Keesokan harinya, waktu menunjukkan pukul enam pagi, Olivia bangun dengan perasaan yang baik saat ini. Percakapannya dengan Reagan kemarin malam membuat Olivia memutuskan untuk tetap bergerak maju.
Berbeda dengan biasanya, Olivia yang selalu membantu Bi Ira kini memilih untuk berjalan ke taman belakang. Tinggal selama beberapa hari di mansion ini membuat Olivia cukup hafal dengan kebiasaan Reagan. Pria itu akan bangun pagi sekali lalu berjemur di area taman belakang dari pukul enam sampai tujuh pagi sebelum kembali masuk ke dalam mansion untuk sarapan. Sesampainya di taman belakang, Olivia tersenyum lebar. Dilihatnya Reagan yang tengah terdiam di atas kursi rodanya di antara hamparan bunga mawar merah. "Reagan!" panggil Olivia sembari tersenyum lebar. Reagan yang awalnya memejamkan matanya kini membuka matanya, binar kosongnya menatap datar ke arah yang ia yakini suara Olivia berasal. "Kau! Apa yang kau lakukan di sini?" seru Reagan dingin. "Aku? Hmm ... menemanimu." jawab Olivia dengan senyum yang masih terulas lebar di wajah cantiknya. Mendengar itu kedua alis Reagan mengerut tajam, "Tidak perlu. Aku ingin sendiri." Olivia menggeleng tidak setuju dengan bibir yang sedikit mengerucut. "Tidak! Tidak! Aku akan tetap menemanimu!" Reagan mendengus dengan mata yang terpejam karena kesal, merasa pasrah karena tidak bisa mengusir gadis itu dengan leluasa. "Terserah." Olivia tersenyum senang, gadis itu memposisikan tubuhnya berdiri di samping Reagan. Wajah cantiknya terlihat lembut di tengah pancaran sinar matahari pagi yang menyinari dirinya. Pandangan Olivia mengarah pada bunga-bunga mawar yang ada di sekitarnya, bahkan di pagi hari pun semua mawar ini terlihat merekah merah dengan indah. Olivia kembali menatap ke arah Reagan yang hanya terdiam seperti sebuah batu. "Reagan, apa kau sangat menyukai dengan bunga mawar?" Reagan hanya terdiam tanpa berniat menjawab, pria itu terlihat menatap kosong lurus ke depan tanpa ekspresi seakan Olivia tidak ada di sana. "Reagan, mengapa kau menyukai bunga mawar?" tanya Olivia sekali lagi membuat Reagan hanya bisa mendengus kasar. "Diamlah! Kau berisik!" ucap Reagan singkat membuat Olivia menundukkan pandangannya ke rumput yang ada di bawah kakinya. Melihat Olivia yang kini sudah berhenti berbicara, Reagan diam-diam tersenyum puas. Sejak tadi ia sudah lelah mendengar gadis itu terus-menerus bertanya hal yang tidak penting padanya. Berbeda dengan Reagan, di dalam hatinya Olivia hanya bisa menggerutu. Dia kan hanya ingin memperbaiki hubungan mereka yang tidak baik sejak awal, tapi kenapa Reagan harus semenyebalkan itu? "Uhm, Reagan ... hari ini apa ada makanan khusus yang ingin kau makan? Aku bisa membuatkannya untukmu." ujar Olivia setelah terdiam cukup lama. Reagan menghela napas lelah, dia pikir setelah ucapannya sebelumnya gadis itu akan berhenti mengajaknya berbicara, tapi sepertinya itu hanyalah kepuasaan sesaat. "Tidak ada." Olivia mengulum bibirnya dengan pipi yang menggembung, merasa sangat gemas dengan respon Reagan yang begitu singkat padanya. "Eh! Eh! Reagan, kau mau ke mana?" tanya Olivia bingung saat melihat Reagan mulai menggerakkan kursi rodanya menjauh dari Olivia. "Bukan urusanmu." jawab Reagan ketus. "Biarkan aku membantumu!" ucap Olivia sembari bergerak dengan cepat menghampiri Reagan dan membantu pria itu mendorong kursi rodanya dari belakang. "Nah, seperti ini!" Reagan menggeram kesal, wajahnya yang biasanya selalu tanpa ekspresi kini menunjukkan kekesalan yang kentara. "Cukup! Pergilah dari hadapanku!" Olivia terdiam sebentar sebelum akhirnya tersenyum