Olivia hanya bisa terduduk pasrah di dalam sebuah kamar tempatnya dikurung. Gadis itu tidak bisa kabur atau pun menghindar lagi sekarang. Pintu kamar itu dikunci dari luar, dan tidak ada jendela sama sekali di kamar itu.
“Ya Tuhan … kenapa jadi begini?” lirihnya pada keheningan. Ayahnya dengan tega menjadikannya alat pelunas utang, dan Olivia tentu tak punya uang tiga miliar untuk menebusnya. Tidak ada yang bisa Olivia lakukan lagi selain menunggu dan menerima. Hari ini, ia akan menjadi istri dari pria yang tidak ia ketahui sama sekali seperti apa rupanya. Meski begitu, Olivia berharap bahwa calon suaminya bukanlah pria seburuk ayahnya. Gadis berusia 25 tahun itu tidak ingin hidup seperti ibunya yang tidak bahagia karena menikah dengan pria kasar seperti ayahnya. Sejak dulu impiannya adalah memiliki keluarga yang bisa mencintainya sepenuh hati dan menerima dirinya apa adanya. Namun, impian itu tampaknya terlalu muluk. Para pelayan tiba-tiba datang memasuki kamar Olivia, dan tanpa basa basi mereka dengan segera menyiapkan semua keperluan yang akan Olivia gunakan selama acara pernikahan berlangsung. "Nyonya, gadis itu ada di dalam kamar ini." Ucapan itu membuat Olivia menoleh pada seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam kamar. Suasana langsung hening dan terasa mencekam, membuat Olivia merasa gugup. Wanita dengan penampilan anggun dan angkuh ini pastilah Nyonya Besar. “Jadi kau yang akan menjadi menantuku?” tanya Nindi dengan nada sinis. Raut wajahnya tampak jijik melihat Olivia yang tengah dirias. “Sa-saya Olivia ….” Nindi berdecak kesal, lalu dengan segera keluar dari kamar itu tanpa membiarkan Olivia berbicara lebih banyak. "Menyedihkan! Aku tidak sudi mengantarmu ke gereja!” Olivia hanya bisa menunduk dan memandang kepergian Nindi dengan hati terenyuh. Bagaimana kehidupan pernikahannya nanti … Olivia tidak bisa membayangkannya. Apa gunanya menikah apabila tak ada yang menerimanya di keluarga ini? Tak berapa lama kemudian, Olivia sudah siap dengan gaun pengantin berwarna putih. Dandanannya sederhana, tapi gadis itu tampak menawan. Kini Olivia siap untuk menikah dan diikat dalam janji pernikahan bersama dengan seorang pria yang Olivia ketahui bernama Reagan Raharja itu. Memasuki mobil sedan hitam yang mewah, Olivia dibawa masuk ke dalam sebuah gereja dengan altar besar. Pendeta sudah berdiri dengan seorang pria berjas hitam dan kemeja putih yang memakai kursi roda berada di depan altar. Wajah Olivia yang tertutup veil terlihat sangat terkejut dengan pemandangan yang ada di depannya. ‘Jadi … aku akan menikah dengan seorang pria lumpuh?’ Olivia bertanya dalam hati. Gadis itu tidak menyangka bahwa pria yang akan menjadi suaminya ternyata lumpuh. Dalam hati Olivia hanya bisa tertawa hambar menertawakan hidupnya yang semakin menyedihkan ini. Kedua mata Olivia memanas, sekuat tenaga dia berusaha menahan dirinya untuk tidak menangis. Olivia merasa marah, tapi dia tidak tahu harus marah kepada siapa! Pada ayahnya yang tega menjualnya? Pada dirinya sendiri yang menyerahkan diri? Atau pada Armand Raharja yang membuat hidupnya menjadi semakin menyedihkan seperti ini? Olivia menarik napas dalam-dalam, layaknya seorang pengantin wanita pada umumnya, gadis itu berjalan dengan perlahan hingga ia sampai dan berdiri tepat di samping Reagan. Mata hitam Olivia menatap ke arah Reagan yang menatap ke depan dengan tatapan kosong. Tidak terlihat sama sekali binar kehidupan di dalam mata hitam kelamnya. ‘Selain lumpuh, ternyata dia juga … buta?’ "Baik, karena kedua mempelai sudah hadir, saya akan memulai upacara pernikahannya!" **** Acara pernikahan yang dilangsungkan sejak pagi tadi berakhir di malam hari. Olivia sudah resmi berstatus sebagai istri dari Reagan Raharja, pewaris sekaligus CEO dari Raharja Group yang ternyata lumpuh dan buta karena mengalami kecelakaan beberapa minggu sebelum hari pernikahannya. Sepertinya hal ini pula yang membuat tunangannya, Amelia, memilih kabur karena tidak ingin menikah dengan Reagan yang sudah tidak lagi sempurna seperti dulu. Olivia masuk ke dalam sebuah kamar yang diarahkan oleh seorang pelayan dengan gugup. Kamar itu terlihat sudah dihias sedemikian rupa dengan dekorasi ala pengantin baru. Gadis itu tidak menyangka akan tiba hari di mana ia resmi menjadi istri dari seseorang, Olivia merasa gelisah. "Astaga, apa yang harus aku lakukan sekarang?" Namun, di tengah kegelisahannya tentang malam pertama yang akan ia lalui, suara pintu kamar mandi terbuka, menampilkan seorang pria berwajah tampan dengan bathrobe yang masih terpasang rapi di tubuh atletisnya. Tetesan-tetesan air terlihat berjatuhan dari rambut hitam legam milik Reagan membuat Olivia tanpa sadar terpesona akan pemandangan yang terlihat di depannya. Menyadari bahwa ia melakukan hal yang tak pantas, Olivia dengan cepat menggelengkan kepalanya, berusaha menyadarkan dirinya sendiri. "Reagan?" Reagan yang buta dengan cepat menoleh ke arah suara, terkejut saat mendengar suara seorang perempuan di dalam kamarnya. "Kau! Apa yang kau lakukan di kamarku?!" "Maaf Reagan, aku tidak tahu harus tidur di mana dan pelayan mengarahkanku untuk masuk ke kamar ini." jelas Olivia membuat Reagan mengerutkan alisnya tajam tanda bahwa ia sedang kesal. Memutuskan untuk tidak menjawab Olivia, Reagan mengarahkan kursi rodanya ke sebuah lemari, kedua tangannya mencoba meraba gagang pintu lemari dan membukanya. Pria tampan itu dengan asal meraih pakaian yang memang sudah ditata sedemikian rupa dalam bentuk satu set agar ia tidak kesusahan untuk mencari satu per satu pakaiannya. Tanpa memedulikan Olivia yang berada tak jauh darinya, Reagan mulai melepaskan bathrobe yang terpasang di tubuhnya, berniat untuk mengganti pakaiannya. Olivia yang melihat Reagan merasa ingin membantu, biar bagaimana pun dengan kondisi Reagan yang seperti itu, memakai pakaian adalah hal yang sulit. Gadis itu dengan cepat berjalan mendekat ke arah Reagan, disentuhnya lengan Reagan yang tidak tertutup sehelai kain pun dengan lembut. "Biarkan aku membantumu." Reagan yang merasakan hal itu tersentak kaget, dia dengan segera menepis tangan Olivia yang memegang lengannya dengan kasar. "Apa yang kau lakukan?! Beraninya kau menyentuh tubuhku?!" Olivia yang mendengar itu terkejut, tanpa sadar ia berucap dengan terbata, "A-aku hanya ingin membantumu! Kau terlihat kesusahan memakainya, jadi aku—" Reagan tersenyum sinis, kedua matanya yang gelap memandang kosong ke arah yang ia yakini tempat Olivia berdiri. "Kau pikir aku akan mempercayaimu?"Olivia terdiam, tidak tahu bagaimana harus membela diri.
Reagan meletakkan pakaian yang baru saja akan ia pakai itu di atas pangkuannya, lalu mendorong kursi rodanya ke arah pintu kamar.Namun, sebelum benar-benar meninggalkan Olivia yang masih terpaku, Reagan berkata dengan nada dingin, "Dengar, Olivia atau siapapun namamu! Sampai kapanpun aku tidak akan menerimamu sebagai istriku!"
