Share

Bab 2 Mencari Mahar

Penulis: Naza Dya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-14 20:50:52

Tatapan Liyana tak berpaling ke arah mana pun. Kedua tangannya masih menaut memohon jawaban dari Arya Bagaskara.

"Oke, aku mau," jawab Arya tanpa pikir panjang. Lagi pula pria dewasa itu memang sudah menyukai Liyana sejak pertemuan pertama di rumah makan sebagai pengunjung. Arya bahkan rela berpura-pura menjadi pelayan demi bisa dekat dengan Liyana. Namun, perasaannya sempat kecewa saat mendengar kabar rencana pernikahan gadis berlesung pipit di hadapannya.

Tapi, keadaan berbalik. Kini Liyana menawarkan sebuah pernikahan. Entah apa penyebabnya, Arya tak memperdulikan itu. Tuhan tengah berpihak padanya dan ia tak akan menyianyiakan kesempatan.

"Mas, Arya. Kamu serius kan?" Liyana menyeringai dan memastikan sekali lagi.

"Tentu saja aku serius," jawab pria dewasa itu dengan yakin.

Liyana menggenggam erat kedua tangan Arya yang menumpuk di atas meja.

"Terima kasih, Mas. Aku akan berusaha membuat kamu bahagia. Lagi pula, aku sudah naik jabatan menjadi manager di rumah makan ini. Jadi, kamu tak usah jadi pelayan lagi." Liyana merasa tertolong oleh pria dewasa yang telah dikenalnya beberapa bulan terakhir.

"Baiklah, apa yang harus aku lakukan?" Arya mengukir senyum manis. Dia begitu tulus menerima penawaran Liyana.

"Hanya perlu menjadi pengantin pria saja, Mas. Minggu depan pernikahan akan berlangsung. Hari ini kita harus pergi ke toko perhiasan untuk mencari mahar. Mas tak usah khawatir, aku sudah memiliki uang untuk membeli mahar." Liyana menjelaskan dengan antusias. Ia pikir, pelayan seperti Arya pasti tak punya uang banyak.

"Bolehkah aku tahu, apa yang telah terjadi dengan rencana pernikahanmu bersama Arsenio?" Arya memastikan terlebih dahulu.

Liyana menurunkan tatapan. Gadis berambut sebahu itu tak mampu menjelaskan alasannya. Ia rasa mantan kekasihnya telah berselingkuh, dan itu hanyalah aib yang membuat hatinya terasa sakit.

"Lupakan tentang, Arsenio. Pria itu tidak pantas menjadi suamiku," jawab Liyana dengan pasang manik yang kembali mengembun.

Melihat raut wajah Liyana siang ini membuat Arya merasa yakin kalau gadis di hadapannya sedang dalam masalah besar.

"Oke," balasnya.

"Kita ke toko perhiasan sekarang ya. Kamu boleh pilih mahar yang kamu suka untuk pernikahan kita." Liyana meraih tangan Arya dengan yakin. Dia merasa percaya diri, mengingat saldo rekening masih bernilai sepuluh juta. Dia rasa cukup untuk membeli beberapa gram perhiasan emas. Sementara semua biaya sewa gedung, wedding organizer dan catering memang sudah dibayar dimuka.

"Biar aku yang bawa motor kamu." Arya meraih setang motor milik Liyana.

"Oke." Liyana tersenyum hambar. Ada luka yang menggaris dalam senyumannya. Ia terpaksa melakukan ini demi orang tua.

Kendaraan roda dua itu melaju membelah jalan raya hingga menepi di depan toko perhiasan yang nampak elit. Liyana menelan saliva resah. Pandangannya terarah pada gedung toko perhiasan yang terkenal sangat elit di Jakarta Kota. Ia jadi resah dengan sisa uang pada saldo rekening yang hanya bernilai sepuluh juta saja.

"Mas, kok ke toko yang ini?" Liyana bertanya.

Mendengar pertanyaan Liyana, pria berhidung mancung itu hanya tersenyum santai. "Ini adalah toko perhiasan impian saya. Saya hanya ingin membeli perhiasan di toko ini untuk pernikahan. Bagaimana, apakah boleh?" tanya Arya.

Walau nampak berat, Liyana mengangguk seraya mengulum senyum getir. Mereka berdua masuk ke toko perhiasan. Sesekali Liyana menghela napas yang terasa sesak. Ia resah kalau-kalau uangnya sampai tak cukup.

