Masih tidak percaya, Stephen mendatangi kediaman Diaz untuk memastikan mereka sedang sandiwara atau benar-benar bulan madu.
"Permisi... "
TOK TOK TOK
Resiko terbesar jika ucapan Fila benar, Stephen akan ditendang oleh penghuni rumah yang lain. Namun, dia harap mereka benar pergi. Itu artinya, Mila sudah menerima Diaz.
TOK TOK
"Per- " Stephen menarik tangannya dan meminta maaf telah mengetuk jidat seorang perempuan yang tiba-tiba membukakan pintu rumah. "Eh, sorry. Gak sengaja. Aduh, maaf, maaf."
Vio meniup poni depannya lantas membatasi pintu. "Lo siapa?"
"Stephen. Lo dateng ke acara tunangan gue sama Mila. Inget?" Tidak mungkin ada orang yang lupa dengan wajahnya, walaupun tephen sadar dia tidak cukup tampan seperti Diaz.
"Iya, gue inget." Vio rasa banyak orang aneh yang mengganggu ketenangannya belakangan ini. "Lo mau apa ke sini?"
Stephen berjinjit agar bisa melongok ke dalam. "Mila di rumah ga
"Jadi, kalian mampir ke sini setelah sewa pulau pribadi?"Monica meregangkan otot lehernya ke kanan dan kiri setelah Diaz dan Mila ke rumahnya tak lama setelah Mila dan Vio berlibur."Kalian gak lupa, kan? Rumah yang harusnya gak didatangi siapa-siapa, jadi banyak pengunjung 2 minggu terakhir. Lo, Diaz, Vio... " Monica menyebutkan nama mereka lalu menghela napas malas. "Besok lagi sewa pulau lain," tukasnya dalam artian tidak akan menerima mereka lain hari, sekalipun mendesak."Tapi, gue seneng bisa ke rumah lo lagi, Monica." Mila selalu antusias mendatangi rumah Monica yang bernuansa putri kerajaan, terlebih mereka hidup berdua saja seperti Raja dan Ratu yang memimpin wilayah."Gue gak seneng." Monica menatap Diaz, dia tersenyum sendiri sambil melihat langit-langit rumahnya. Tidak ada perbedaan lebih, Monica membiarkan isinya sama seperti tahun-tahun sebelumnya."Rumah kamu makin bagus, Monica." Diaz memuji saudaranya yang pandai menjaga int
Mila sudah membicarakan bersama Eric alasan yang mendukung dia ingin pergi melihat pria yang diduga saksi kuat atas kecelakaan yang menimpa Dani dan Raffa.Eric mengatakan, dia ingin membantu mereka jika betul ada sesuatu di balik insiden mengerikan itu. Dia mengimbuhkan, tidak baik juga jika kepikiran terus-terusan. Lebih baik temui dan tanya langsung. Mereka hanya perlu bersiap jika kesaksiannya berbeda dengan hasil olah TKP.Jujur saja Mila tidak begitu ingin mendengar jawaban pria yang membuat Eric penasaran setengah mati. Lebih baik ia mengetahui kalau mereka murni kecelakaan. Jika tidak, Mila akan rapuh dan mungkin lepas kendali.Tak dipungkiri, Eric memang punya banyak relasi dan cukup pandai menyelidiki hal demikian karena lulusan dari perusahaan keamanan.Masalah seriusnya adalah Diaz belum tahu apa yang diketahui mereka berempat. Baik Mila atau Vio tidak ada yang ingin buka suara, apalagi Monica dan Eric. Tanpa perjanjian mereka tela
"Langsung?" Mila melihat di sisi kanannya terdapat Diaz dan kirinya adalah Dokter Rio."Iya, langsung." Dokter Rio mengangguk pelan lalu menoleh ke Diaz selaku suami pasiennya.Mila sudah berpegangan lengan Diaz. Jika Dokter Rio menariknya ke dalam, maka Diaz akan ikut masuk ke elevator bersamanya.Kali ini bukan rumah sakit yang menjadi sasaran utama tempat Mila terapi, melainkan elevator di kantor Diaz yang berseberangan dengan elevator utama.Mila terkesan karena elevator yang menghubungkan lantai 3 dengan atap perusahaan jarang dinaiki karyawan sebab memakai akses sidik jari khusus jabatan atas."Kamu siap, Mila?" tanya Dokter Rio."Gak sama sekali," papar Mila dari lubuk hati yang paling dalam.Diaz menepuk punggung Mila untuk menyemangatinya. "Santai aja. Gak sampai 1 menit naik lift, sama saya juga."Mila mengatur pernapasannya agar detak jantung kembali normal. Dari awal sudah setegang ini, apalagi di dalam