Mansion Keluarga Raharja,Jakarta, IndonesiaPagi telah tiba, matahari pun mulai memunculkan sinarnya yang terang. Pintu kamar Reagan tiba-tiba terbuka, ibu dari Reagan, Nindi Raharja masuk ke dalam kamar putranya bersama dengan dua pelayan di belakangnya. Dilihatnya gadis yang baru menikah dengan putranya itu tengah tertidur sendirian di atas ranjang milik Reagan. Nindi mendengus kesal, sejak awal ia tidak menyetujui ide Armand yang membawa gadis sialan ini masuk ke dalam rumah ini sebagai pengantin pengganti untuk Reagan. Namun, apa yang bisa ia lakukan? Kepergian Amelia membuatnya harus menerima gadis rendahan ini menikah dengan Reagan tepat di depan matanya.Dengan wajah angkuhnya, Nindi memberi isyarat pada salah satu pelayan dan diangguki oleh pelayan tersebut. Dengan tidak berperasaannya, pelayan tersebut menyiram Olivia yang sedang tidur dengan seember air tepat di wajahnya membuat gadis itu terbangun dengan gelagapan karena terkejut."Enak sekali jam segini masih tidur? Bang
Di sore harinya, setelah insiden tidak menyenangkan yang terjadi pagi tadi Olivia memilih berjalan-jalan di sekitar area taman belakang. Rumah keluarga Raharja memang terbilang sangat luas, jarak dari gerbang depan hingga ke pintu masuk utama harus ditempuh dengan kendaraan. Tak heran, sebagai rumah keluarga konglomerat, mansion keluarga Raharja juga memiliki taman belakang yang sangat luas dengan banyak jenis bunga yang ditanam di dalamnya. Olivia tersenyum senang, setidaknya untuk hal ini ia tidak dilarang oleh keluarga Raharja. Bi Ira, kepala pelayan keluarga Raharja mengatakan pada Olivia bahwa mulai hari ini kamarnya akan diletakkan terpisah dengan kamar Reagan. Olivia yang mengetahui hal itu merasa tidak masalah, gadis itu tahu bahwa sejak awal Reagan memang tidak menyukainya. Menatap ke sekelilingnya, pandangan Olivia tidak sengaja menemukan Reagan yang duduk di kursi rodanya di tengah hamparan bunga mawar merah yang mekar. 'Reagan? Apa yang sedang ia lakukan di sana?' bati
Di dalam kamar mereka, Armand menatap istrinya yang terlihat marah dengan ekspresi lelah. "Hentikan amarahmu yang tidak berguna itu, Nindi." "Bagaimana aku tidak marah, Armand! Sampai kapan aku harus terus melihat gadis rendahan itu menjadi istri putraku! Aku benar-benar membencinya!" sembur Nindi pada suaminya, Armand Raharja. "Aku tahu! Tapi, bertahanlah sebentar! Bukan hanya kau satu-satunya orang yang membencinya, aku juga! Jika bukan karena terpaksa aku juga tidak akan menjadikan gadis itu sebagai istri Reagan!" "Gadis tidak berguna itu selalu membuatku kesal! Kenapa kau tidak mencari yang lebih baik darinya hah?!" Perdebatan mereka terdengar sangat nyaring di dalam kamar tersebut, beruntung masing-masing kamar di rumah ini sengaja dibuat kedap suara, jadi tidak akan ada satu pun yang akan mendengar perdebatan mereka tentang Olivia. "Kau tenang saja, istriku! Secepatnya aku akan mencari cara untuk mengeluarkan gadis itu secara paksa dari rumah ini sebelum ibu semakin ka
Mansion Keluarga Raharja,Jakarta, IndonesiaHari ini mansion keluarga Raharja terasa sangat sepi, Tuan dan Nyonya Besar Raharja—Sophie dan Hardian—tengah pergi ke luar negeri untuk melakukan perjalanan bisnis. Sedangkan Armand dan Nindi sendiri harus pergi ke luar kota untuk menghadiri sebuah pesta ulang tahun perusahaan milik keluarga konglomerat lainnya.Beruntung bagi Olivia karena hari ini dia seakan terbebas dari tekanan berat yang diberikan oleh anggota keluarga Raharja. Saat ini Olivia tengah berada di dapur, berkutat dengan berbagai macam bahan makanan yang akan menjadi menu makan malam hari ini bersama Bi Ira yang juga terlihat sibuk di sampingnya.Menghabiskan beberapa waktu bersama sang kepala pelayan membuat Olivia mengerti bahwa sebenarnya Bi Ira tidak benar-benar membencinya. Hanya saja wanita paruh baya itu memang memiliki karakter yang pendiam dan selalu serius di setiap waktu membuat Bi Ira terlihat sedikit mengintimidasi.Olivia tersenyum, cukup bersyukur karena a
