“Olivia, kau harus menuruti semua perintah Tuan Armand! Kalau tidak, nyawaku jadi taruhannya!”
Olivia yang baru dibawa masuk ke sebuah ruang privat seketika membelalak melihat posisi ayahnya yang berlutut di lantai. Kedua sisi bahunya ditekan oleh dua pria berpakaian hitam. "Ayah, apa yang terjadi?!” tanya Olivia panik saat melihat kondisi ayahnya yang babak belur. “Apa yang kalian lakukan pada ayahku?!” serunya pada semua orang yang ada di ruangan itu. "Senang bertemu denganmu, Olivia Hermawan,” ujar sebuah suara, membuat Olivia segera menoleh. Seorang pria paruh baya duduk di kursi kebesarannya dengan wajah angkuh. “Aku Armand Raharja, Direktur Utama Raharja Group tempat ayahmu bekerja dan juga melakukan penggelapan uang." "A-apa?!" kedua mata Olivia membulat lebar. “Penggelapan uang?! Ayahku tidak mungkin melakukan hal itu!” "Itu semua benar, Oliv!” sela ayahnya. “Aku memberikanmu pada Tuan Armand sebagai penebus hutangku padanya. Yang perlu kau lakukan adalah menuruti semua perintah Tuan Armand!” “Apa? Ayah… menjualku?” tanya Olivia tak percaya. Dadanya terasa sesak seolah dihimpit beban yang sangat berat. “Tiga miliar.” Ucapan itu membuat Olivia menoleh pada Armand yang sedari tadi memperhatikan drama itu di depan matanya. “Kau hanya perlu membayar tiga miliar jika tak ingin menyerahkan diri padaku,” katanya, membuat Olivia lagi-lagi membelalak tak percaya. “Ayah, katakan bahwa semua ini tidak benar! Untuk apa ayah menggelapkan dana sebanyak itu—” “Akh!” Ucapan Olivia terhenti saat melihat ayahnya kembali disiksa. Matanya memanas saat melihat dua bodyguard yang menahan ayahnya sengaja menekan tubuhnya yang sudah babak belur, membuatnya semakin kesakitan. "Dengar, Olivia! Sekarang adalah kesempatanmu untuk menjadi anak yang berguna untukku! Kau harus patuh pada semua perintah Tuan Armand agar aku bisa bebas dari tempat ini!" Napas Olivia tercekat, ia tak menyangka setelah semua ini ayahnya justru menjualnya seperti sebuah barang. Tapi ia juga tak tega melihat kondisi ayahnya yang tidak berdaya. “Waktumu tidak banyak,” kata Armand, berdiri dari kursi kebesarannya dan berjalan ke arah pintu. Kedua bodyguard itu kini kembali bergerak memukuli tubuh Rangga di berbagai sisi. Rangga hanya bisa meringkuk pasrah di atas lantai yang dingin saat kedua bodyguard itu memukul tubuhnya tanpa ampun, rasa sakit menjalar ke seluruh bagian tubuhnya tanpa terkecuali. Tubuh Olivia membeku, dipandangnya sang ayah yang sudah terkapar penuh luka dengan sorot mata yang bergetar tidak tega. Dengan cepat Olivia mengejar Armand yang akan keluar dari ruangan tersebut, "Tuan Armand, aku mohon lepaskan ayahku!" Armand tampak tidak peduli, raut wajahnya dingin tanpa belas kasihan. Terlihat jelas bahwa ucapan penuh permohonan dari Olivia tidak membuat pria itu luluh. "Ba-baiklah! Aku setuju! Jadi tolong, lepaskan ayahku…." sahut Olivia dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Armand menghentikan langkahnya dan berbalik, tatapan angkuh terlihat di wajahnya yang tidak lagi muda. Lalu ia berkata pada asistennya, “Tony, singkirkan pria itu dari rumahku.” Mendengar itu, Rangga mendongakkan kepalanya dengan raut lega, akhirnya ia bisa terbebas dari tekanan Armand Raharja. Namun, ucapan selanjutnya dari Armand membuat Rangga menelan ludahnya kasar, "Dan kau! Jangan pernah