Monica tidak tahu akan terlibat dalam misi Eric untuk mengejar pria anonim yang dicurigai mengetahui sesuatu mengenai insiden kecelakaan Dani dan Raffa. Walau sekali lagi dia merayu Eric, pria itu enggan putar balik untuknya.Yang utama, Monica sudah memberitahu bahwa perbuatan yang diputuskan tergesa-gesa akan berakhir kurang baik. Selain mengejutkan keluarga Diaz, Monica bisa disangka ingin tinggal di rumah mereka karena mendadak datang tanpa pemberitahuan lewat burung merpati.Melihat Eric gigih dalam segala hal, Monica tidak bisa menahannya terus-terusan. Akibat buruknya, dia bisa ditinggal pergi."Kamu khawatir?" Eric bisa merasakan ditatap dari samping oleh Monica walau tangannya mengemudi dan matanya menatap jalan.Monica mengalihkan pandangan. "Siapa yang harus dikhawatirin sekarang," desisnya.Monica lebih khawatir niat baik Eric berujung petaka. Sedari dulu, seolah karma keluarga Prayoga, nasib jika campur tangan maka akan ada tumbal. Bis
Mila menyangka kalau Monica berubah pikiran, namun untuk alasan apa dia seperti itu. Pasti karena Erick. Tidak mungkin dia rela ke Jakarta, menyeberangi lautan, terakhir kali mereka membahas mengenai pria setengah paruh baya yang belum diketahui namanya mencurigakan.Tanggapan Vio mengenai permasalahan ini antara percaya dan tidak percaya. Adik ipar Mila memilih untuk bungkam sampai ia memberitahu Diaz. Itukah sebabnya? Vio lebih mempercayai Diaz untuk menangani masalah ini.Mengingat bagaimana Diaz membual, Mila takut dia keseringan mengancam orang lain. Bukannya apa, ancaman bisa saja menimbulkan masalah baru. Kesaksian yang sebetulnya bisa dimanipulasi. Lagipula Mila sudah memaafkan mereka karena semakin kesini ia diberitahu Vio, jika Diaz mencecar Gita di masa pelatihan."Monica, coba aja lo liat muka Mila pas lagi terapi naik lift." Vio terbahak-bahak membayangkannya.Monica Hanya menatap datar mereka di sofa tunggal. Dia tidak bertanya dan jug
Dari kejauhan di koridor lantai 2, leher Diaz menoleh ke sisi kiri tempat latar syuting dilakukan tidak begitu ramai. Mungkin mereka sedang istirahat, jadi hanya beberapa yang masih berada di tempat. Niat untuk masuk elevator menuju lantai 3 menjadi urung karena pemandangan tak biasa terjadi di sana. Wijaya, bintang iklan kebanggaan Diaz sedang menurunkan tingkat harga dirinya di hadapan Gita. Diaz putar arah dan membuka pintu untuk masuk menanyakan apa yang terjadi sampai Wijaya mengobati pelipis Gita. Ada yang tidak beres, menurutnya. "Ada apa ini?" Wijaya menoleh biasa saja, berbeda dengan Gita yang terperanjat dan langsung menggeser duduknya. "Itu kenapa?" Diaz menggaruk pelipisnya sendiri dan bertanya pada Gita, tetapi memandang Wijaya. Bola mata Gita bergerak ke atas beberapa saat setelah ditanya Diaz. "Kena kamera, Pak. Penyangganya kendur," ujar Wijaya. Diaz melihat Gita seperti membenarkan uca
Kiara menutup panggilan sementara wajahnya terangkat, ada Kenzie yang sedari tadi duduk di kursi depan memasang wajah ramah."Kelas gue udah selesai. Urusan kita juga."Kenzie berkata, "Jangan ganggu Mereka lagi atau pencitraan kamu selama ini akan terhapus karena satu keburukan yang terungkap."Mereka memang suka mengancamnya. Kiara menganggukkan kepala mantap. "Oke. Gue gak akan ganggu mereka. Sebagai gantinya lo harus nutupin rahasia ini sama siapa pun supaya gue bisa hidup."Kenzie tersenyum manis. "Aku gak akan ingkar janji.""Bagus."Kenzie memandang Kiara yang berhenti melangkah ke luar kelas."Tapi, urusan lain hari beda tujuan. Lo yakin masih bisa nahan gue?""Maksud kamu?""Nanti lo tau sendiri.""Jangan... " Kenzie menghentikan ucapannya tepat langkah Kiara berhenti pula di depan kelas. "Melewati batas itu nggak baik untuk masa depan kamu, Kiara. Lebih susah dikendali
"Kiara, tunggu!"Suara itu membuat Kiara berhenti di tengah anak tangga yang mengarah ke pintu keluar sebelah timur. Setelah menoleh rupanya sosok Revan telah dia lewati.Revan lantas menghampirinya dan berkata, "Jangan sampai semua orang memojokkan lo karena niat menyingkirkan 1 orang. Lebih baik menghindari 1 orang daripada dikeroyok banyak orang."Dahi Kiara berlipat banyak. "Lo tau apa tentang gue?" tanyanya mengalihkan pandangan malas-malasan."Gue dengar pembicaraan kalian. Gue baru tau, Kenzie ngerti kelakuan lo. Kalau dia buka mulut mungkin lebih seru."Kiara mengecap lidah dan menunjuk wajah Revan. "Lo ... Jangan sok kritik gue. Kita itu sama awalnya."Revan menggeleng heran, enak saja dia disamakan dengannya."Lo mutusin gue karena masih cinta sama Mila, kan?" tuduh Kiara sangat yakin.Sontak Revan tertawa hingga perutnya sakit. "Apa?" Dia tertawa lagi karena Kiara sangat lucu.Melihat Revan tertawa Kiara mende