Sudah hampir satu jam Liyana berada di dalam kamar mandi. Arya yang sedari tadi sudah menunggu begitu merasa tidak sabar, di tambah dengan buah hatinya Azka yang takut keburu bangun membuat Arya semakin risau menunggu.Semenjak adanya baby Azka, Liyana dan Arya harus pandai mengatur waktu untuk kegiatan suami istrinya. Bagi Arya dan Liyana tak perduli pagi, siang, sore atau pun malam, jika kesempatan sudah ada di depan mata maka mereka akan memanfaatkannya kesempatan itu untuk kegiatan mereka.Liyana keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk yang menutupi tubuh mulusnya. Arya yang sudah menunggu dengan sabar segera menghampiri Liyana. Arya tak memberi Liyana kesempatan untuk sekedar mengeringkan tubuhnya dulu.Arya melepaskan handuk yang sempat menutupi tubuh Liyana dengan cepat. Kini, keduanya sudah berada di atas ranjang bersiap untuk melaksanakan kegiatan mereka. Namun, saat Arya baru akan memulainya tiba-tiba terdengar suara putranya Azka dari luar pintu memanggil ibuny
Kebahagiaan terpancar dari wajah Arya, Liyana juga putranya Azka. Sebuah keluarga kecil yang terlihat sempurna, keluarga yang penuh dengan kasih sayang membuat semua orang yang melihat kehangatan keluarga kecil Arya akan di rasuki rasa iri.Pagi ini jadi terasa lebih indah dan cerah dari biasanya. Benar-benar sangat berbeda. Lebih menyenangkan dari biasanya, sejak aktifitas yang Liyana dan Arya lakukan semalam sampai pagi tadi senyum bahagia terus terpancar dari wajah kedua pasangan yang kini telah menjadi orangtua. Padahal, aktifitas malam itu bukanlah yang pertama bagi Arya dan Liyana. Namun, entah mengapa kegiatan semalam terasa berbeda.Arya memandangi Liyana begitu dalam, Liyana adalah perempuan yang berhasil membuat Arya begitu mencintainya. Terlebih, Liyana kini sudah memberinya seorang putra berhasil membuat Arya menjadi seorang laki-laki seutuhnya. Membuat Arya semakin menyayangi serta mencintai dua makhluk yang telah Tuhan titipkan kepadanya. Arya dan Liyana saling menjaga
Liyana Zahira berjalan dengan tergesa-gesa masuk ke dalam sebuah caffe favorit kekasihnya, Arsenio Bagas. Ia diminta datang tepat waktu dan langsung menuju kursi dengan nomor 10 sesuai perintah sang kekasih."Maaf, aku terlambat," ucap Liyana pada sang kekasih yang telah duduk di kursi nomor 10."Duduklah," pinta pria itu dengan datar. Arsenio kembali menurunkan tatapannya dari Liyana, seperti tengah menyembunyikan masalah.Liyana segera mengindahkan perintah sang kekasih. Dia menarik kursi di depannya kemudian duduk dengan nyaman. Tampak di atas meja sudah tersedia dua gelas air berwarna orange dan dessert. Kedua Air berwarna orange itu bahkan telah berkurang setengahnya, seperti telah diteguk seseorang."Mas, mengapa kamu memintaku datang ke sini? Kita kan sedang dipingit, harusnya tak boleh bertemu." Liyana bertanya heran. Acara pernikahan mereka akan berlangsung satu minggu lagi. Gadis itu paham aturan keluarga kalau mereka tak boleh bertemu. Akan tetapi Arsenio memaksa dan Liyana