sekalipun kau memunculkan dirimu di depanku lagi, atau aku akan benar-benar membunuhmu saat itu juga." "Baik! Sa-saya mengerti, Tuan!" jawab Rangga dengan cepat. Olivia hanya bisa terdiam melihat ayahnya yang akhirnya dibawa pergi oleh dua bodyguard dan seorang pria dengan jas abu-abu itu. Kini hanya ada dia dan Armand Raharja yang berada di ruangan tersebut. Armand mendudukkan kembali tubuhnya di kursi kebesarannya, tatapannya yang dingin dan gelap menilai Olivia dari atas ke bawah. Begitu mengintimidasi hingga tanpa sadar tubuh Olivia meremang takut. Armand yang melihat itu hanya berdecak dan menarik napas pendek. “Olivia Hermawan, kau akan menjadi pengantin pengganti untuk putra tunggalku, Reagan Raharja.” Olivia seketika mematung. “A-apa? Pengantin pengganti? Maksud Anda—” “Aku memilihmu hanya karena terpaksa,” sela Armand, menatap Olivia dengan pandangan yang merendahkan. “Jadi jangan harap aku akan menerimamu sepenuhnya sebagai menantuku. Kau hanyalah gadis rendahan yang tidak pantas untuk bersanding dengan putraku!" Olivia hanya bisa menelan ludah atas penghinaan dari pria itu. “A-aku mengerti, Tuan,” katanya. “Aku akan melakukan apa pun yang Tuan minta, asalkan Tuan tidak lagi menyakiti ayahku," ucapnya pasrah. Air matanya jatuh membasahi kedua pipi putihnya yang halus. "Tony! Bawa dan kurung dia di kamar yang sudah aku sediakan! Aku tidak ingin dia kabur sebelum pernikahan dilangsungkan!" perintah mutlak Armand membuat Tony dan seorang bodyguard lainnya menarik paksa Olivia pergi dari sana. **** Di sisi lain, seorang pria terdiam di dalam kamarnya yang sepi. Wajah tampannya tampak datar tanpa ekspresi. Kondisinya yang buta dan lumpuh membuat suasana kamar semakin sunyi. Akibat kecelakaan hebat yang menimpanya beberapa minggu yang lalu, kakinya menjadi lumpuh dan matanya mengalami kebutaan. Seolah belum cukup sial, tunangan yang sangat ia cintai menghilang sehari sebelum pernikahan dilangsungkan. Reagan terkekeh kecil, tak menyangka bahwa nasibnya akan seburuk ini. Ayahnya mengatakan akan menemukan pengantin pengganti untuknya, dengan begitu pernikahan tetap bisa dilakukan meski tanpa kehadiran Amelia di sisinya. Dan Reagan tidak punya pilihan lain. Cacat dan batal menikah karena ditinggalkan calon pengantin tentu akan merusak reputasi keluarganya. Reagan menghela napas panjang, satu-satunya yang bisa ia lakukan saat ini hanya menerima semua yang diatur oleh ayah dan ibunya. Wajah tampannya tampak mengeras. Kepada asisten pribadi yang setia menunggunya, Reagan berkata, “Cari tahu informasi tentang pengantin penggantiku. Aku ingin tahu perempuan seperti apa yang diberikan ayah untukku!"Olivia hanya bisa terduduk pasrah di dalam sebuah kamar tempatnya dikurung. Gadis itu tidak bisa kabur atau pun menghindar lagi sekarang. Pintu kamar itu dikunci dari luar, dan tidak ada jendela sama sekali di kamar itu. “Ya Tuhan … kenapa jadi begini?” lirihnya pada keheningan. Ayahnya dengan tega menjadikannya alat pelunas utang, dan Olivia tentu tak punya uang tiga miliar untuk menebusnya. Tidak ada yang bisa Olivia lakukan lagi selain menunggu dan menerima. Hari ini, ia akan menjadi istri dari pria yang tidak ia ketahui sama sekali seperti apa rupanya. Meski begitu, Olivia berharap bahwa calon suaminya bukanlah pria seburuk ayahnya. Gadis berusia 25 tahun itu tidak ingin hidup seperti ibunya yang tidak bahagia karena menikah dengan pria kasar seperti ayahnya. Sejak dulu impiannya adalah memiliki keluarga yang bisa mencintainya sepenuh hati dan menerima dirinya apa adanya. Namun, impian itu tampaknya terlalu muluk. Para pelayan tiba-tiba datang memasuki kamar Olivi