Di dalam toko, para pelayan menyambut kedatangan Arya dan Liyana dengan ramah dan sopan. Bak Raja dan Ratu, mereka berdua dilayani dengan baik. Padahal, pakaian Arya nampak biasa saja, apalagi Liyana. Atau mungkin saja toko itu memang selalu mendewakan pembeli.

"Tolong keluarkan perhiasan terbaik untuk pernikahan saya," pinta Arya terdengar tegas yang langsung dilaksanakan oleh pelayan toko.

Liyana bahkan seperti tak mampu mengedipkan kelopak mata, memandang ketegasan Arya yang berprilaku tak biasanya, bagai orang kaya saja.

"Mas, sepertinya itu terlalu mahal. Kalungnya yang biasa saja, aku lebih suka yang biasa. Bisakah kita pindah ke toko lain," bisik Liyana setelah mendekatkan bibirnya ke telinga Arya.

Lagi-lagi pria itu mengulum senyum dengan santainya. "Tapi, aku ingin kalung berlian paling istimewa untuk istriku," katanya.

Liyana kian gusar. Ia mengusap wajah dengan kasar. Bukannya lepas dari masalah, isi dadanya kian resah saja.

"Mba, saya ingin kalung yang itu. Tolong pasangkan pada leher calon istri saya," pinta Arya pada pelayan toko.

"Baik, Tuan."

Dengan cekatan dan keramahan yang istimewa, pelayan toko memasangkan kalung berlian indah di leher Liyana. Kilauan cahaya yang terpancar dari kerlipan berlian terlihat sangat cantik di leher Liyana, walau wajah gadis itu nampak tak nyaman.

"Bagus, saya suka. Saya pilih itu saja. Tolong dikemas," pinta Arya lagi. Senyumannya nampak mengembang melihat betapa cantiknya saat kalung yang ia pilih terlihat cocok di leher Liyana.

Lagi, Liyana menarik tangan Arya untuk berdiskusi terlebih dahulu. Dua langkah mundur dari etalase perhiasan.

"M-mas, ja-jadi gini—"

"Sudahlah, Liyana. Bukankah sudah kamu katakan, kalau aku bebas memilih perhiasan yang aku mau untuk mahar nanti. Kalung berlian tadi sangat cocok di leher kamu, semakin terlihat cantik," potong Arya seperti mampu menebak ucapan yang hendak keluar dari mulut gadis impiannya, padahal Liyana belum selesai dengan ucapannya.

Liyana menggaruk kepala yang tak gatal. Wajahnya kian resah, dan Arya bisa menerkanya.

"Sudah, Liyana. Tenang saja." Arya meraih telapak tangan Liyana yang terasa dingin seperti baru keluar dari freezer.

"Hey, Li. Tangan kamu dingin sekali, bergetar pula." Arya mendekatkan tangan Liyana pada dada bidangnya. Bagaimana bisa tangan gadis itu terasa sedingin salju.

"Mas, jujur saja. Aku rasa saldo rekeningku tak akan cukup untuk membayar kalung berlian itu," ungkap Liyana jadi merasa berdosa pada Arya.

"Jika itu yang kamu khawatirkan, aku akan berbuat apa pun untuk mendapatkan kalung itu, karena aku menyukainya saat terpasang di lehermu," kata Arya berusaha menenangkan Liyana.

Namun meski pun begitu, Liyana tetap saja tak mampu menghilangkan keresahannya. Ia dan Arya kembali duduk di depan etalase. Sementara pelayan toko perhiasan telah mengemas kalung berlian itu dengan rapi dan cantik pada kotaknya yang indah. Satu pelayan lagi nampak menuliskan surat tanda terima pembayaran.

Lalu mengejutkan. Keringat dingin bahkan nampak mengkilat di kening Liyana saat ini.

"Ini kalungnya, Tuan. Harganya senilai seratus juta rupiah dan kami memberikannya secara cuma-cuma sebagai kado pernikahan Tuan Arya dengan calon istri," ucap pelayan toko yang membuat bola mata Liyana membulat sempurna seperti hendak meloncat dari sarangnya.

"Apa!" Gadis berlesung pipit itu kembali tak mampu mengedipkan mata. "Bagaimana bisa?"

"Terima kasih, Mba. Kerja yang baik ya. Semoga toko ini makin ramai." Arya berkata pada pelayan toko seraya meraih kalung berlian pilihannya.