Tatapan Liyana tak berpaling ke arah mana pun. Kedua tangannya masih menaut memohon jawaban dari Arya Bagaskara."Oke, aku mau," jawab Arya tanpa pikir panjang. Lagi pula pria dewasa itu memang sudah menyukai Liyana sejak pertemuan pertama di rumah makan sebagai pengunjung. Arya bahkan rela berpura-pura menjadi pelayan demi bisa dekat dengan Liyana. Namun, perasaannya sempat kecewa saat mendengar kabar rencana pernikahan gadis berlesung pipit di hadapannya.Tapi, keadaan berbalik. Kini Liyana menawarkan sebuah pernikahan. Entah apa penyebabnya, Arya tak memperdulikan itu. Tuhan tengah berpihak padanya dan ia tak akan menyianyiakan kesempatan."Mas, Arya. Kamu serius kan?" Liyana menyeringai dan memastikan sekali lagi."Tentu saja aku serius," jawab pria dewasa itu dengan yakin.Liyana menggenggam erat kedua tangan Arya yang menumpuk di atas meja."Terima kasih, Mas. Aku akan berusaha membuat kamu bahagia. Lagi pula, aku sudah naik jabatan menjadi manager di rumah makan ini. Jadi, kamu
Gadis berlesung pipit itu menahan langkah Arya di depan toko. Ia masih merasa janggal. Mana mungkin ada toko perhiasan yang dengan suka rela memberikan kado pernikahan untuknya, apalagi untuk Arya yang hanya sebagai pelayan rumah makan."Maksud apanya, Li?" Arya malah berbalik tanya."Mana mungkin ada toko perhiasan memberikan kado dengan nilai seratus juta untuk kamu. Kecuali kamu pewaris toko itu, kamu ini hanya pelayan rumah makan, tak jauh bedanya seperti aku. Katakan, apa yang telah kamu lakukan sebelumnya, Mas?" Liyana melemparkan tatapan nanar penuh tanda tanya. Ia tak akan beranjak dari toko perhiasan sebelum mendapat kejelasan."Bagaimana kalau iya?" Arya tampak bergurau."Iya apanya? Aku serius, Mas! Please deh jangan main-main." Bola mata Liyana kembali berkaca-kaca. Ia nampak cengeng hari ini."Aku sedang dalam masalah besar, Mas. Aku mempertaruhkan kehormatan keluarga. Aku harap, dengan menikah denganmu, masalah ini akan selesai," imbuhnya. Bulir bening Liyana kembali men
"Apa kamu sudah siap?" Pertanyaan Arya membuat Liyana terkesiap."Hah!" Liayana membeliak terkejut. Ia kesulitan menelan salivanya sendiri."Kok malah bengong sih?" Arya bertanya lagi. Pria dewasa bertubuh tinggi dengan bertelanjang dada tampak memperlihatkan perut sispack karena dia baru saja keluar dari kamar mandi."M-mas, a-aku, aku—" Liyana nampak gugup ia sampai kesulitan merangkai kata untuk sebuah alasan. Gaun pengantin masih menutupi tubuhnya karena ia belum sempat mengganti pakaian."Aku tahu kamu belum siap." Tiba-tiba Arya mendekat ke arah Liyana, membuat gadis berlesung pipit itu melangkah mundur nampak takut."Kok kamu bisa bicara seperti itu, Mas?" tanya Liyana seraya menggigit bibir bibir."Ya karena kamu belum mandi dan berganti pakaian. Mandi dulu sana, setelah itu kita siap-siap untuk makan malam."Mendengar itu, Liyana langsung menghela napas lega. "Iya, Mas. Aku akan segera mandi."Arya mengukir senyum. Wajahnya sangat terlihat tampan, hanya saja di mata Liyana ma
"Hei, kenapa melihatku seperti itu?" Arya melihat tatapan Liyana sedikit berbeda saat ia kembali ke tempat duduk usai membayar makanan.Liyana menyodorkan kartu nama milik Arya yang telah ditemukannya. "Ini milik kamu kan, Mas?" tanyanya dengan melayangkan tatapan nanar penuh selidik."M—" Arya nampak gugup. Dimasukkannya dengan segera kartu nama itu ke dalam dompetnya."Pemilik toko perhiasan berlian. Nama kamu jelas tertera di situ, Mas." Liyana semakin merasa penasaran."Lupakan soal kartu nama ini. Mana mungkin ada pemilik toko perhiasan model begini." Arya mengelak. Ia segera beranjak dari tempat duduk bersiap akan segera pergi."Ayo. Kita harus kembali ke hotel," ajaknya seraya meraih tangan Liyana."Tidak, Mas. Kamu masih punya hutang penjelasan," tahan Liyana yang masih penasaran."Kita bahas di hotel saja," elak Arya. Akhirnya Liyana mengalah dan ikut bersama sang suami untuk kembali ke hotel.Sesampainya di hotel, seorang pria dengan setelan jas hitam nampak menghormati Arya