Mansion Keluarga Raharja,Jakarta, IndonesiaPagi telah tiba, matahari pun mulai memunculkan sinarnya yang terang. Pintu kamar Reagan tiba-tiba terbuka, ibu dari Reagan, Nindi Raharja masuk ke dalam kamar putranya bersama dengan dua pelayan di belakangnya. Dilihatnya gadis yang baru menikah dengan putranya itu tengah tertidur sendirian di atas ranjang milik Reagan. Nindi mendengus kesal, sejak awal ia tidak menyetujui ide Armand yang membawa gadis sialan ini masuk ke dalam rumah ini sebagai pengantin pengganti untuk Reagan. Namun, apa yang bisa ia lakukan? Kepergian Amelia membuatnya harus menerima gadis rendahan ini menikah dengan Reagan tepat di depan matanya.Dengan wajah angkuhnya, Nindi memberi isyarat pada salah satu pelayan dan diangguki oleh pelayan tersebut. Dengan tidak berperasaannya, pelayan tersebut menyiram Olivia yang sedang tidur dengan seember air tepat di wajahnya membuat gadis itu terbangun dengan gelagapan karena terkejut."Enak sekali jam segini masih tidur? Bang
Di sore harinya, setelah insiden tidak menyenangkan yang terjadi pagi tadi Olivia memilih berjalan-jalan di sekitar area taman belakang. Rumah keluarga Raharja memang terbilang sangat luas, jarak dari gerbang depan hingga ke pintu masuk utama harus ditempuh dengan kendaraan. Tak heran, sebagai rumah keluarga konglomerat, mansion keluarga Raharja juga memiliki taman belakang yang sangat luas dengan banyak jenis bunga yang ditanam di dalamnya. Olivia tersenyum senang, setidaknya untuk hal ini ia tidak dilarang oleh keluarga Raharja. Bi Ira, kepala pelayan keluarga Raharja mengatakan pada Olivia bahwa mulai hari ini kamarnya akan diletakkan terpisah dengan kamar Reagan. Olivia yang mengetahui hal itu merasa tidak masalah, gadis itu tahu bahwa sejak awal Reagan memang tidak menyukainya. Menatap ke sekelilingnya, pandangan Olivia tidak sengaja menemukan Reagan yang duduk di kursi rodanya di tengah hamparan bunga mawar merah yang mekar. 'Reagan? Apa yang sedang ia lakukan di sana?' bati
Di dalam kamar mereka, Armand menatap istrinya yang terlihat marah dengan ekspresi lelah. "Hentikan amarahmu yang tidak berguna itu, Nindi." "Bagaimana aku tidak marah, Armand! Sampai kapan aku harus terus melihat gadis rendahan itu menjadi istri putraku! Aku benar-benar membencinya!" sembur Nindi pada suaminya, Armand Raharja. "Aku tahu! Tapi, bertahanlah sebentar! Bukan hanya kau satu-satunya orang yang membencinya, aku juga! Jika bukan karena terpaksa aku juga tidak akan menjadikan gadis itu sebagai istri Reagan!" "Gadis tidak berguna itu selalu membuatku kesal! Kenapa kau tidak mencari yang lebih baik darinya hah?!" Perdebatan mereka terdengar sangat nyaring di dalam kamar tersebut, beruntung masing-masing kamar di rumah ini sengaja dibuat kedap suara, jadi tidak akan ada satu pun yang akan mendengar perdebatan mereka tentang Olivia. "Kau tenang saja, istriku! Secepatnya aku akan mencari cara untuk mengeluarkan gadis itu secara paksa dari rumah ini sebelum ibu semakin ka
