“Perlu pakai bahasa apa lagi supaya kamu ngerti untuk nggak deket-deket sama istriku?”
Ipang yang baru kembali naik ke lantai dua usai menyudahi telepon dadakan dari Ksatria, salah satu sahabatnya, menatap tak suka ketika Ipang duduk di dekat istrinya, Julie.
“Maaas,” tegur Julie (yang sebenarnya lebih mirip dengan rengekan), ketika Ipang sudah menunjukkan ekspresi siap berperang dengan Raden.
Julie tidak ingin ada baku hantam antara suaminya dan Raden—dan lebih parahnya lagi kalau hal itu terjadi di depan adik tiri Ipang yang lain.
“Santai, aku belum bawa kabur istrimu kok,” sahut Raden dengan tenang, seakan tak masalah ditatap sebegitu galaknya oleh Ipang.
Ipang ikut duduk di atas karpet tersebut, berdampingan dengan Julie dan ti
“Gimana weekend kemarin? Dari update di Instagram kayaknya seru juga liburan kalian.”“Lumayan seru sih, apalagi udara di sana agak beda dari Jakarta.”Hari ini adalah hari Senin, di mana akhirnya Julie belajar untuk benar-benar libur dari salon setiap hari Senin seperti yang sudah seharusnya—setelah bertahun-tahun masuk kerja terus. Candy mengajaknya pergiCandy mengangguk sambil tersenyum penuh arti. “Kayaknya kamu juga seru-seruan terus sama Mas Ipang ya?”Awalnya Julie tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Candy. Hanya saja ketika tatapan Candy jatuh ke dada Julie, Julie segera menunduk untuk menemukan bajunya yang agak turun hingga memperlihatkan sekitaran dada bagian atasnya, yang terdapat bercak-bercak merah.
“Kok nggak mau sih?”“Males, mending di rumah aja.”Julie terkekeh geli ketika malam ini ia membahas lagi perihal balasan singkat Ipang yang membuatnya tertawa, karena entah kenapa sesuai dengan dugaan Julie. Balasan Ipang yang merupakan satu huruf ‘G’ dan artinya ‘nggak’ itu, masih teringat oleh Julie sampai sekarang.Pasti lelaki itu tidak mau untuk datang ke pernikahan Raveno.“Ya udah, aku dateng sama Suri dan Candy ya kalau gitu?”Pertanyaan Julie membuat Ipang mendelik. Lelaki itu sebenarnya lebih khawatir kalau Julie akan merasa sedih ketika melihat Raveno ada di pelaminan bersama perempuan lain.Bagaimanapun, harus ia akui kalau perasaannya pada Priska tidak bisa diband
“Ke The Clouds? Asyiiik!”Antusiasme di dalam suara Julie yang tidak disembunyikan tersebut membuat Ipang melirik istrinya. “Kamu antusias banget kayaknya aku ajak ketemu temen-temenku.”“Soalnya temen-temen Mas ganteng semua sih. Seger liatnya.”Ipang langsung menghela napas begitu mendengar jawaban jujur Julie barusan, sementara Julie terkikik geli karenanya.Usai dari resepsi pernikahan Raveno dan Kina, Ipang mengajak Julie ke The Clouds karena Ksatria mengatakan mereka perlu bertemu langsung untuk membahas mengenai laporan yang mereka terima beberapa hari yang lalu.Awalnya Ipang pikir Julie tak akan mau, tapi istrinya itu terlihat antusias.“Emang yang paling ganteng di antara kami berenam
