"Eric, lo liat apa?" Monica masuk kamar Eric karena sejak tadi dipanggil tidak kunjung datang.
Eric sedang melihat suatu hal yang tidak seharusnya ditonton. Monica heran mengapa dia masih memeriksa cctv tempat kejadian saat mobil ayah Diaz dan Mila kecelakaan. Ditambah lagi saat suara Monica mengudara, Eric langsung menutup kasar layar laptop.
Monica mengamati keanehan Eric yang sedang tersenyum namun napasnya tertahan begitu membalikkan kursi. "Kenapa gugup gitu?" Dia menggerakkan kursi roda dan mengambil langsung laptop Eric, walaupun sempat dipertahankan.
Eric masih diam membiarkan Monica melihat rekaman video.
"Lo pernah periksa sehari setelah mereka kecelakaan dan bilang gak ada yang mencurigakan. Terus kenapa lo periksa lagi?"
"Memang sebelumnya saya pikir biasa aja. Tapi, pas kita mau ke rumah Diaz, saya liat seseorang."
"Seseorang?"
Eric mengangguk. "Yang diklakson mobil lain karena nyeberang pas lampu hijau.
Telah tiba hari Diaz akan melakukan pekerjaan di Bandung. Pantulan istrinya yang baru masuk kamar setelah menggantung setelan pakaian di mobil membuat Diaz tersenyum. "Jangan lupa sarapan, tidur nyenyak, camilan udah gue masukin ke tas warna pink." Mila berdiri memerhatikan di belakangnya selagi merapikan kerah leher dan memakai dasi. "Pink?" "Biar lo inget gue kalau ada cewek seksi yang ikut audisi," celetuk Mila bertransformasi menjadi wanita posesif. Bukannya takut mendengar peringatan Mila, Diaz justru berbalik dan tertawa ringan sembari menangkup wajah istrinya. "Saya suruh audisi pakai jaket nanti." Mila mengangkat dua jempol tangannya. "Setuju." "Kamu hari ke berapa nyusul saya?" "Mungkin 2 atau 3, atau bisa juga gue gak ke sana." "Kenapa?" "Monica udah kabarin gue. Dia undang gue ke rumahnya, mungkin nanti kalau gue gak ke Bandung berarti pas ke rumah dia." "Kamu l
"Gue gak boleh ikut nih? Mumpung besok gak sibuk." Farel yang mengantar mereka ke Pelabuhan mendadak ingin ikut. Pertama kalinya mereka naik kapal, otomatis semua menjadi hal baru. Namun mengingat kembali nama Monica dirumorkan membenci pria selain asistennya, juga macam cerita telah sampai ke telinga, itu cukup kuat menghalangi keinginan Farel. "Gak sibuk juga lo banyak pertemuan sama orang-orang penting. Jangan lupa, nanti nikah banyak kebutuhan." Vio memperingatinya. Farel terkekeh. "Liat tuh kakak ipar kebanggaan lo malah sibuk foto-foto." "Biarin aja. Dia gak mau Diaz khawatir." Mila semalam geger harus menempati ruangan yang luas dan terang jIka tidak menyusahkannya. Kalau Mila kumat, Vio ambil jalan pintas. Tinggalkan Mila di dalam sana atau ceburkan saja ke pantai. Farel mengangguk lalu memeluk Vio dengan satu tangannya. "Jagain Mila, umurnya setahun lebih muda dari lo walaupun jadinya kakak ipar." "Mana mau gue jagain,"
Baik Mila ataupun Vio sama sekali tidak mengerti urutan memakai perlengkapan snorkeling walau sudah disiapkan Eric. Beruntungnya, dengan sekali arahan mereka langsung paham memakai semuanya tanpa kurang satu alat pun.Monica yang di setiap tempat berperan menjadi ratu tinggal menunggu mereka menaiki boat dan menyelam ke tengah laut.Monica tidak punya keinginan bisa menyelam seperti orang lain. Selain alasan tidak bisa berdiri dengan kedua kakinya yaitu dia tidak suka basah-basahan."Jangan lupa naik ya. Jangan lama-lama juga," ujar Monica sembari membetulkan topi pantainya dan kacamata hitam. Harusnya mereka memilih bersantai di tepi membangun tenda sampai malam di Pulau Perak, tetapi karena Mila ke sini untuk menyelam, dia tidak bisa melarang."Gue bisa berenang. Lo pegangin Mila barangkali keseret ombak," suruh Vio membuat Eric terkekeh pelan."Lo kira gue plankton, keseret ombak pasrah?""Makanya gue minta tolong Eric b
Masih berada di Pulau Perak, hingga malam mereka mendirikan tenda dan api unggun untuk membakar ikan. Monica duduk menekuk kakinya menunggu Eric memilah daging ikan agar durinya tidak ikut termakan.Suasana sepi sama sekali tidak membuat mereka takut. Vio yang sangat benci gelap karena membayangkan adanya makhluk gaib, entah hilang ke mana pikiran itu sebab bermain-main bersama Mila. Mereka berdua bekerja sama membakar ikan karena percobaan pertama gagal, alias gosong sebelah."Lo harus makan juga." Monica menyodorkan piring kecil untuk Eric.Eric mengangguk dan mulai makan bersama mereka. "Kalian berniat tinggal di sini?" tanyanya tertuju pada Mila dan Vio yang sibuk menikmati ikan bakar yang dibawa mentah dari rumah menggunakan cooler box.Tingkah mereka yang meramaikan tiap percakapan tidak pernah terbayang oleh Monica setelah orang tuanya tiada. Monica tidak ingin meminta hal aneh pada Eric untuk berbuat hal semacam ini karena pasti merepotkan.