dengan lembut. "Tidak mau. Oh iya! Setelah ini aku akan mengantarkan sarapan ke kamarmu, kau harus menghabiskannya dan jangan lupa untuk meminum obatmu ya, Reagan!" Reagan hanya bisa mendengus kasar, merasa frustasi pada gadis itu yang dengan beraninya mengabaikan ucapannya dan terus mendorong kursi rodanya dengan lancang sembari terus-menerus mengajaknya berbicara tanpa henti. Melihat Reagan yang kini terdiam pasrah, senyum di wajah Olivia semakin terulas lebar. Berbeda dengan kedua orang tuanya, Reagan terlihat berperasaan dari mereka. Olivia mendorong kursi roda Reagan dengan hati-hati, gadis itu berniat mengantarkan Reagan ke dalam kamarnya tanpa membuat kesalahan sedikitpun. Memasuki area ruang tamu yang besar, para pelayan yang memang sedang membersihkan area tersebut terlihat terkejut melihat Olivia yang dengan santainya mendorong kursi roda Reagan. Sebelumnya hanya sang kepala pelayan, asisten pribadi Reagan, dan para anggota keluarga Raharja saja yang bisa menyentuh ataupun membantu Reagan mendorong benda beroda itu. Dengan kepribadian Reagan yang keras dan angkuh, tidak ada seorang pelayan pun yang pria itu izinkan untuk membantunya kecuali Bi Ira. Reagan adalah seorang Raharja dengan harga diri yang tinggi, baginya membantunya sama dengan mengasihani dirinya. Karena itulah para pelayan yang berada di mansion ini tidak berani berinteraksi secara langsung dengan Reagan karena takut membuat pria yang kini lumpuh dan buta itu marah. Olivia yang melihat semua itu hanya berpura-pura tidak melihatnya, ia takut akan membuat masalah lagi nantinya. "Nah, sudah sampai! Setelah ini aku akan membawakan sarapan dan obat untukmu, kau hanya perlu menunggu di dalam kamarmu dengan santai Reagan." ucap Olivia dengan nada yang ceria. Reagan yang mendengar itu hanya mendengus, enggan untuk menanggapi perkataan dari wanita tidak tahu malu dan menyebalkan itu. Setelah mengantarkan Reagan ke dalam kamarnya dengan selamat, Olivia keluar dari kamar pria itu dengan wajah yang senang. Gadis itu merasa bahwa ini adalah awal yang baik untuk hubungannya dan Reagan, walaupun pria itu masih terang-terangan tidak menerimanya dan sering berkata dengan nada yang kasar, setidaknya Reagan tidak benar-benar menolaknya. Sayangnya, Olivia yang sedang bahagia itu tidak tahu bahwa Nindi, ibu dari Reagan sedang menatapnya dengan tatapan tajam yang penuh kebencian dari lantai dua mansion. Sejak awal interaksinya dengan Reagan, Nindi yang sebenarnya sedang menikmati suasana pagi di balkon kamarnya tanpa sengaja menemukan Olivia yang tengah mendekat dan berusaha berbicara pada Reagan. Merasa bahwa menghampiri keduanya di taman belakang adalah pilihan yang tidak tepat, maka Nindi akhirnya memilih untuk mengawasi keduanya dengan penuh ketidaksukaan yang menyelimuti hatinya. Armand benar, gadis rendahan itu benar-benar akan menjadi duri jika terus dibiarkan berada lebih lama di sini. Dia dengan tidak tahu dirinya berusaha mendekati putranya yang berharga. Nindi mendesis kesal, kedua matanya menyipit tajam dengan alis yang berkerut dalam. Sepertinya ia harus menunjukkan di mana tempat gadis itu yang sebenarnya agar gadis itu tidak macam-macam dan lebih tahu diri. "Lihat saja kau gadis rendahan! Akan kubuat kau mengerti di mana tempatmu yang seharusnya berada! Kau sama sekali tidak pantas untuk bersanding dengan putraku sedikitpun! Aku pasti akan membuatmu merasakan penderitaan yang menyedihkan!" gumam Nindi pelan sembari masih menatap tajam ke arah Olivia yang berdiri di depan pintu kamar Reagan. Menghela napas pendek, Nindi mengangkat dagunya