemudian Arya baru menyadari kalau dirinya belum memberitahu dokter akan kedatangannya ke rumah sakit hari ini. Gegas Arya mengambil ponsel dari dalam saku celananya, mencari nomor dokter dalam daftar panggilannya.Setelah ketemu, Arya pun langsung m
Tak terasa persalinan Liyana tinggal menghitung hari. Kontraksi juga sering Liyana rasakan sejak kehamilannya memasuki usia sembilan bulan. Walaupun hanya kontraksi kecil yang dirasakan Liyana tetapi lambat laun kontraksi itu semakin sering dan efek sakitnya pun semakin terasa. Seperti yang Liyana rasakan beberapa hari lalu, dan setelah di periksa ternyata hanya kontraksi palsu.Sedangkan, calon papa siaga bernama Arya Bagaskara itu sudah berjaga-jaga sejak kontraksi palsu yang Liyana rasakan. Arya memilih mengerjakan pekerjaan di rumah. Kalau pun ada meeting, Arya lebih memilih untuk di wakilkan asisten atau sekretarisnya. Terkadang, sekretarisnya harus bolak-balik dari kantor ke rumah Bosnya Arya untuk menyerahkan dokumen yang harus Arya tandatangani. Tentunya sekretarisnya itu mendapatkan bonus gaji pokok selama Arya bekerja di rumah. Arya benar-benar menjadi suami siaga yang selalu menemani Liyana istri kecilnya yang kini sedang membawa calon anak mereka ( Arya junior ) di dalam