Mansion Keluarga Raharja,Jakarta, IndonesiaHari ini mansion keluarga Raharja terasa sangat sepi, Tuan dan Nyonya Besar Raharja—Sophie dan Hardian—tengah pergi ke luar negeri untuk melakukan perjalanan bisnis. Sedangkan Armand dan Nindi sendiri harus pergi ke luar kota untuk menghadiri sebuah pesta ulang tahun perusahaan milik keluarga konglomerat lainnya.Beruntung bagi Olivia karena hari ini dia seakan terbebas dari tekanan berat yang diberikan oleh anggota keluarga Raharja. Saat ini Olivia tengah berada di dapur, berkutat dengan berbagai macam bahan makanan yang akan menjadi menu makan malam hari ini bersama Bi Ira yang juga terlihat sibuk di sampingnya.Menghabiskan beberapa waktu bersama sang kepala pelayan membuat Olivia mengerti bahwa sebenarnya Bi Ira tidak benar-benar membencinya. Hanya saja wanita paruh baya itu memang memiliki karakter yang pendiam dan selalu serius di setiap waktu membuat Bi Ira terlihat sedikit mengintimidasi.Olivia tersenyum, cukup bersyukur karena a
Keesokan harinya, waktu menunjukkan pukul enam pagi, Olivia bangun dengan perasaan yang baik saat ini. Percakapannya dengan Reagan kemarin malam membuat Olivia memutuskan untuk tetap bergerak maju.Berbeda dengan biasanya, Olivia yang selalu membantu Bi Ira kini memilih untuk berjalan ke taman belakang. Tinggal selama beberapa hari di mansion ini membuat Olivia cukup hafal dengan kebiasaan Reagan.Pria itu akan bangun pagi sekali lalu berjemur di area taman belakang dari pukul enam sampai tujuh pagi sebelum kembali masuk ke dalam mansion untuk sarapan.Sesampainya di taman belakang, Olivia tersenyum lebar. Dilihatnya Reagan yang tengah terdiam di atas kursi rodanya di antara hamparan bunga mawar merah."Reagan!" panggil Olivia sembari tersenyum lebar.Reagan yang awalnya memejamkan matanya kini membuka matanya, binar kosongnya menatap datar ke arah yang ia yakini suara Olivia berasal."Kau! Apa yang kau lakukan di sini?" seru Reagan dingin."Aku? Hmm ... menemanimu." jawab Olivia deng
Di dapur, Olivia menyiapkan sarapan untuk Reagan dengan raut wajah yang terlihat senang. Bi Ira yang memang berada di sampingnya hanya menatap Olivia sembari menaikkan sebelah alisnya.Wanita paruh baya yang telah lama bekerja sebagai kepala pelayan keluarga Raharja itu merasa penasaran, namun tidak mengatakan apa pun karena ia sadar bahwa bukan tempatnya untuk lancang pada sang majikan.Meskipun hampir semua anggota keluarga Raharja tidak mengakui Olivia sebagai menantu di keluarga ini, namun pernikahan tetaplah pernikahan. Saat ini Olivia tetaplah istri sah dari sang Tuan Muda Raharja.Tanpa mengetahui bahwa sejak tadi Bi Ira memperhatikannya, Olivia dengan santainya menata makanan yang telah ia masak ke atas piring yang sudah disediakan sebelumnya dengan hati-hati.'Aku berharap bisa memperbaiki hubunganku dengan Reagan dengan lancar!' ucap Olivia dalam hati.Berbeda dengan hari sebelumnya yang hanya menggunakan nampan, kali ini Olivia menggunakan troli khusus untuk membawa makanan