Keesokan harinya, waktu menunjukkan pukul enam pagi, Olivia bangun dengan perasaan yang baik saat ini. Percakapannya dengan Reagan kemarin malam membuat Olivia memutuskan untuk tetap bergerak maju.Berbeda dengan biasanya, Olivia yang selalu membantu Bi Ira kini memilih untuk berjalan ke taman belakang. Tinggal selama beberapa hari di mansion ini membuat Olivia cukup hafal dengan kebiasaan Reagan.Pria itu akan bangun pagi sekali lalu berjemur di area taman belakang dari pukul enam sampai tujuh pagi sebelum kembali masuk ke dalam mansion untuk sarapan.Sesampainya di taman belakang, Olivia tersenyum lebar. Dilihatnya Reagan yang tengah terdiam di atas kursi rodanya di antara hamparan bunga mawar merah."Reagan!" panggil Olivia sembari tersenyum lebar.Reagan yang awalnya memejamkan matanya kini membuka matanya, binar kosongnya menatap datar ke arah yang ia yakini suara Olivia berasal."Kau! Apa yang kau lakukan di sini?" seru Reagan dingin."Aku? Hmm ... menemanimu." jawab Olivia deng
Di dapur, Olivia menyiapkan sarapan untuk Reagan dengan raut wajah yang terlihat senang. Bi Ira yang memang berada di sampingnya hanya menatap Olivia sembari menaikkan sebelah alisnya.Wanita paruh baya yang telah lama bekerja sebagai kepala pelayan keluarga Raharja itu merasa penasaran, namun tidak mengatakan apa pun karena ia sadar bahwa bukan tempatnya untuk lancang pada sang majikan.Meskipun hampir semua anggota keluarga Raharja tidak mengakui Olivia sebagai menantu di keluarga ini, namun pernikahan tetaplah pernikahan. Saat ini Olivia tetaplah istri sah dari sang Tuan Muda Raharja.Tanpa mengetahui bahwa sejak tadi Bi Ira memperhatikannya, Olivia dengan santainya menata makanan yang telah ia masak ke atas piring yang sudah disediakan sebelumnya dengan hati-hati.'Aku berharap bisa memperbaiki hubunganku dengan Reagan dengan lancar!' ucap Olivia dalam hati.Berbeda dengan hari sebelumnya yang hanya menggunakan nampan, kali ini Olivia menggunakan troli khusus untuk membawa makanan
Sudah tiga hari sejak peringatan keras yang diberikan oleh Nindi, sejak saat itu pula Olivia tidak bisa menemui Reagan sama sekali karena Nindi benar-benar mengawasi pergerakannya setiap saat dengan ketat.Banyak cara yang telah dilakukan oleh Nindi, seperti menghabiskan waktu dengan Reagan, mengawasi Olivia dengan kedua matanya sendiri, meminta Olivia melakukan banyak hal seperti seorang pelayan, atau bahkan meminta pelayan lain kepercayaannya untuk mengawasi Olivia menggantikan dirinya yang mungkin sedang sibuk dengan hal lain.Saat ini Olivia hanya bisa duduk terdiam di dalam kamarnya, Olivia merasa jaraknya dengan Reagan terasa semakin jauh. Pria muda itu menjadi semakin sulit untuk Olivia gapai.Menghela napas lelah, memikirkan semua ini membuat kepala Olivia lama-lama terasa berat. Tenggorokkannya juga terasa sangat kering, sepertinya ia harus pergi ke dapur untuk mengambil air minum.Dengan langkah yang terasa sedikit berat, Olivia berjalan keluar dari kamarnya menuju ke arah d