“Nanti aku jemput, oke?” Ipang menatap Julie yang tengah melepas seat belt-nya.“Oke, Mas.”“Padahal semalam kita pulang udah lewat tengah malam, terus sekarang kamu udah mau kerja lagi aja. Nggak capek emangnya?”Julie tersenyum ketika menoleh dan mendapati Ipang yang seperti tengah khawatir padanya. Semalam mereka memang pulang larut malam dari The Clouds. Julie pikir ia sebenarnya bisa saja beristirahat di rumah.Tapi minggu lalu ia sudah terlalu banyak mengambil hari libur. Julie sendiri takut kalau ia di rumah akan bosan karena meskipun ada Ipang yang menemaninya, Julie terbiasa mondar-mandir di salon.“Capek sih, tapi ya aku kan kerjanya nggak selalu berdiri dan bergerak kayak pegawaiku yang lain. Masa aku liburan te
“Jadi kamu mau apa ke sini, Den?”Raden tak langsung menjawab pertanyaan Julie. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar ruang rapat yang kerap kali dijuluki sebagai akuarium karena keseluruhan dindingnya yang merupakan dinding kaca.Julie sengaja mengajak Raden bertemu di sini, di ruang meeting yang ada di lantai satu dan meskipun agak jauh dari area di mana pelanggannya berada, masih dapat diawasi dari luar berkat dinding kacanya.“Aku mau ngobrol sama kamu,” jawab Raden pada akhirnya. “Aku belum sempat ngobrol lama sama kamu sejak kita ketemu.”“Kan yang di vila waktu itu kita ngobrol banyak.” Julie mengerutkan keningnya, ia bahkan masih mengingat apa saja yang mereka bicarakan waktu itu. “Aku jadi penasaran sama kamu.”
“Berapa lama dia di sana?”“Kurang dari satu jam kayaknya.” Julie duduk di depan meja riasnya dan mulai memakai skincare-nya. “Aku duduk sama dia dengan jarak kurang lebih dua meter. Nggak ada peluk-pelukan, nggak ada jabat tangan. Aman pokoknya.”Ipang terkekeh begitu Julie menjelaskan dengan rinci soal pertemuannya tadi dengan Raden. Sebenarnya Ipang sudah bertanya sejak mereka makan malam di luar tadi, tapi Julie mengatakan kalau mereka bisa membicarakannya di rumah dan ia lebih suka mendengar cerita Ipang tentang harinya terlebih dahulu.Hal-hal sekecil itu yang selalu menjadi kejutan tersendiri bagi Ipang. Ia yang biasanya hanya punya Suri, kini bertambah satu orang lagi yang akan selalu peduli tentang bagaimana hari yang ia jalani.“Terus?”
“Mas Kalu orangnya lucu ya, sayang dia terlarang buat aku.”“Hah?” Julie seakan tak bisa memercayai pendengarannya. “Gimana? Gimana?”“Mas Kalu.” Tanpa sungkan, Suri mengulangi nama yang baru saja ia ucapkan. “Kemarin aku nggak sengaja ketemu dia waktu lagi service mobil. Terus kita ngobrol-ngobrol gitulah.”“Emang baru kali itu kamu ngobrol berdua sama dia?”“Nggak sih, tapi seringnya juga kan di bawah pengawasan Mas Ipang.” Suri terkekeh geli. Tidak ada yang bisa mengalahkan seberapa protektifnya Ipang terhadap Suri.“Kamu naksir dia?” Julie bertanya seraya menggeser piring berisi sup kerang yang jadi menu makan malam mereka.&ldqu
“Kamu dulu gembil ya pas kecil.”“Iya, kayak kamu dulu.”“Aku kan suka makan makanan manis, pas masih kecil sampai ABG nggak kekontrol, jadilah bengkak begitu.”Ipang tersenyum mendengar penjelasan Julie. Karena permintaan Suri, akhirnya Ipang dan Julie menginap di rumah itu. Julie tahu, sebenarnya yang memudahkan Ipang untuk berkata ‘iya’ pada permintaan Suri adalah absennya kehadiran sang ayah di rumah.Kalau ada ayahnya, Julie yakin Ipang akan mengajaknya pulang.“Terus kamu diet?”Julie menggeleng, masih belum berbalik untuk menghadap Ipang. Kini ia berdiri di deretan rak yang memajang foto-foto Ipang dari kecil hingga dewasa. Semua itu tadinya ditaruh dan disusun oleh ibun