dengan angkuh sebelum kembali masuk ke dalam kamarnya. Wanita paruh baya itu harus mendinginkan dirinya terlebih dahulu sebelum bersiap memberi pelajaran pada si gadis rendahan.Di dapur, Olivia menyiapkan sarapan untuk Reagan dengan raut wajah yang terlihat senang. Bi Ira yang memang berada di sampingnya hanya menatap Olivia sembari menaikkan sebelah alisnya.Wanita paruh baya yang telah lama bekerja sebagai kepala pelayan keluarga Raharja itu merasa penasaran, namun tidak mengatakan apa pun karena ia sadar bahwa bukan tempatnya untuk lancang pada sang majikan.Meskipun hampir semua anggota keluarga Raharja tidak mengakui Olivia sebagai menantu di keluarga ini, namun pernikahan tetaplah pernikahan. Saat ini Olivia tetaplah istri sah dari sang Tuan Muda Raharja.Tanpa mengetahui bahwa sejak tadi Bi Ira memperhatikannya, Olivia dengan santainya menata makanan yang telah ia masak ke atas piring yang sudah disediakan sebelumnya dengan hati-hati.'Aku berharap bisa memperbaiki hubunganku dengan Reagan dengan lancar!' ucap Olivia dalam hati.Berbeda dengan hari sebelumnya yang hanya menggunakan nampan, kali ini Olivia menggunakan troli khusus untuk membawa makanan
Sudah tiga hari sejak peringatan keras yang diberikan oleh Nindi, sejak saat itu pula Olivia tidak bisa menemui Reagan sama sekali karena Nindi benar-benar mengawasi pergerakannya setiap saat dengan ketat.Banyak cara yang telah dilakukan oleh Nindi, seperti menghabiskan waktu dengan Reagan, mengawasi Olivia dengan kedua matanya sendiri, meminta Olivia melakukan banyak hal seperti seorang pelayan, atau bahkan meminta pelayan lain kepercayaannya untuk mengawasi Olivia menggantikan dirinya yang mungkin sedang sibuk dengan hal lain.Saat ini Olivia hanya bisa duduk terdiam di dalam kamarnya, Olivia merasa jaraknya dengan Reagan terasa semakin jauh. Pria muda itu menjadi semakin sulit untuk Olivia gapai.Menghela napas lelah, memikirkan semua ini membuat kepala Olivia lama-lama terasa berat. Tenggorokkannya juga terasa sangat kering, sepertinya ia harus pergi ke dapur untuk mengambil air minum.Dengan langkah yang terasa sedikit berat, Olivia berjalan keluar dari kamarnya menuju ke arah d
Di keesokan paginya, Olivia keluar dari area mansion keluarga Raharja. Beruntungnya ia tidak dibatasi oleh Armand Raharja untuk keluar dari area mansion sekedar hanya untuk mencari udara segar.Berjalan tidak begitu jauh dari mansion, Olivia tanpa sengaja menemukan sebuah taman yang cukup ramai diisi oleh beberapa orang yang sengaja menghabiskan waktu di tempat tersebut.Terlihat juga banyak anak kecil yang sedang bermain bersama di tengah area taman yang luas tersebut. Olivia memilih mencari sudut taman yang lebih sepi, gadis itu mendudukkan tubuhnya di sebuah bangku taman panjang yang memang disediakan di sana.Dapat Olivia lihat beberapa keluarga kecil tengah melakukan piknik di atas rumput, aura kebahagiaan mereka tanpa sadar membuat Olivia yang sedang menatap mereka tersenyum lebar.Mendadak Olivia teringat dengan masa kecilnya yang terbilang manis, sebelum ayahnya menjadi seorang penjudi dan pemabuk, pria itu adalah sosok ayah dan suami yang sangat menyayangi keluarganya. Tak j