Sudah tiga hari sejak peringatan keras yang diberikan oleh Nindi, sejak saat itu pula Olivia tidak bisa menemui Reagan sama sekali karena Nindi benar-benar mengawasi pergerakannya setiap saat dengan ketat.Banyak cara yang telah dilakukan oleh Nindi, seperti menghabiskan waktu dengan Reagan, mengawasi Olivia dengan kedua matanya sendiri, meminta Olivia melakukan banyak hal seperti seorang pelayan, atau bahkan meminta pelayan lain kepercayaannya untuk mengawasi Olivia menggantikan dirinya yang mungkin sedang sibuk dengan hal lain.Saat ini Olivia hanya bisa duduk terdiam di dalam kamarnya, Olivia merasa jaraknya dengan Reagan terasa semakin jauh. Pria muda itu menjadi semakin sulit untuk Olivia gapai.Menghela napas lelah, memikirkan semua ini membuat kepala Olivia lama-lama terasa berat. Tenggorokkannya juga terasa sangat kering, sepertinya ia harus pergi ke dapur untuk mengambil air minum.Dengan langkah yang terasa sedikit berat, Olivia berjalan keluar dari kamarnya menuju ke arah d
Kejadian hampir jatuhnya Reagan ke kolam renang dengan cepat didengar oleh Sophie Raharja, sang Nyonya Besar Raharja itu dengan cepat terbang kembali ke Jakarta, beruntungnya Reagan tidak mengalami luka apa pun. Hanya saja, orang yang menyelamatkannya harus mengalami cedera di kakinya. Karena itu, Sophie ingin berterima kasih dengan benar pada orang yang telah menyelamatkan Reagan, yaitu Olivia.Kepulangan Sophie disambut oleh Bi Ira dan para pelayan lainnya. Bahkan Nindi juga ikut menyambut sang ibu mertua yang sudah cukup lama berada di Jerman untuk menemani sang suami, Hardian."Bagaimana kondisi Reagan setelah insiden itu, Nindi? Apa cucuku baik-baik saja?" tanya Sophie pada Nindi yang kini berada di depannya."Reagan baik-baik saja, ibu. Beruntungnya kursi rodanya tidak menggelincir sampai masuk ke kolam renang." jawab Nindi singkat, wanita paruh baya itu tidak menjelaskan secara detail kejadian tersebut karena ia tidak ingin menceritakan tentang Olivia pada ibu mertuanya.Lagi
Karena insiden tidak terduga itu, kini perlakuan Reagan terhadap Olivia menjadi sedikit lebih baik. Walaupun tidak sering menemuinya, Reagan menunjukkan sedikit respon baik saat pria itu menjenguknya meski hanya sebentar.Meski cedera pada kakinya membuat Olivia tidak bisa bergerak dengan bebas saat ini, entah kenapa rasa sakit yang ia rasakan pada kakinya itu menghilang ketika ia melihat Reagan datang menjenguknya.Perasaan bahagia justru lebih mendominasi Olivia saat ini, ditatapnya Reagan yang kini duduk di atas kursi rodanya yang berada di samping tempat tidur Olivia. Meski Olivia tahu bahwa Reagan tidak bisa melihatnya, Olivia tetap merasa senang.Kedatangan Reagan seolah-olah menjadi obat tersendiri untuknya yang saat ini hanya bisa berbaring di kasurnya tanpa bisa melakukan apa-apa. Tanpa sadar seulas senyum terbit di wajah cantik Olivia."Terima kasih karena sudah mau menjengukku, Reagan." ucap Olivia yang akhirnya memecah keheningan di antara mereka.Suasana canggung terlihat
Reagan menarik napas dalam-dalam, setelah satu minggu lebih ia hanya mendekam di dalam kamarnya dan perpustakaan pribadinya, dia akhirnya bisa keluar dan menghirup udara segar.Selama satu minggu ini juga ia akhirnya bisa bebas dari gangguan makhluk bernama Olivia itu, perasaan tenang menyelimuti hatinya. Saat ini ia berada di dekat area kolam renang, menikmati keheningan tanpa suara yang membuatnya merasa nyaman.Reagan tidak mengerti, apa yang membuat gadis itu bersikeras mendekatinya dengan berpura-pura baik padanya? Apa karena ia ingin diakui dan diterima sebagai anggota keluarga Raharja? Atau ia ingin mendapatkan sebagian harta miliknya?Tapi, apa pun itu, Reagan tidak peduli. Pria itu tidak akan membiarkan Olivia berhasil mendapatkan tujuannya. Reagan menggelengkan kepalanya pelan, tidak ingin lagi memikirkan gadis menyebalkan itu saat ini.Mata Reagan yang buta menatap lurus ke depan, sebenarnya ia tengah menunggu kedatangan Elvino yang memang akan memberi laporan padanya. Kare