"Ayo kita pulang," ajak Arya meraih tangan Liyana.

"Tunggu, Mas. Ini apa maksudnya?" Liyana masih dalam keterkejutan. Degup jantungnya terasa memompa lebih cepat.

Bab terkait

  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 3 Suami Dadakan

    Gadis berlesung pipit itu menahan langkah Arya di depan toko. Ia masih merasa janggal. Mana mungkin ada toko perhiasan yang dengan suka rela memberikan kado pernikahan untuknya, apalagi untuk Arya yang hanya sebagai pelayan rumah makan."Maksud apanya, Li?" Arya malah berbalik tanya."Mana mungkin ada toko perhiasan memberikan kado dengan nilai seratus juta untuk kamu. Kecuali kamu pewaris toko itu, kamu ini hanya pelayan rumah makan, tak jauh bedanya seperti aku. Katakan, apa yang telah kamu lakukan sebelumnya, Mas?" Liyana melemparkan tatapan nanar penuh tanda tanya. Ia tak akan beranjak dari toko perhiasan sebelum mendapat kejelasan."Bagaimana kalau iya?" Arya tampak bergurau."Iya apanya? Aku serius, Mas! Please deh jangan main-main." Bola mata Liyana kembali berkaca-kaca. Ia nampak cengeng hari ini."Aku sedang dalam masalah besar, Mas. Aku mempertaruhkan kehormatan keluarga. Aku harap, dengan menikah denganmu, masalah ini akan selesai," imbuhnya. Bulir bening Liyana kembali men

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 4 Malam Pertama Dengan Om Tampan

    "Apa kamu sudah siap?" Pertanyaan Arya membuat Liyana terkesiap."Hah!" Liayana membeliak terkejut. Ia kesulitan menelan salivanya sendiri."Kok malah bengong sih?" Arya bertanya lagi. Pria dewasa bertubuh tinggi dengan bertelanjang dada tampak memperlihatkan perut sispack karena dia baru saja keluar dari kamar mandi."M-mas, a-aku, aku—" Liyana nampak gugup ia sampai kesulitan merangkai kata untuk sebuah alasan. Gaun pengantin masih menutupi tubuhnya karena ia belum sempat mengganti pakaian."Aku tahu kamu belum siap." Tiba-tiba Arya mendekat ke arah Liyana, membuat gadis berlesung pipit itu melangkah mundur nampak takut."Kok kamu bisa bicara seperti itu, Mas?" tanya Liyana seraya menggigit bibir bibir."Ya karena kamu belum mandi dan berganti pakaian. Mandi dulu sana, setelah itu kita siap-siap untuk makan malam."Mendengar itu, Liyana langsung menghela napas lega. "Iya, Mas. Aku akan segera mandi."Arya mengukir senyum. Wajahnya sangat terlihat tampan, hanya saja di mata Liyana ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 5 Semoga Ini Hanya Mimpi

    "Hei, kenapa melihatku seperti itu?" Arya melihat tatapan Liyana sedikit berbeda saat ia kembali ke tempat duduk usai membayar makanan.Liyana menyodorkan kartu nama milik Arya yang telah ditemukannya. "Ini milik kamu kan, Mas?" tanyanya dengan melayangkan tatapan nanar penuh selidik."M—" Arya nampak gugup. Dimasukkannya dengan segera kartu nama itu ke dalam dompetnya."Pemilik toko perhiasan berlian. Nama kamu jelas tertera di situ, Mas." Liyana semakin merasa penasaran."Lupakan soal kartu nama ini. Mana mungkin ada pemilik toko perhiasan model begini." Arya mengelak. Ia segera beranjak dari tempat duduk bersiap akan segera pergi."Ayo. Kita harus kembali ke hotel," ajaknya seraya meraih tangan Liyana."Tidak, Mas. Kamu masih punya hutang penjelasan," tahan Liyana yang masih penasaran."Kita bahas di hotel saja," elak Arya. Akhirnya Liyana mengalah dan ikut bersama sang suami untuk kembali ke hotel.Sesampainya di hotel, seorang pria dengan setelan jas hitam nampak menghormati Arya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 6 Tertekan