Malam harinya, Olivia sudah memutuskan. Dia akan tetap mendekati Reagan meskipun Nindi tidak mengizinkannya. Olivia ingin membuat Reagan percaya padanya bahwa ia benar-benar ingin memperbaiki hubungan mereka.Olivia tidak mempermasalahkan kondisi Reagan yang berbeda dari kebanyakan orang, ia sudah memilih untuk tetap berada di samping Reagan dan membantunya untuk kembali menjadi Reagan yang bahagia.Ekspresi muram Reagan selalu membuat Olivia merasa tidak nyaman, dia ingin membuat Reagan menjadi bisa lebih bahagia dan tersenyum dengan lebar. Dengan begitu wajah Reagan pasti akan semakin tampan dan menawan.Tunggu! Apa?!Olivia berdeham pelan, gadis cantik itu dengan cepat menepuk dahinya sedikit keras. Bagaimana bisa ia berpikir seperti itu?! Astaga! Sepertinya ada yang salah pada diri Olivia saat ini!Menghembuskan napas panjang, Olivia menggerutu pelan. Tidak boleh! Dia sama sekali tidak boleh berpikiran seperti itu pada Reagan! Olivia hanya harus fokus untuk membuat pria itu menjad
Bi Ira adalah kepala pelayan, pengasuh Reagan saat masih kecil, sekaligus orang kepercayaan dari sang Nyonya Besar Raharja, Sophie Raharja. Puluhan tahun ia telah bekerja dan mengabdikan diri pada keluarga Raharja yang terhormat.Sebagai kepala pelayan, tentu Bi Ira mengetahui banyak tentang hal-hal yang sudah terjadi di dalam mansion ini. Selain mengendalikan para pelayan dan tukang kebun yang jumlahnya sangat banyak, Bi Ira memiliki tugas yang sangat penting di dalam mansion tersebut.Dia adalah seorang pengawas yang ditugaskan secara langsung oleh Sophie Raharja, sudah sejak lama Bi Ira menjadi mata dan tangan kanan Sophie. Di balik sikapnya yang pendiam dan terlihat dingin, Bi Ira selalu mengawasi semua hal yang terjadi di dalam mansion keluarga Raharja.Seperti saat ini, sejak kedatangan Olivia Hermawan ke dalam mansion ini sebagai istri dari Reagan, Sophie dengan cepat meminta Bi Ira untuk mengawasi gerak-gerik gadis muda itu. Sesuai keinginan sang Nyonya Besar, Bi Ira diam-dia
Sore harinya, Elvino—asisten pribadi sekaligus sekretaris dari Reagan datang ke mansion keluarga Raharja. Rupanya pria itu berniat menemui sang tuan, dengan penampilan khas dari kantor, Elvino pergi menemui Reagan yang tengah berada di perpustakaan pribadinya."Tuan Muda?" panggil Elvino pada Reagan yang tengah duduk di kursi rodanya dengan posisi yang membelakanginya."Katakan saja, aku akan mendengarkanmu." jawab Reagan tanpa menolehkan kepalanya sedikitpun."Siang tadi, saat jam makan siang berlangsung, saya tanpa sengaja mendengar percakapan dari beberapa direktur tentang anda." Reagan tersenyum miring, "berani sekali ... apa yang mereka katakan tentangku?"Elvino menatap siluet tuannya dengan gugup, "Saya memiliki rekaman suara percakapan mereka, akan saya putarkan untuk anda."Melihat Reagan yang diam menunggu, Elvino dengan cepat mengeluarkan ponselnya. Diputarnya rekaman suara berdurasi beberapa menit itu dengan volume yang cukup keras di dekat Reagan."Kalian tahu, satu-satu
Sehari setelahnya, Olivia yang sedang berjalan di area lantai satu mansion tiba-tiba berpapasan dengan Reagan yang sedang melintas di depannya dengan Bi Ira yang mendorong kursi rodanya dari belakang.Sepertinya pria itu berniat untuk menuju ke kamarnya, Olivia yang melihat itu menghentikan langkahnya. Gadis muda itu menelan ludahnya gugup, merasa bingung apakah ia harus menghentikan Reagan untuk menjelaskan semuanya atau membiarkan pria itu pergi begitu saja.Setelah memikirkannya secara singkat, Olivia dengan cepat berbalik dan mengejar Reagan yang sudah melintas cukup jauh di belakangnya bersama dengan Bi Ira. "Reagan, boleh aku bicara sebentar denganmu?""Tuan Muda?" Bi Ira yang melihat Olivia tengah berusaha mengajak Reagan berbicara hanya terdiam sebelum akhirnya ikut bersuara, merasa kasihan dengan usaha Olivia yang sepertinya tidak dihiraukan ole Reagan.Reagan hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, raut wajahnya terlihat dingin tanpa ekspresi. "Biarkan saja, Bi.