Melihat hubungan Reagan dan Olivia yang semakin memburuk, di dalam kamarnya Nindi sedang tertawa bahagia. Dia merasa tidak perlu harus bersusah payah karena rupanya gadis itu sendirilah yang menghancurkan hubungannya dengan Reagan.Hal ini menjadi kabar baik baginya dan Armand, sudah berhari-hari Nindi melihat Olivia yang kebingungan karena Reagan menghindarinya. Hal itu cukup membuat Nindi merasa puas. Sayangnya, masih jauh sampai ia bisa mengeluarkan Olivia dan memisahkan keduanya sepenuhnya."Kenapa kau tertawa seperti itu, Nindi?" tanya Armand yang baru masuk ke dalam kamarnya menatap kebingungan ke arah istrinya yang tiba-tiba tertawa keras."Kau tahu, Armand? Sepertinya sekarang hubungan Reagan dan Olivia semakin jauh! Reagan terlihat semakin membenci gadis rendahan itu!" jelas Nindi dengan raut yang bahagia.Armand berjalan mendekat ke arah Nindi sembari menaikkan sebelah alisnya, "Benarkah?""Tentu saja! Apa sekarang kau tidak percaya padaku?" ucap Nindi sembari memandang taja
Sudah hampir satu minggu sejak pembicaraan terakhir Olivia bersama Reagan, kini Olivia merasa bahwa Reagan sengaja menjauhinya. Pria itu hampir tidak terlihat di sudut mansion mana pun, sepertinya ia berada di dalam kamarnya selama seharian penuh.Olivia bahkan tidak menemukan Reagan di halaman belakang setiap pagi hari seperti biasanya, pria itu bahkan meninggalkan rutinitas paginya hanya untuk menghindar dari Olivia. Reagan bahkan tidak membiarkan siapa pun masuk ke dalam kamarnya kecuali Bi Ira yang memang harus mengantarkan makanan dan obatnya.Olivia menghela napas pelan, saat ini ia duduk di bangku taman yang memang berada di halaman belakang mansion. Kedua tangannya memegang sebuah buku sketsa dan pensil yang memang ia gunakan untuk menggambar.Setelah meminta pada Bi Ira akhirnya Olivia mendapatkan sebuah buku sketsa dan juga alat untuk menggambar seperti pena pan pensil. Gadis berusia 25 tahun itu memang memiliki hobi melukis sejak kecil sama seperti ibunya.Pandangannya terp
Sehari setelahnya, Olivia yang sedang berjalan di area lantai satu mansion tiba-tiba berpapasan dengan Reagan yang sedang melintas di depannya dengan Bi Ira yang mendorong kursi rodanya dari belakang.Sepertinya pria itu berniat untuk menuju ke kamarnya, Olivia yang melihat itu menghentikan langkahnya. Gadis muda itu menelan ludahnya gugup, merasa bingung apakah ia harus menghentikan Reagan untuk menjelaskan semuanya atau membiarkan pria itu pergi begitu saja.Setelah memikirkannya secara singkat, Olivia dengan cepat berbalik dan mengejar Reagan yang sudah melintas cukup jauh di belakangnya bersama dengan Bi Ira. "Reagan, boleh aku bicara sebentar denganmu?""Tuan Muda?" Bi Ira yang melihat Olivia tengah berusaha mengajak Reagan berbicara hanya terdiam sebelum akhirnya ikut bersuara, merasa kasihan dengan usaha Olivia yang sepertinya tidak dihiraukan ole Reagan.Reagan hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, raut wajahnya terlihat dingin tanpa ekspresi. "Biarkan saja, Bi.