    'Ya Tuhan, semoga ini hanya mimpi.'Kepalanya menggeleng. Tubuhnya memberontak. Hingga ia merasa tubuhnya terlempar jatuh."Aw!" Liyana membuka mata bersamaan dengan itu pria tadi menghilang entah kemana. Tubuh Liyana sudah berada di atas lantai. Bulir peluh tampak membanjiri keningnya. Ia baru saja sadar sesuatu."Ya ampun, ternyata hanya mimpi." Gadis itu menghela napas cukup panjang. Ia langsung bangkit ke atas ranjang. Raut wajahnya lelah seperti telah lari maraton seratus kilo meter.Saat menoleh pada dinding hotel, waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Bisa-bisanya dia bangun kesiangan."Mas Arya kemana ya?" Liyana bertanya-tanya sendirian.Tak lama seseorang membuka pintu hotel. Masuklah pria dewasa bertubuh tinggi berisi yang saat ini telah menjadi suami Liyana."Kamu dari mana, Mas?" tanya Liyana dengan suara napas yang masih memburu."Kamu tak sadar ya. Semalam aku kan keluar. Aku menghargai kamu yang masih butuh waktu. Aku memilih tidur di kamar sebelah yang kebetul

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-30
  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 7 Siapa Suamiku?

    Belum sempat Arya menjawab pertanyaan, beberapa wanita berseragam ala-ala pembantu eropa nampak berbaris menyambut kedatangan Arya."Selamat datang, Tuan, Nona!"Liyana tercengang mendengar sapaan wanita di depannya. Ia menajamkan tatapan pada Arya kemudian menarik sikutnya."Mas?!"Pria berusia empat puluh tahun itu hanya mengulum senyum pada Liyana kemudian mengalihkan pandangannya pada tiga orang wanita berseragam pembantu itu."Perkenalkan ini adalah, Liyana Zahira. Ini adalah istri saya dan kalian harus menghormatinya sebagaimana menghormati saya." Arya memerintah pada pembantu di rumahnya. Mereka mengangguk, menyapa Liyana dengan ramah kemudian kembali dengan tugas-tugas di rumah besar itu.Liyana semakin dibuat kelimpungan dengan keadaan di depan mata. Sebelah tangannya ditarik lembut oleh Arya kemudian mereka duduk di sofa berwarna putih di ruang tengah. Liyana menaksir, sofa yang didudukinya dipastikan bernilai puluhan juta, apalagi dengan hiasan dinding berikut funiture di r

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-01
  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 8 Teringat Masa Lalu

    Wanita itu menggenggam gelang yang baru saja ia temukan di dalam lemari. Masih lekat dalam ingatan kalau gelang itu adalah miliknya yang telah diberikan pada seseorang yang pernah ia cintai di masa sekolah menengah atas. Langkah Liyana terlihat cepat mencari salah satu pembantu rumah tangga senior di rumah suaminya."Siapa nama kamu?" Liyana bertanya terlebih dahulu pada wanita berseragam asisten rumah tangga yang usianya lebih tua dari yang lainnya.Asisten itu segera menjawab pertanyaan Liyana dengan ramah, "Nama saya, Kiki. Jika Nona Liyana butuh bantuan, bisa segera panggil saya.""Baik, Kiki. Saya butuh bantuan kamu. Jawab pertanyaan saya, siapa pemilik kamar yang itu sebelumnya?" Liyana meluruskan jari telunjuk pada kamar yang baru saja ia tempati.Asisten rumah tangga bernama Kiki itu terdiam dalam beberapa saat. "Tidak ada pemiliknya," jawabnya seraya menurunkan tatapan."Kamu bohong ya? Saya tahu kok, kamar itu pernah dimiliki seseorang sebelumnya," tekan Liyana dengan mene

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-04
  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 9 Penasaran

    "Bagaimana kamu bisa seyakin itu, Mas? Kamu kan tidak mengenal Ari."Arya menaikkan kedua alisnya. "Hanya menerka saja," jawabnya beralasan.Liyana menggelengkan kepala seraya menepuk keningnya. Dia pikir Arya mengetahui suatu hal. Namun tanpa Liyana sadari, Arya nampak menatapnya begitu dalam. Tatapan pria itu menyiratkan suatu hal yang serius namun masih disembunyikannya dari Liyana.Setelah makan usai, pasangan beda usia itu segera beranjak dari tempat duduk dan mereka akan segera pulang setelah ponsel pintar milik Arya menerima laporan kalau keadaan rumah sudah benar-benar aman.Pernikahan antara Liyana dan Arya memang terlihat harmonis, namun karena Liyana tak memiliki perasaan cinta, mereka akhirnya harus tidur terpisah untuk waktu yang belum bisa ditentukan."Aku menikahinya hanya terpaksa, demi janjiku memenuhi keinginan mendiang adikku." Sebuah kalimat keluar begitu saja dari mulut Arya Bagaskara. Dia kini sudah berada di kamarnya sendirian. Sementara Liyana di kamar yang lai