Mila tidak sengaja masuk kamar Monica yang pintunya terbuka lebar. Akibat ulahnya, Monica terkejut hingga menoleh tak ramah."Gue keluar ya... " Mila hampir menutup pintu, namun tidak jadi. Ia justru masuk dan mengunci kamar."Ngapain lo masuk tanpa izin?" sarkas Monica melihat gerak-gerik Mila yang aneh.Mila takjub dengan isi kamar Monica, tampak seperti kamar putri kerajaan dengan pintu khas ukiran kayu berwarna emas. Sejajar dengan tempat tidur terdapat lampu hias dengan cahaya normal, tidak akan menyakiti mata.Anehnya, hanya ada foto Monica sedang duduk di kursi dan Eric yang berdiri di sampingnya dengan background taman berwarna gelap. Mirip keadaan sesungguhnya."Lo suka sama Eric?" Mila bertanya tiba-tiba.Monica berdecak malas. "Kalau gak suka, gue memperlakukan dia persis gue memperlakukan lo.""Berarti ada kemungkinan lo jatuh cinta sama Eric dong!" pekik Mila ikut senang mendengarnya entah mengapa."Jan
Vio tidak ingin pulang ke Jakarta, dia betah hidup di pulau ini apalagi Eric seperti menggantikan peran Diaz sebagai kakak di rumah. Pria itu kalau tidak disindir mana peka sudah menelantarkan adiknya hingga tumbuh bar-bar.Mila mengemut permen sambil mengemas barang-barang ke dalam koper, mereka akan pulang nanti siang."Lo kenapa ngelamun? Bukannya beresin baju segala macam, malah buang-buang pikiran.""Gue gak mau pulang ah, nginep sebulan lagi. Lo pulang sendiri sana.""Lo yang bener aja, masa gue pulang sendiri.""Kenapa? Gak berani?""Lagi musim penculikan, jelas gue takut."Vio tertawa remeh. "Gue lebih khawatir Diaz diminta uang 100 milyar cuma buat nebus lo.""Menurut lo, dia mau nebus uang kalau gue diculik beneran?""Tergantung keuangan.""Ck, gue gak bisa percaya sama lo, apalagi Diaz. Sama aja."Vio menarik kopernya malas-malasan. "Gue baru sadar Eric lebih segala-galany
Mila menggigiti kuku jarinya di dalam mobil yang melaju menuju rumah. Apa alasan Eric memeriksa cctv saat Raffa dan Dani kecelakaan? Mengapa Monica mengkhawatirkan perbuatannya seperti akan terjadi hal buruk jika Eric terus mencampuri urusan keluarganya?Di belakang, Vio bergulat dengan pertanyaan di hatinya. Dia tidak mau tahu lebih lanjut bagaimana kesimpulan Eric walaupun berbeda dengan prakiraannya dan Mila."Diaz pernah kepikiran gak ya?" batin Mila lantas menoleh sekilas pada pria yang mendadak bisu saat menjemput mereka.Mila menepis pikiran negatif yang hinggap di kepalanya. "Itu murni kecelakaan. Gak mungkin lain-lain. Bisa aja orang itu kebetulan ada di sana, iya kan?" Sekali lagi ia tidak bisa mengutarakan lewat mulut.Eric adalah pria yang memedulikan banyak orang, sekalipun tidak kenal, dia akan membantu dengan senang hati. Itulah alasan yang tepat supaya Mila tidak berpikir konyol."Gimana liburannya?"M
Sudah 15 menit Diaz merelakan perutnya ditimpa kaki Mila yang sedang tidur.Berulang kali Diaz menerima panggilan masuk dari dewan direksi, dengan terpaksa dia bicara dalam posisi yang sama sekali tidak nyaman karena perutnya tertekan."Mila.""Bangun, Mila."Diaz menyingkirkan kaki Mila pelan-pelan lalu bangun untuk segera mandi. Tak disangka-sangka Mila sudah bangun setelah Diaz keluar dari kamar mandi."Kamu udah bangun?"Diaz menggosok rambutnya dengan handuk kecil berwarna abu-abu lantas duduk di tepi kasur.Mila menepuk punggung Diaz karena sprei belum rapi. Tahu sendiri dia sering mengomel kalau tidak sejajar."Mila, teman kamu ada yang udah nikah juga. Kamu tau?"Entahlah. Mila tidak ingat ada berapa temannya selain Stephen."Namanya siapa dulu?" Tidak ingin bohong, Mila akan mengingatnya."Gita Lusiana," jawab Diaz sembari menyemprot rambutnya menggunakan hair spray setelah disisi