Sore harinya, Elvino—asisten pribadi sekaligus sekretaris dari Reagan datang ke mansion keluarga Raharja. Rupanya pria itu berniat menemui sang tuan, dengan penampilan khas dari kantor, Elvino pergi menemui Reagan yang tengah berada di perpustakaan pribadinya."Tuan Muda?" panggil Elvino pada Reagan yang tengah duduk di kursi rodanya dengan posisi yang membelakanginya."Katakan saja, aku akan mendengarkanmu." jawab Reagan tanpa menolehkan kepalanya sedikitpun."Siang tadi, saat jam makan siang berlangsung, saya tanpa sengaja mendengar percakapan dari beberapa direktur tentang anda." Reagan tersenyum miring, "berani sekali ... apa yang mereka katakan tentangku?"Elvino menatap siluet tuannya dengan gugup, "Saya memiliki rekaman suara percakapan mereka, akan saya putarkan untuk anda."Melihat Reagan yang diam menunggu, Elvino dengan cepat mengeluarkan ponselnya. Diputarnya rekaman suara berdurasi beberapa menit itu dengan volume yang cukup keras di dekat Reagan."Kalian tahu, satu-satu
Bi Ira adalah kepala pelayan, pengasuh Reagan saat masih kecil, sekaligus orang kepercayaan dari sang Nyonya Besar Raharja, Sophie Raharja. Puluhan tahun ia telah bekerja dan mengabdikan diri pada keluarga Raharja yang terhormat.Sebagai kepala pelayan, tentu Bi Ira mengetahui banyak tentang hal-hal yang sudah terjadi di dalam mansion ini. Selain mengendalikan para pelayan dan tukang kebun yang jumlahnya sangat banyak, Bi Ira memiliki tugas yang sangat penting di dalam mansion tersebut.Dia adalah seorang pengawas yang ditugaskan secara langsung oleh Sophie Raharja, sudah sejak lama Bi Ira menjadi mata dan tangan kanan Sophie. Di balik sikapnya yang pendiam dan terlihat dingin, Bi Ira selalu mengawasi semua hal yang terjadi di dalam mansion keluarga Raharja.Seperti saat ini, sejak kedatangan Olivia Hermawan ke dalam mansion ini sebagai istri dari Reagan, Sophie dengan cepat meminta Bi Ira untuk mengawasi gerak-gerik gadis muda itu. Sesuai keinginan sang Nyonya Besar, Bi Ira diam-dia
Malam harinya, Olivia sudah memutuskan. Dia akan tetap mendekati Reagan meskipun Nindi tidak mengizinkannya. Olivia ingin membuat Reagan percaya padanya bahwa ia benar-benar ingin memperbaiki hubungan mereka.Olivia tidak mempermasalahkan kondisi Reagan yang berbeda dari kebanyakan orang, ia sudah memilih untuk tetap berada di samping Reagan dan membantunya untuk kembali menjadi Reagan yang bahagia.Ekspresi muram Reagan selalu membuat Olivia merasa tidak nyaman, dia ingin membuat Reagan menjadi bisa lebih bahagia dan tersenyum dengan lebar. Dengan begitu wajah Reagan pasti akan semakin tampan dan menawan.Tunggu! Apa?!Olivia berdeham pelan, gadis cantik itu dengan cepat menepuk dahinya sedikit keras. Bagaimana bisa ia berpikir seperti itu?! Astaga! Sepertinya ada yang salah pada diri Olivia saat ini!Menghembuskan napas panjang, Olivia menggerutu pelan. Tidak boleh! Dia sama sekali tidak boleh berpikiran seperti itu pada Reagan! Olivia hanya harus fokus untuk membuat pria itu menjad