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-05
  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 10 Semakin Terasa Janggal

    'Apa! Jadi Mas Arya hanya berpura-pura miskin? Ada apa ini sebenarnya?' Dalam hati yang penasaran Liyana bertanya-tanya. Dia mengurungkan niat menemui Kiki—asisten rumah tangga Arya. Langkahnya kembali menuruni anak tangga menuju lantai satu.Kondisi jantungnya terasa berdegup lebih kencang dari biasanya. Liyana tampak berpikir di kamarnya. Selama ini yang dia tahu, Arya adalah seorang pria dewasa yang bekerja sebagai pelayan di rumah makan tempatnya bekerja. Hampir enam bulan lebih Liyana mengenal Arya. Berlian seharga seratus juta dan rumah mewah beserta isinya, Liyana pikir benar saja hanya milik majikan Arya. Tapi perkataan Kiki barusan seketika membuyarkan kepercayaan yang selama ini ia ketahui."Sepertinya aku harus menyelidiki identitas Mas Arya yang sebenarnya." Liyana membulatkan tekad. Rasa penasaran di dalam dadanya harus segera terpecahkan.Di saat para asisten rumah tangga berjibaku dengan kesibukan pekerjaan rumah, Liyana memanfaatkan kesempatan. Langkah kakinya perlahan

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-06

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 130 Bahagia Bersamamu

    Kebahagiaan terpancar dari wajah Arya, Liyana juga putranya Azka. Sebuah keluarga kecil yang terlihat sempurna, keluarga yang penuh dengan kasih sayang membuat semua orang yang melihat kehangatan keluarga kecil Arya akan di rasuki rasa iri.Pagi ini jadi terasa lebih indah dan cerah dari biasanya. Benar-benar sangat berbeda. Lebih menyenangkan dari biasanya, sejak aktifitas yang Liyana dan Arya lakukan semalam sampai pagi tadi senyum bahagia terus terpancar dari wajah kedua pasangan yang kini telah menjadi orangtua. Padahal, aktifitas malam itu bukanlah yang pertama bagi Arya dan Liyana. Namun, entah mengapa kegiatan semalam terasa berbeda.Arya memandangi Liyana begitu dalam, Liyana adalah perempuan yang berhasil membuat Arya begitu mencintainya. Terlebih, Liyana kini sudah memberinya seorang putra berhasil membuat Arya menjadi seorang laki-laki seutuhnya. Membuat Arya semakin menyayangi serta mencintai dua makhluk yang telah Tuhan titipkan kepadanya. Arya dan Liyana saling menjaga

  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 129 Memanfaatkan Kesempatan

    Sudah hampir satu jam Liyana berada di dalam kamar mandi. Arya yang sedari tadi sudah menunggu begitu merasa tidak sabar, di tambah dengan buah hatinya Azka yang takut keburu bangun membuat Arya semakin risau menunggu.Semenjak adanya baby Azka, Liyana dan Arya harus pandai mengatur waktu untuk kegiatan suami istrinya. Bagi Arya dan Liyana tak perduli pagi, siang, sore atau pun malam, jika kesempatan sudah ada di depan mata maka mereka akan memanfaatkannya kesempatan itu untuk kegiatan mereka.Liyana keluar dari kamar mandi hanya dengan berbalut handuk yang menutupi tubuh mulusnya. Arya yang sudah menunggu dengan sabar segera menghampiri Liyana. Arya tak memberi Liyana kesempatan untuk sekedar mengeringkan tubuhnya dulu.Arya melepaskan handuk yang sempat menutupi tubuh Liyana dengan cepat. Kini, keduanya sudah berada di atas ranjang bersiap untuk melaksanakan kegiatan mereka. Namun, saat Arya baru akan memulainya tiba-tiba terdengar suara putranya Azka dari luar pintu memanggil ibuny

