"Cellin ... bangun, Cellina!" seru Langit sembari menguncangkan tubuh gadis itu. Lalu dengan paniknya ia membopong tubuh Cellina dan merebahkannya di atas sofa."Cellina, aku mohon bangunlah! Jangan seperti ini! Sungguh ini tidaklah lucu." Langit menepuk-nepuk pipi gadis cantik itu dengan pelan. Berharap agar gadis tersebut segera sadar.Sungguh tampak jelas kalau laki-laki itu begitu panik dan sangat kebingungan ketika melihat gadis itu tak sadarkan diri terbaring lemah di atas sofa. Kemudian ia berlari keluar ruangan untuk mencari pertolongan seseorang. Sembari menengok ke kanan kiri, ia berusaha mencari seseorang yang ada di sana.Karena ini sudah malam, akhirnya ia hanya melihat ada seorang OB yang kebetulan masih sedang bertugas bersih-bersih di tempat itu. Lalu dengan segera CEO muda itu langsung memanggilnya, "Mas! Tolong saya!"Sementara Cellina yang pura-pura pingsan tadi membuka kedua matanya dengan lebar, ketika melihat Langit sedang berada di luar ruangan."Pokoknya aku ha
Langit mengemudikan mobil dengan sedikit kencang, agar ia segera sampai di rumahnya. Begitu memasuki parkiran, perasaannya semakin deg-degan saja.Kemudian ia langsung saja mesuki lift untuk menuju lantai 12. Begitu telah sampai di depan apartemen, dadanya semakin bergemuruh tidak karuan. Sebelum ia masuk ke dalam, terlihat laki-laki itu menghela nafas terlebih dahulu.Lalu dengan perlahan ia mulai membuka pintu.Ceklikk!Dan ia melihat keadaan di dalam apartemennya itu tampak sepi. Sudah dapat dipastikan kalau istrinya kini sudah berada di dalam kamar. Sehingga ia pun langsung saja menuju ke sana.Ceklikk!Dengan perlahan lelaki itu membuka pintu kamar. Lalu ia pun masuk ke dalam kamar itu.Ketika mendengar pintu kamar terbuka, Cahaya yang semula sedang duduk bersender di atas kasur sambil memainkan ponselnya itu, langsung berpura-pura sudah tertidur.Kini gadis itu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut hingga tak ada yang dapat terlihat oleh laki-laki itu.Sedangkan Langit bergera
Langit yang sedang melamun terlonjak kaget dan kebingungan mau menjawab apa. "Em ... i-itu tadi si Revan yang nelpon. Sepertinya aku harus ketemu sama dia sekarang. Karena ada sedikit masalah yang harus aku urus dengannya. Kalau gitu ... a-aku keluar sebentar, ya! Kamu tidur aja dulu! Jangan menungguku, takutnya nanti kalau aku pulangnya kemalaman." Dengan sedikit gugup, lagi-lagi pria itu harus kembali berbohong pada istrinya."Oh, gitu ya, Kak. Ya udah, kakak hati-hati ya di jalan. Ini sudah malam jangan ngebut nyetirnya!""Iya, Sayang. Ya sudah, aku pergi dulu, ya!"Cahaya pun mengangguk.Sebelum ia pergi meninggalkan gadis itu sendirian di apartemen. Lelaki itu mengusap lembut kepalanya dan mengecup keningnya terlebih dahulu. Setelah itu baru ia pergi meninggalkan istrinya tersebut."Sebenarnya ada apa ini? Sepertinya Kak Langit kaya kelihatan panik gitu, deh? Dan nggak biasanya dia keluar malam-malam begini. Ah ... mungkin Kak Revan lagi ada masalah yang serius kali. Sehingga ia
Keesokan harinya, Cahaya merasa sedikit kaget, karena ia terbangun sudah berada di atas kasur. Lalu ia mendapati ada sebuah tangan kekar yang tengah melingkar di perutnya kini. Sudah dapat dipastikan kalau orang yang sedang memeluknya ini adalah sang suami tercintanya."Oh, pasti dia semalam yang memindahkanku ke sini. Eh, tadi malam dia pulang jam berapa ya?" gumamnya. Seraya membalikan badan, sekilas ia tersenyum manis melihatnya.Kemudian gadis berpiama pink itu beranjak dari tempat tidur dan langsung menuju ke kamar mandi.***Sementara di tempat lain. Cellina sudah terbangun. Ia menyadari kalau Langit sudah tidak berada di sisinya lagi. Sehingga membuatnya langsung mendengus kesal karenanya."Ih ... pasti dia pergi waktu aku sudah tidur tadi malam. Tapi tidak apa-apa. Yang penting dia semalam sudah menunjukkan kalau dia masih begitu peduli denganku. Sehingga dia mau datang ke sini dan meninggalkan istrinya hanya demi untuk menemuiku. Hahaha ...."Gadis itu merasa sangat senang ka