'Ya Tuhan, semoga ini hanya mimpi.'Kepalanya menggeleng. Tubuhnya memberontak. Hingga ia merasa tubuhnya terlempar jatuh."Aw!" Liyana membuka mata bersamaan dengan itu pria tadi menghilang entah kemana. Tubuh Liyana sudah berada di atas lantai. Bulir peluh tampak membanjiri keningnya. Ia baru saja sadar sesuatu."Ya ampun, ternyata hanya mimpi." Gadis itu menghela napas cukup panjang. Ia langsung bangkit ke atas ranjang. Raut wajahnya lelah seperti telah lari maraton seratus kilo meter.Saat menoleh pada dinding hotel, waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Bisa-bisanya dia bangun kesiangan."Mas Arya kemana ya?" Liyana bertanya-tanya sendirian.Tak lama seseorang membuka pintu hotel. Masuklah pria dewasa bertubuh tinggi berisi yang saat ini telah menjadi suami Liyana."Kamu dari mana, Mas?" tanya Liyana dengan suara napas yang masih memburu."Kamu tak sadar ya. Semalam aku kan keluar. Aku menghargai kamu yang masih butuh waktu. Aku memilih tidur di kamar sebelah yang kebetul
Kebahagiaan terpancar dari wajah Arya, Liyana juga putranya Azka. Sebuah keluarga kecil yang terlihat sempurna, keluarga yang penuh dengan kasih sayang membuat semua orang yang melihat kehangatan keluarga kecil Arya akan di rasuki rasa iri.Pagi ini jadi terasa lebih indah dan cerah dari biasanya. Benar-benar sangat berbeda. Lebih menyenangkan dari biasanya, sejak aktifitas yang Liyana dan Arya lakukan semalam sampai pagi tadi senyum bahagia terus terpancar dari wajah kedua pasangan yang kini telah menjadi orangtua. Padahal, aktifitas malam itu bukanlah yang pertama bagi Arya dan Liyana. Namun, entah mengapa kegiatan semalam terasa berbeda.Arya memandangi Liyana begitu dalam, Liyana adalah perempuan yang berhasil membuat Arya begitu mencintainya. Terlebih, Liyana kini sudah memberinya seorang putra berhasil membuat Arya menjadi seorang laki-laki seutuhnya. Membuat Arya semakin menyayangi serta mencintai dua makhluk yang telah Tuhan titipkan kepadanya. Arya dan Liyana saling menjaga
Sudah hampir satu jam Liyana berada di dalam kamar mandi. Arya yang sedari tadi sudah menunggu begitu merasa tidak sabar, di tambah dengan buah hatinya Azka yang takut keburu bangun membuat Arya semakin risau menunggu.Semenjak adanya baby Azka, Liyana dan Arya harus pandai mengatur waktu untuk kegiatan suami istrinya. Bagi Arya dan Liyana tak perduli pagi, siang, sore atau pun malam, jika kesempatan sudah ada di depan mata maka mereka akan memanfaatkannya kesempatan itu untuk kegiatan mereka.Liyana keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk yang menutupi tubuh mulusnya. Arya yang sudah menunggu dengan sabar segera menghampiri Liyana. Arya tak memberi Liyana kesempatan untuk sekedar mengeringkan tubuhnya dulu.Arya melepaskan handuk yang sempat menutupi tubuh Liyana dengan cepat. Kini, keduanya sudah berada di atas ranjang bersiap untuk melaksanakan kegiatan mereka. Namun, saat Arya baru akan memulainya tiba-tiba terdengar suara putranya Azka dari luar pintu memanggil ibuny