  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 128 Liburan

    Baik Liyana maupun Arya, tak pernah sekalipun menolak keinginan Azka. Azka tumbuh dengan kasih sayang serta cinta yang tak pernah kurang dari kedua orangtuanya.Keesokan paginya, Azka bangun lebih awal dari biasanya. Dengan semangat menggebu Azka berlari menuju kamar kedua orangtuanya.Tok tok tok..!Azka mengetuk pintu kamar orangtuanya. Liyana melangkah untuk membukakan pintu. "Ceklek" pintu mulai terbuka, Azka sudah menerobos masuk tanpa menunggu pintu terbuka lebar."Pa, bu, ayo kita berangkat sekarang !" Pinta Azka yang sudah tidak sabaran.Liyana dan Arya saling memandang, Arya bangkit dari duduknya menghampiri sang anak. "Kita sarapan dulu ya ! Habis itu baru berangkat." Ucap Arya."Siap pa, ayo !" Sambung Azka kemudian menarik tangan Arya menuju meja makan. Azka menyantap sarapan dengan lahapnya. Tak butuh waktu lama Azka telah selesai menghabiskan satu piring nasi goreng sarapannya. Melihat begitu semangat sang buah hati, Arya pun bergegas bangkit dari kursi tempat duduknya

  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 127 Keluarga Adalah Segalanya

    Bagi Liyana dan Arya keluarga adalah segalanya, di mana mereka adalah pusat kehidupan dan tempat dimana Liyana dan Arya bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian semaksimal mungkin.Kehadiran buah hati baby Azka di tengah-tengah Liyana dan Arya menjadi pelengkap dan sumber kebahagiaan bagi Liyana dan Arya. Senyuman serta tawa cerianya membuat kehidupan Liyana dan sang suami semakin bertambah indah. Baby Azka mampu membuat Liyana dan Arya mempunyai arti dan tujuan hidup yang lebih terarah.Bersama Liyana dan baby Azka, Arya dapat memahami banyak hal. Salah satunya menemukan bahwa kebahagiaan itu sederhana dan mudah di raih. Arya hanya perlu menghabiskan waktu bersama Liyana juga baby Azka, berbagi cerita serta bercanda dan tertawa. Kebersamaan dan saling memiliki di antara Arya, Liyana dan baby Azka membuat setiap momen menjadi lebih indah dan berkesan. Karena kebahagiaan tak selalu tentang harta, dapat menikmati dan menghabiskan waktu bersama pun dapat menjadi kebahagiaan yang sempu

  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 126 Pertumbuhan Baby Azka

    Hari berganti hari, tak terasa kini baby Azka sudah banyak menunjukkan perkembangannya. Bagi Liyana juga Arya, dapat menyaksikan tumbuh kembang sang buah hati merupakan sebuah momen yang sangat menakjubkan. Berbagai hal telah di lewati bersama, dimana suka dan cita menjadi satu dan mampu mempererat hubungan ketiganya.Rasanya, tak ada hal yang paling membahagiakan bagi Liyana dan Arya saat ini kecuali melihat buah hatinya mendapatkan kebahagiaan yang seutuhnya. Terhitung sejak saat baby Azka lahir ke dunia dan kini bayi mungil dengan wajah tampan itu telah tumbuh dengan pesat.Dimana saat dulu baby Azka belum bisa menopang tubuhnya sendiri, kini baby Azka sudah bisa menggerakkan anggota tubuhnya meski masih kesulitan. Tak terasa baby Azka kini sudah berusia empat bulan, dan baby Azka kini sudah mulai bisa tengkurap sendiri bahkan sudah bisa di ajak bermain cilukba. Sungguh ini merupakan momen yang sangat berharga bagi Liyana dan Arya.Buah hatinya begitu menggemaskan, Arya seakan tida

  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 125 Acara Aqiqah Baby Azka

    Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa atas kelahiran baby Azka ke dunia, Arya dan Liyana berencana akan menggelar aqiqah. Hari ini di kediaman Arya dan Liyana akan mengadakan acara Aqiqah untuk putra pertama mereka Azka yang sudah berusia empat puluh hari. Selain mengundang beberapa kolega, Arya dan Liyana juga mengundang ratusan anak yatim piatu dari beberapa panti asuhan yang tersebar di kota jakarta. Acara Aqiqah baby Azka di isi dengan ceramah ustadz, rebana serta nyanyian nasyid yang di bawakan oleh bintang tamu yang sengaja di undang oleh Arya. Tak hanya tamu undangan Arya, beberapa keluarga dan tak ketinggalan sahabat Liyana yaitu Tiara pun turut hadir dalam acara Aqiqah ini.Sejak acara Aqiqah berlangsung, putra kecil Arya dan Liyana yang di beri nama baby Azka tertidur lelap di dalam pangkuan sang ibu Liyana. Walau pun suasana cukup berisik, jagoan kecil itu terus tertidur dengan tenang, seakan tidak terusik oleh keadaan di sekelilingnya. Tentu saja pemand