Dan betapa terkejutnya ia, di saat melihat Cellina sedang duduk bersimpuh di samping ranjang sambil memegang telapak kakinya yang berdarah. Dengan seketika lelaki tersebut langsung berlari mendekatinya. "Cellin! Kamu nggak papa? Dan ini kenapa kakimu bisa sampai terluka begini?" tanya Langit dengan raut wajah yang sangat panik ia meraih kaki wanita itu. Dan ia melihat ada luka sobek di telapak kakinya. "I-itu tadi aku tak sengaja menginjak pecahan kaca. Ya jadi begini deh," jawab Cellina sambil meringis kesakitan. "Duh ... kamu ini ceroboh banget, sih! Sampai kamu gak lihat ada pecahan kaca terus kakimu terluka begini. Lagian semalam kamu habis ngapain sih? Sampai-sampai tempat ini menjadi beranatakan kayak gini?" Dengan sedikit kesal lelaki itu malah mulai mengomel. "Ya udah, biar aku obatin dulu, ya! Di mana kamu menyimpan kotak obatnya?" Langit langsung saja membopong tubuh gadis itu untuk ia pindahkan ke atas kasur. "Itu di lemari yang itu." Cellina menuju ke sebuah le
"Halo, assalamu'alaikum, Aya," ucap Langit dalam sambungan telepon. "Wa'alaikumsalam. Ada apa, Kak?" jawab Cahaya. "Hehehe ... gak ada apa-apa kok. Cuma kangen aja sama kamu."Gadis itu langsung mendengus kesal. "Mulai deh, gombalnya," cibirnya. "Hahaha ... siapa juga yang gombal? Orang beneran kok. Aku sekarang lagi kangen banget sama kamu tau! Tapi sayangnya nanti malam aku harus pulang malam, Sayang. Karena aku harus lembur, Aya." "Jadi kemungkinan nanti aku akan pulang malam ya! Ada urusan di kantor yang belum kelar nih. Jadi, aku harus lembur malam ini" Langit terpaksa mengarang cerita. "Oh, gitu. Ya udah gak papa, Kak. Tapi kalau bisa Kakak pulangnya jangan malam-malam banget ya! Eh iya, berarti Kakak nanti mau makan malam di rumah atau di kantor saja?" sahut Cahaya. "Em, aku akan makan di sini saja, Ya. Jadi kamu nanti nggak usah nungguin aku. Kamu makan malam aja dulu nanti kalau nungguin aku malah kemalaman lagi." "Oh, iya baik, Kak. Tapi ingat Kakak jangan samp
Begitu sampai di apartemen. Lelaki tampan berambut belah samping itu langsung saja masuk ke dalam. Dengan sangat pelan ia membuka pintu apartemen agar tidak mengeluarkan suara yang bisa mengganggu istrinya nanti. Namun begitu melewati ruang tengah, ia melihat televisi yang masih menyala dan ternyata sang istri tercintanya itu telah tertidur di atas sofa yang ada di ruang tersebut. Lalu ia pun mendekatinya dan berjongkok di depan wwanita itu. Kemudian sembari mengusap pipinya lembut, ia menatapnya dengan sangat dalam. Mengamati wajah cantik yang kini tengah tertidur lelap, meringkuk di atas sofa. Sungguh hatinya merasa tersentil di saat melihatnya yang sedang tertidur di sofa itu. Ia merasa sangat bersalah dan menyesal karena telah membohonginya lagi dan lagi. Entah sampai kapan ia akan seperti ini terus? Ia pun tak tau. "Maafkan aku ya, Aya! Karena aku telah membohongimu lagi. Hingga gara-gara nungguin aku, kamu sampai ketiduran begini," ujarnya membatin. Karena merasakan ad
Setelah selesai sarapan, lelaki tampan berkemeja biru dongker itu akan segera berangkat ke kantor. Tetapi dia merasa sangat terganggu, karena sedari tadi ponselnya terus saja berdering tanpa henti. Sehingga membuat Cahaya yang sedang berdiri di depannya itu pun menatapnya keheranan ke arah lelaki itu. Lalu ia berkata, "Kak, itu Hp nya bunyi terus dari tadi. Kok, nggak diangkat sih?" "Ah, biarin aja, Ya! Palingan juga si Revan," jawab Langit berbohong. Karena sebenarnya yang nelponnya sedari tadi adalah si Cellina. Dan memang dengan sengaja lelaki itu tak mau mengangkat telepon tersebut. "Ya udah, aku berangkat dulu ya, Sayang!" "Iya, Kakak hati-hati ya di jalan!" Langit pun mengangguk, sembari mengusap kepala Cahaya dengan sangat lembut. Kemudian ia mengecup keningnya pelan. "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." Lalu lelaki itu pergi meninggalkan Cahaya seorang diri berada di apartemen. Tetapi di sepanjang perjalanannya ponselnya masih saja terus berdering. Sehingga