Di keesokan paginya, Olivia keluar dari area mansion keluarga Raharja. Beruntungnya ia tidak dibatasi oleh Armand Raharja untuk keluar dari area mansion sekedar hanya untuk mencari udara segar.Berjalan tidak begitu jauh dari mansion, Olivia tanpa sengaja menemukan sebuah taman yang cukup ramai diisi oleh beberapa orang yang sengaja menghabiskan waktu di tempat tersebut.Terlihat juga banyak anak kecil yang sedang bermain bersama di tengah area taman yang luas tersebut. Olivia memilih mencari sudut taman yang lebih sepi, gadis itu mendudukkan tubuhnya di sebuah bangku taman panjang yang memang disediakan di sana.Dapat Olivia lihat beberapa keluarga kecil tengah melakukan piknik di atas rumput, aura kebahagiaan mereka tanpa sadar membuat Olivia yang sedang menatap mereka tersenyum lebar.Mendadak Olivia teringat dengan masa kecilnya yang terbilang manis, sebelum ayahnya menjadi seorang penjudi dan pemabuk, pria itu adalah sosok ayah dan suami yang sangat menyayangi keluarganya. Tak j
Kejadian hampir jatuhnya Reagan ke kolam renang dengan cepat didengar oleh Sophie Raharja, sang Nyonya Besar Raharja itu dengan cepat terbang kembali ke Jakarta, beruntungnya Reagan tidak mengalami luka apa pun. Hanya saja, orang yang menyelamatkannya harus mengalami cedera di kakinya. Karena itu, Sophie ingin berterima kasih dengan benar pada orang yang telah menyelamatkan Reagan, yaitu Olivia.Kepulangan Sophie disambut oleh Bi Ira dan para pelayan lainnya. Bahkan Nindi juga ikut menyambut sang ibu mertua yang sudah cukup lama berada di Jerman untuk menemani sang suami, Hardian."Bagaimana kondisi Reagan setelah insiden itu, Nindi? Apa cucuku baik-baik saja?" tanya Sophie pada Nindi yang kini berada di depannya."Reagan baik-baik saja, ibu. Beruntungnya kursi rodanya tidak menggelincir sampai masuk ke kolam renang." jawab Nindi singkat, wanita paruh baya itu tidak menjelaskan secara detail kejadian tersebut karena ia tidak ingin menceritakan tentang Olivia pada ibu mertuanya.Lagi
Karena insiden tidak terduga itu, kini perlakuan Reagan terhadap Olivia menjadi sedikit lebih baik. Walaupun tidak sering menemuinya, Reagan menunjukkan sedikit respon baik saat pria itu menjenguknya meski hanya sebentar.Meski cedera pada kakinya membuat Olivia tidak bisa bergerak dengan bebas saat ini, entah kenapa rasa sakit yang ia rasakan pada kakinya itu menghilang ketika ia melihat Reagan datang menjenguknya.Perasaan bahagia justru lebih mendominasi Olivia saat ini, ditatapnya Reagan yang kini duduk di atas kursi rodanya yang berada di samping tempat tidur Olivia. Meski Olivia tahu bahwa Reagan tidak bisa melihatnya, Olivia tetap merasa senang.Kedatangan Reagan seolah-olah menjadi obat tersendiri untuknya yang saat ini hanya bisa berbaring di kasurnya tanpa bisa melakukan apa-apa. Tanpa sadar seulas senyum terbit di wajah cantik Olivia."Terima kasih karena sudah mau menjengukku, Reagan." ucap Olivia yang akhirnya memecah keheningan di antara mereka.Suasana canggung terlihat
Reagan menarik napas dalam-dalam, setelah satu minggu lebih ia hanya mendekam di dalam kamarnya dan perpustakaan pribadinya, dia akhirnya bisa keluar dan menghirup udara segar.Selama satu minggu ini juga ia akhirnya bisa bebas dari gangguan makhluk bernama Olivia itu, perasaan tenang menyelimuti hatinya. Saat ini ia berada di dekat area kolam renang, menikmati keheningan tanpa suara yang membuatnya merasa nyaman.Reagan tidak mengerti, apa yang membuat gadis itu bersikeras mendekatinya dengan berpura-pura baik padanya? Apa karena ia ingin diakui dan diterima sebagai anggota keluarga Raharja? Atau ia ingin mendapatkan sebagian harta miliknya?Tapi, apa pun itu, Reagan tidak peduli. Pria itu tidak akan membiarkan Olivia berhasil mendapatkan tujuannya. Reagan menggelengkan kepalanya pelan, tidak ingin lagi memikirkan gadis menyebalkan itu saat ini.Mata Reagan yang buta menatap lurus ke depan, sebenarnya ia tengah menunggu kedatangan Elvino yang memang akan memberi laporan padanya. Kare