Sudah hampir satu minggu sejak pembicaraan terakhir Olivia bersama Reagan, kini Olivia merasa bahwa Reagan sengaja menjauhinya. Pria itu hampir tidak terlihat di sudut mansion mana pun, sepertinya ia berada di dalam kamarnya selama seharian penuh.Olivia bahkan tidak menemukan Reagan di halaman belakang setiap pagi hari seperti biasanya, pria itu bahkan meninggalkan rutinitas paginya hanya untuk menghindar dari Olivia. Reagan bahkan tidak membiarkan siapa pun masuk ke dalam kamarnya kecuali Bi Ira yang memang harus mengantarkan makanan dan obatnya.Olivia menghela napas pelan, saat ini ia duduk di bangku taman yang memang berada di halaman belakang mansion. Kedua tangannya memegang sebuah buku sketsa dan pensil yang memang ia gunakan untuk menggambar.Setelah meminta pada Bi Ira akhirnya Olivia mendapatkan sebuah buku sketsa dan juga alat untuk menggambar seperti pena pan pensil. Gadis berusia 25 tahun itu memang memiliki hobi melukis sejak kecil sama seperti ibunya.Pandangannya terp
Kejadian hampir jatuhnya Reagan ke kolam renang dengan cepat didengar oleh Sophie Raharja, sang Nyonya Besar Raharja itu dengan cepat terbang kembali ke Jakarta, beruntungnya Reagan tidak mengalami luka apa pun. Hanya saja, orang yang menyelamatkannya harus mengalami cedera di kakinya. Karena itu, Sophie ingin berterima kasih dengan benar pada orang yang telah menyelamatkan Reagan, yaitu Olivia.Kepulangan Sophie disambut oleh Bi Ira dan para pelayan lainnya. Bahkan Nindi juga ikut menyambut sang ibu mertua yang sudah cukup lama berada di Jerman untuk menemani sang suami, Hardian."Bagaimana kondisi Reagan setelah insiden itu, Nindi? Apa cucuku baik-baik saja?" tanya Sophie pada Nindi yang kini berada di depannya."Reagan baik-baik saja, ibu. Beruntungnya kursi rodanya tidak menggelincir sampai masuk ke kolam renang." jawab Nindi singkat, wanita paruh baya itu tidak menjelaskan secara detail kejadian tersebut karena ia tidak ingin menceritakan tentang Olivia pada ibu mertuanya.Lagi
Karena insiden tidak terduga itu, kini perlakuan Reagan terhadap Olivia menjadi sedikit lebih baik. Walaupun tidak sering menemuinya, Reagan menunjukkan sedikit respon baik saat pria itu menjenguknya meski hanya sebentar.Meski cedera pada kakinya membuat Olivia tidak bisa bergerak dengan bebas saat ini, entah kenapa rasa sakit yang ia rasakan pada kakinya itu menghilang ketika ia melihat Reagan datang menjenguknya.Perasaan bahagia justru lebih mendominasi Olivia saat ini, ditatapnya Reagan yang kini duduk di atas kursi rodanya yang berada di samping tempat tidur Olivia. Meski Olivia tahu bahwa Reagan tidak bisa melihatnya, Olivia tetap merasa senang.Kedatangan Reagan seolah-olah menjadi obat tersendiri untuknya yang saat ini hanya bisa berbaring di kasurnya tanpa bisa melakukan apa-apa. Tanpa sadar seulas senyum terbit di wajah cantik Olivia."Terima kasih karena sudah mau menjengukku, Reagan." ucap Olivia yang akhirnya memecah keheningan di antara mereka.Suasana canggung terlihat
Reagan menarik napas dalam-dalam, setelah satu minggu lebih ia hanya mendekam di dalam kamarnya dan perpustakaan pribadinya, dia akhirnya bisa keluar dan menghirup udara segar.Selama satu minggu ini juga ia akhirnya bisa bebas dari gangguan makhluk bernama Olivia itu, perasaan tenang menyelimuti hatinya. Saat ini ia berada di dekat area kolam renang, menikmati keheningan tanpa suara yang membuatnya merasa nyaman.Reagan tidak mengerti, apa yang membuat gadis itu bersikeras mendekatinya dengan berpura-pura baik padanya? Apa karena ia ingin diakui dan diterima sebagai anggota keluarga Raharja? Atau ia ingin mendapatkan sebagian harta miliknya?Tapi, apa pun itu, Reagan tidak peduli. Pria itu tidak akan membiarkan Olivia berhasil mendapatkan tujuannya. Reagan menggelengkan kepalanya pelan, tidak ingin lagi memikirkan gadis menyebalkan itu saat ini.Mata Reagan yang buta menatap lurus ke depan, sebenarnya ia tengah menunggu kedatangan Elvino yang memang akan memberi laporan padanya. Kare