  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 124 Baby Blues

    Selama empat hari berada di rumah sakit, Mas Arya selalu mendampingiku. Tak pernah sehari pun Mas Arya absen untuk menemani masa pemulihanku juga tak pernah absen untuk melihat perkembangan Arya junior di dalam kamar bayi. Kamar Liyana dan kamar bayinya sengaja di pisahkan, itu pun hanya terhalang pintu saja.Sebenarnya, Liyana merasa belum siap sepenuhnya untuk menjadi seorang ibu. Walau dari jauh-jauh hari Liyana sudah mempersiapkan diri, nyatanya saat sang bayi sudah lahir ke dunia Liyana masih merasakan kekhawatiran dalam hatinya. Liyana khawatir kalau dirinya tidak akan bisa menjadi ibu yang baik, khawatir jika dirinya tidak bisa menjaga sang buah hati dengan baik. Khawatir jika suaminya Arya akan lebih mencintai bayinya dan malah mengabaikannya.Tapi, kekhawatiran Liyana kini telah sirna karena perhatian yang Mas Arya berikan selama empat hari ini. Nyatanya, Mas Arya kini lebih mencintai Liyana dan sama sekali tak pernah mengabaikan Liyana. Rasa cinta Arya terhadap Liyana justru

  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 123 Hadirnya Arya Junior

    "Mas,,, sakit banget." Ucap Liyana, seraya mencengkeram erat jemari tangan Arya. Arya memeluk tubuh Liyana, menggenggam jemari Liyana yang terasa sangat dingin bahkan wajahnya semakin pucat.Hati Arya terasa hancur, melihat keadaan Liyana yang seperti saat ini membuat Arya menjadi sedih. Arya tak tega dan sampai hati melihat Liyana meringis menahan sakit. Andai saja Arya bisa menggantikan posisi Liyana, Arya akan sangat siap menanggung rasa sakitnya. Andai bisa berbagi kesakitan, Arya tentu dengan senang hati mau melakukannya. Dalam keadaan yang seperti ini, Arya harus bisa berpikir tenang. Arya menghirup napas dalam-dalam, dan menghembuskan perlahan. Berkali-kali Arya melakukannya untuk memasukkan oksigen yang banyak ke otaknya.Sedetik kemudian Arya baru menyadari kalau dirinya belum memberitahu dokter akan kedatangannya ke rumah sakit hari ini. Gegas Arya mengambil ponsel dari dalam saku celananya, mencari nomor dokter dalam daftar panggilannya.Setelah ketemu, Arya pun langsung m

  • Terpaksa Menikahi Om Tampan   Bab 122 Mendekati Persalinan

    Tak terasa persalinan Liyana tinggal menghitung hari. Kontraksi juga sering Liyana rasakan sejak kehamilannya memasuki usia sembilan bulan. Walaupun hanya kontraksi kecil yang dirasakan Liyana tetapi lambat laun kontraksi itu semakin sering dan efek sakitnya pun semakin terasa. Seperti yang Liyana rasakan beberapa hari lalu, dan setelah di periksa ternyata hanya kontraksi palsu.Sedangkan, calon papa siaga bernama Arya Bagaskara itu sudah berjaga-jaga sejak kontraksi palsu yang Liyana rasakan. Arya memilih mengerjakan pekerjaan di rumah. Kalau pun ada meeting, Arya lebih memilih untuk di wakilkan asisten atau sekretarisnya. Terkadang, sekretarisnya harus bolak-balik dari kantor ke rumah Bosnya Arya untuk menyerahkan dokumen yang harus Arya tandatangani. Tentunya sekretarisnya itu mendapatkan bonus gaji pokok selama Arya bekerja di rumah. Arya benar-benar menjadi suami siaga yang selalu menemani Liyana istri kecilnya yang kini sedang membawa calon anak mereka ( Arya junior ) di dalam

DMCA.com Protection Status