Melihat hubungan Reagan dan Olivia yang semakin memburuk, di dalam kamarnya Nindi sedang tertawa bahagia. Dia merasa tidak perlu harus bersusah payah karena rupanya gadis itu sendirilah yang menghancurkan hubungannya dengan Reagan.Hal ini menjadi kabar baik baginya dan Armand, sudah berhari-hari Nindi melihat Olivia yang kebingungan karena Reagan menghindarinya. Hal itu cukup membuat Nindi merasa puas. Sayangnya, masih jauh sampai ia bisa mengeluarkan Olivia dan memisahkan keduanya sepenuhnya."Kenapa kau tertawa seperti itu, Nindi?" tanya Armand yang baru masuk ke dalam kamarnya menatap kebingungan ke arah istrinya yang tiba-tiba tertawa keras."Kau tahu, Armand? Sepertinya sekarang hubungan Reagan dan Olivia semakin jauh! Reagan terlihat semakin membenci gadis rendahan itu!" jelas Nindi dengan raut yang bahagia.Armand berjalan mendekat ke arah Nindi sembari menaikkan sebelah alisnya, "Benarkah?""Tentu saja! Apa sekarang kau tidak percaya padaku?" ucap Nindi sembari memandang taja
Sudah hampir satu minggu sejak pembicaraan terakhir Olivia bersama Reagan, kini Olivia merasa bahwa Reagan sengaja menjauhinya. Pria itu hampir tidak terlihat di sudut mansion mana pun, sepertinya ia berada di dalam kamarnya selama seharian penuh.Olivia bahkan tidak menemukan Reagan di halaman belakang setiap pagi hari seperti biasanya, pria itu bahkan meninggalkan rutinitas paginya hanya untuk menghindar dari Olivia. Reagan bahkan tidak membiarkan siapa pun masuk ke dalam kamarnya kecuali Bi Ira yang memang harus mengantarkan makanan dan obatnya.Olivia menghela napas pelan, saat ini ia duduk di bangku taman yang memang berada di halaman belakang mansion. Kedua tangannya memegang sebuah buku sketsa dan pensil yang memang ia gunakan untuk menggambar.Setelah meminta pada Bi Ira akhirnya Olivia mendapatkan sebuah buku sketsa dan juga alat untuk menggambar seperti pena pan pensil. Gadis berusia 25 tahun itu memang memiliki hobi melukis sejak kecil sama seperti ibunya.Pandangannya terp
Sehari setelahnya, Olivia yang sedang berjalan di area lantai satu mansion tiba-tiba berpapasan dengan Reagan yang sedang melintas di depannya dengan Bi Ira yang mendorong kursi rodanya dari belakang.Sepertinya pria itu berniat untuk menuju ke kamarnya, Olivia yang melihat itu menghentikan langkahnya. Gadis muda itu menelan ludahnya gugup, merasa bingung apakah ia harus menghentikan Reagan untuk menjelaskan semuanya atau membiarkan pria itu pergi begitu saja.Setelah memikirkannya secara singkat, Olivia dengan cepat berbalik dan mengejar Reagan yang sudah melintas cukup jauh di belakangnya bersama dengan Bi Ira. "Reagan, boleh aku bicara sebentar denganmu?""Tuan Muda?" Bi Ira yang melihat Olivia tengah berusaha mengajak Reagan berbicara hanya terdiam sebelum akhirnya ikut bersuara, merasa kasihan dengan usaha Olivia yang sepertinya tidak dihiraukan ole Reagan.Reagan hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, raut wajahnya terlihat dingin tanpa ekspresi. "Biarkan saja, Bi.