Melihat hubungan Reagan dan Olivia yang semakin memburuk, di dalam kamarnya Nindi sedang tertawa bahagia. Dia merasa tidak perlu harus bersusah payah karena rupanya gadis itu sendirilah yang menghancurkan hubungannya dengan Reagan.Hal ini menjadi kabar baik baginya dan Armand, sudah berhari-hari Nindi melihat Olivia yang kebingungan karena Reagan menghindarinya. Hal itu cukup membuat Nindi merasa puas. Sayangnya, masih jauh sampai ia bisa mengeluarkan Olivia dan memisahkan keduanya sepenuhnya."Kenapa kau tertawa seperti itu, Nindi?" tanya Armand yang baru masuk ke dalam kamarnya menatap kebingungan ke arah istrinya yang tiba-tiba tertawa keras."Kau tahu, Armand? Sepertinya sekarang hubungan Reagan dan Olivia semakin jauh! Reagan terlihat semakin membenci gadis rendahan itu!" jelas Nindi dengan raut yang bahagia.Armand berjalan mendekat ke arah Nindi sembari menaikkan sebelah alisnya, "Benarkah?""Tentu saja! Apa sekarang kau tidak percaya padaku?" ucap Nindi sembari memandang taja
Sudah hampir satu minggu sejak pembicaraan terakhir Olivia bersama Reagan, kini Olivia merasa bahwa Reagan sengaja menjauhinya. Pria itu hampir tidak terlihat di sudut mansion mana pun, sepertinya ia berada di dalam kamarnya selama seharian penuh.Olivia bahkan tidak menemukan Reagan di halaman belakang setiap pagi hari seperti biasanya, pria itu bahkan meninggalkan rutinitas paginya hanya untuk menghindar dari Olivia. Reagan bahkan tidak membiarkan siapa pun masuk ke dalam kamarnya kecuali Bi Ira yang memang harus mengantarkan makanan dan obatnya.Olivia menghela napas pelan, saat ini ia duduk di bangku taman yang memang berada di halaman belakang mansion. Kedua tangannya memegang sebuah buku sketsa dan pensil yang memang ia gunakan untuk menggambar.Setelah meminta pada Bi Ira akhirnya Olivia mendapatkan sebuah buku sketsa dan juga alat untuk menggambar seperti pena pan pensil. Gadis berusia 25 tahun itu memang memiliki hobi melukis sejak kecil sama seperti ibunya.Pandangannya terp
Sehari setelahnya, Olivia yang sedang berjalan di area lantai satu mansion tiba-tiba berpapasan dengan Reagan yang sedang melintas di depannya dengan Bi Ira yang mendorong kursi rodanya dari belakang.Sepertinya pria itu berniat untuk menuju ke kamarnya, Olivia yang melihat itu menghentikan langkahnya. Gadis muda itu menelan ludahnya gugup, merasa bingung apakah ia harus menghentikan Reagan untuk menjelaskan semuanya atau membiarkan pria itu pergi begitu saja.Setelah memikirkannya secara singkat, Olivia dengan cepat berbalik dan mengejar Reagan yang sudah melintas cukup jauh di belakangnya bersama dengan Bi Ira. "Reagan, boleh aku bicara sebentar denganmu?""Tuan Muda?" Bi Ira yang melihat Olivia tengah berusaha mengajak Reagan berbicara hanya terdiam sebelum akhirnya ikut bersuara, merasa kasihan dengan usaha Olivia yang sepertinya tidak dihiraukan ole Reagan.Reagan hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, raut wajahnya terlihat dingin tanpa ekspresi. "Biarkan saja, Bi.