Baik Liyana maupun Arya, tak pernah sekalipun menolak keinginan Azka. Azka tumbuh dengan kasih sayang serta cinta yang tak pernah kurang dari kedua orangtuanya.Keesokan paginya, Azka bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat menggebu Azka berlari menuju kamar kedua orangtuanya.Tok tok tok..!Azka mengetuk pintu kamar orangtuanya. Liyana melangkah untuk membukakan pintu. "Ceklek" pintu mulai terbuka, Azka sudah menerobos masuk tanpa menunggu pintu terbuka lebar."Pa, bu, ayo kita berangkat sekarang !" Pinta Azka yang sudah tidak sabaran.Liyana dan Arya saling memandang, Arya bangkit dari duduknya menghampiri sang anak. "Kita sarapan dulu ya ! Habis itu baru berangkat." Ucap Arya."Siap pa, ayo !" Sambung Azka kemudian menarik tangan Arya menuju meja makan. Azka menyantap sarapan dengan lahapnya. Tak butuh waktu lama Azka telah selesai menghabiskan satu piring nasi goreng sarapannya. Melihat begitu semangat sang buah hati, Arya pun bergegas bangkit dari kursi tempat duduknya
Bagi Liyana dan Arya keluarga adalah segalanya, di mana mereka adalah pusat kehidupan dan tempat dimana Liyana dan Arya bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian semaksimal mungkin.Kehadiran buah hati baby Azka di tengah-tengah Liyana dan Arya menjadi pelengkap dan sumber kebahagiaan bagi Liyana dan Arya. Senyuman serta tawa cerianya membuat kehidupan Liyana dan sang suami semakin bertambah indah. Baby Azka mampu membuat Liyana dan Arya mempunyai arti dan tujuan hidup yang lebih terarah.Bersama Liyana dan baby Azka, Arya dapat memahami banyak hal. Salah satunya menemukan bahwa kebahagiaan itu sederhana dan mudah di raih. Arya hanya perlu menghabiskan waktu bersama Liyana juga baby Azka, berbagi cerita serta bercanda dan tertawa. Kebersamaan dan saling memiliki di antara Arya, Liyana dan baby Azka membuat setiap momen menjadi lebih indah dan berkesan. Karena kebahagiaan tak selalu tentang harta, dapat menikmati dan menghabiskan waktu bersama pun dapat menjadi kebahagiaan yang sempu
Hari berganti hari, tak terasa kini baby Azka sudah banyak menunjukkan perkembangannya. Bagi Liyana juga Arya, dapat menyaksikan tumbuh kembang sang buah hati merupakan sebuah momen yang sangat menakjubkan. Berbagai hal telah di lewati bersama, dimana suka dan cita menjadi satu dan mampu mempererat hubungan ketiganya.Rasanya, tak ada hal yang paling membahagiakan bagi Liyana dan Arya saat ini kecuali melihat buah hatinya mendapatkan kebahagiaan yang seutuhnya. Terhitung sejak saat baby Azka lahir ke dunia dan kini bayi mungil dengan wajah tampan itu telah tumbuh dengan pesat.Dimana saat dulu baby Azka belum bisa menopang tubuhnya sendiri, kini baby Azka sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya meski masih kesulitan. Tak terasa baby Azka kini sudah berusia empat bulan, dan baby Azka kini sudah mulai bisa tengkurap sendiri bahkan sudah bisa di ajak bermain cilukba. Sungguh ini merupakan momen yang sangat berharga bagi Liyana dan Arya.Buah hatinya begitu menggemaskan, Arya seakan tida
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa atas kelahiran baby Azka ke dunia, Arya dan Liyana berencana akan menggelar aqiqah. Hari ini di kediaman Arya dan Liyana akan mengadakan acara Aqiqah untuk putra pertama mereka Azka yang sudah berusia empat puluh hari. Selain mengundang beberapa kolega, Arya dan Liyana juga mengundang ratusan anak yatim piatu dari beberapa panti asuhan yang tersebar di kota jakarta. Acara Aqiqah baby Azka di isi dengan ceramah ustadz, rebana serta nyanyian nasyid yang di bawakan oleh bintang tamu yang sengaja di undang oleh Arya. Tak hanya tamu undangan Arya, beberapa keluarga dan tak ketinggalan sahabat Liyana yaitu Tiara pun turut hadir dalam acara Aqiqah ini.Sejak acara Aqiqah berlangsung, putra kecil Arya dan Liyana yang di beri nama baby Azka tertidur lelap di dalam pangkuan sang ibu Liyana. Walau pun suasana cukup berisik, jagoan kecil itu terus tertidur dengan tenang, seakan tidak terusik oleh keadaan di sekelilingnya. Tentu saja pemand