Sore harinya, Elvino—asisten pribadi sekaligus sekretaris dari Reagan datang ke mansion keluarga Raharja. Rupanya pria itu berniat menemui sang tuan, dengan penampilan khas dari kantor, Elvino pergi menemui Reagan yang tengah berada di perpustakaan pribadinya."Tuan Muda?" panggil Elvino pada Reagan yang tengah duduk di kursi rodanya dengan posisi yang membelakanginya."Katakan saja, aku akan mendengarkanmu." jawab Reagan tanpa menolehkan kepalanya sedikitpun."Siang tadi, saat jam makan siang berlangsung, saya tanpa sengaja mendengar percakapan dari beberapa direktur tentang anda." Reagan tersenyum miring, "berani sekali ... apa yang mereka katakan tentangku?"Elvino menatap siluet tuannya dengan gugup, "Saya memiliki rekaman suara percakapan mereka, akan saya putarkan untuk anda."Melihat Reagan yang diam menunggu, Elvino dengan cepat mengeluarkan ponselnya. Diputarnya rekaman suara berdurasi beberapa menit itu dengan volume yang cukup keras di dekat Reagan."Kalian tahu, satu-satu
Bi Ira adalah kepala pelayan, pengasuh Reagan saat masih kecil, sekaligus orang kepercayaan dari sang Nyonya Besar Raharja, Sophie Raharja. Puluhan tahun ia telah bekerja dan mengabdikan diri pada keluarga Raharja yang terhormat.Sebagai kepala pelayan, tentu Bi Ira mengetahui banyak tentang hal-hal yang sudah terjadi di dalam mansion ini. Selain mengendalikan para pelayan dan tukang kebun yang jumlahnya sangat banyak, Bi Ira memiliki tugas yang sangat penting di dalam mansion tersebut.Dia adalah seorang pengawas yang ditugaskan secara langsung oleh Sophie Raharja, sudah sejak lama Bi Ira menjadi mata dan tangan kanan Sophie. Di balik sikapnya yang pendiam dan terlihat dingin, Bi Ira selalu mengawasi semua hal yang terjadi di dalam mansion keluarga Raharja.Seperti saat ini, sejak kedatangan Olivia Hermawan ke dalam mansion ini sebagai istri dari Reagan, Sophie dengan cepat meminta Bi Ira untuk mengawasi gerak-gerik gadis muda itu. Sesuai keinginan sang Nyonya Besar, Bi Ira diam-dia
Malam harinya, Olivia sudah memutuskan. Dia akan tetap mendekati Reagan meskipun Nindi tidak mengizinkannya. Olivia ingin membuat Reagan percaya padanya bahwa ia benar-benar ingin memperbaiki hubungan mereka.Olivia tidak mempermasalahkan kondisi Reagan yang berbeda dari kebanyakan orang, ia sudah memilih untuk tetap berada di samping Reagan dan membantunya untuk kembali menjadi Reagan yang bahagia.Ekspresi muram Reagan selalu membuat Olivia merasa tidak nyaman, dia ingin membuat Reagan menjadi bisa lebih bahagia dan tersenyum dengan lebar. Dengan begitu wajah Reagan pasti akan semakin tampan dan menawan.Tunggu! Apa?!Olivia berdeham pelan, gadis cantik itu dengan cepat menepuk dahinya sedikit keras. Bagaimana bisa ia berpikir seperti itu?! Astaga! Sepertinya ada yang salah pada diri Olivia saat ini!Menghembuskan napas panjang, Olivia menggerutu pelan. Tidak boleh! Dia sama sekali tidak boleh berpikiran seperti itu pada Reagan! Olivia hanya harus fokus untuk membuat pria itu menjad