Sore harinya, Elvino—asisten pribadi sekaligus sekretaris dari Reagan datang ke mansion keluarga Raharja. Rupanya pria itu berniat menemui sang tuan, dengan penampilan khas dari kantor, Elvino pergi menemui Reagan yang tengah berada di perpustakaan pribadinya."Tuan Muda?" panggil Elvino pada Reagan yang tengah duduk di kursi rodanya dengan posisi yang membelakanginya."Katakan saja, aku akan mendengarkanmu." jawab Reagan tanpa menolehkan kepalanya sedikitpun."Siang tadi, saat jam makan siang berlangsung, saya tanpa sengaja mendengar percakapan dari beberapa direktur tentang anda." Reagan tersenyum miring, "berani sekali ... apa yang mereka katakan tentangku?"Elvino menatap siluet tuannya dengan gugup, "Saya memiliki rekaman suara percakapan mereka, akan saya putarkan untuk anda."Melihat Reagan yang diam menunggu, Elvino dengan cepat mengeluarkan ponselnya. Diputarnya rekaman suara berdurasi beberapa menit itu dengan volume yang cukup keras di dekat Reagan."Kalian tahu, satu-satu
Bi Ira adalah kepala pelayan, pengasuh Reagan saat masih kecil, sekaligus orang kepercayaan dari sang Nyonya Besar Raharja, Sophie Raharja. Puluhan tahun ia telah bekerja dan mengabdikan diri pada keluarga Raharja yang terhormat.Sebagai kepala pelayan, tentu Bi Ira mengetahui banyak tentang hal-hal yang sudah terjadi di dalam mansion ini. Selain mengendalikan para pelayan dan tukang kebun yang jumlahnya sangat banyak, Bi Ira memiliki tugas yang sangat penting di dalam mansion tersebut.Dia adalah seorang pengawas yang ditugaskan secara langsung oleh Sophie Raharja, sudah sejak lama Bi Ira menjadi mata dan tangan kanan Sophie. Di balik sikapnya yang pendiam dan terlihat dingin, Bi Ira selalu mengawasi semua hal yang terjadi di dalam mansion keluarga Raharja.Seperti saat ini, sejak kedatangan Olivia Hermawan ke dalam mansion ini sebagai istri dari Reagan, Sophie dengan cepat meminta Bi Ira untuk mengawasi gerak-gerik gadis muda itu. Sesuai keinginan sang Nyonya Besar, Bi Ira diam-dia
Malam harinya, Olivia sudah memutuskan. Dia akan tetap mendekati Reagan meskipun Nindi tidak mengizinkannya. Olivia ingin membuat Reagan percaya padanya bahwa ia benar-benar ingin memperbaiki hubungan mereka.Olivia tidak mempermasalahkan kondisi Reagan yang berbeda dari kebanyakan orang, ia sudah memilih untuk tetap berada di samping Reagan dan membantunya untuk kembali menjadi Reagan yang bahagia.Ekspresi muram Reagan selalu membuat Olivia merasa tidak nyaman, dia ingin membuat Reagan menjadi bisa lebih bahagia dan tersenyum dengan lebar. Dengan begitu wajah Reagan pasti akan semakin tampan dan menawan.Tunggu! Apa?!Olivia berdeham pelan, gadis cantik itu dengan cepat menepuk dahinya sedikit keras. Bagaimana bisa ia berpikir seperti itu?! Astaga! Sepertinya ada yang salah pada diri Olivia saat ini!Menghembuskan napas panjang, Olivia menggerutu pelan. Tidak boleh! Dia sama sekali tidak boleh berpikiran seperti itu pada Reagan! Olivia hanya harus fokus untuk membuat pria itu menjad