Selama empat hari berada di rumah sakit, Mas Arya selalu mendampingiku. Tak pernah sehari pun Mas Arya absen untuk menemani masa pemulihanku juga tak pernah absen untuk melihat perkembangan Arya junior di dalam kamar bayi. Kamar Liyana dan kamar bayinya sengaja di pisahkan, itu pun hanya terhalang pintu saja.Sebenarnya, Liyana merasa belum siap sepenuhnya untuk menjadi seorang ibu. Walau dari jauh-jauh hari Liyana sudah mempersiapkan diri, nyatanya saat sang bayi sudah lahir ke dunia Liyana masih merasakan kekhawatiran dalam hatinya. Liyana khawatir kalau dirinya tidak akan bisa menjadi ibu yang baik, khawatir jika dirinya tidak bisa menjaga sang buah hati dengan baik. Khawatir jika suaminya Arya akan lebih mencintai bayinya dan malah mengabaikannya.Tapi, kekhawatiran Liyana kini telah sirna karena perhatian yang Mas Arya berikan selama empat hari ini. Nyatanya, Mas Arya kini lebih mencintai Liyana dan sama sekali tak pernah mengabaikan Liyana. Rasa cinta Arya terhadap Liyana justru
"Mas,,, sakit banget." Ucap Liyana, seraya mencengkeram erat jemari tangan Arya. Arya memeluk tubuh Liyana, menggenggam jemari Liyana yang terasa sangat dingin bahkan wajahnya semakin pucat.Hati Arya terasa hancur, melihat keadaan Liyana yang seperti saat ini membuat Arya menjadi sedih. Arya tak tega dan sampai hati melihat Liyana meringis menahan sakit. Andai saja Arya bisa menggantikan posisi Liyana, Arya akan sangat siap menanggung rasa sakitnya. Andai bisa berbagi kesakitan, Arya tentu dengan senang hati mau melakukannya. Dalam keadaan yang seperti ini, Arya harus bisa berpikir tenang. Arya menghirup napas dalam-dalam, dan menghembuskan perlahan. Berkali-kali Arya melakukannya untuk memasukkan oksigen yang banyak ke otaknya.Sedetik kemudian Arya baru menyadari kalau dirinya belum memberitahu dokter akan kedatangannya ke rumah sakit hari ini. Gegas Arya mengambil ponsel dari dalam saku celananya, mencari nomor dokter dalam daftar panggilannya.Setelah ketemu, Arya pun langsung m
Tak terasa persalinan Liyana tinggal menghitung hari. Kontraksi juga sering Liyana rasakan sejak kehamilannya memasuki usia sembilan bulan. Walaupun hanya kontraksi kecil yang dirasakan Liyana tetapi lambat laun kontraksi itu semakin sering dan efek sakitnya pun semakin terasa. Seperti yang Liyana rasakan beberapa hari lalu, dan setelah di periksa ternyata hanya kontraksi palsu.Sedangkan, calon papa siaga bernama Arya Bagaskara itu sudah berjaga-jaga sejak kontraksi palsu yang Liyana rasakan. Arya memilih mengerjakan pekerjaan di rumah. Kalau pun ada meeting, Arya lebih memilih untuk di wakilkan asisten atau sekretarisnya. Terkadang, sekretarisnya harus bolak-balik dari kantor ke rumah Bosnya Arya untuk menyerahkan dokumen yang harus Arya tandatangani. Tentunya sekretarisnya itu mendapatkan bonus gaji pokok selama Arya bekerja di rumah. Arya benar-benar menjadi suami siaga yang selalu menemani Liyana istri kecilnya yang kini sedang membawa calon anak mereka ( Arya junior ) di dalam