Share

BAB 161-162

Penulis: Sifa Syafii
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-01 00:29:55

BAB 161

Sesampainya Dokter Ardian di rumah, ia melihat Citra duduk di kursi teras rumah sambil mengajak Nizam berbicara. Ia pun tersenyum senang melihatnya. Pemandangan itu membuat hatinya berbunga-bunga.

Ketika melihat mobil Dokter Ardian datang, tiba-tiba bibir Citra mengatup. Senyum di bibirnya pun memudar. Dengan segera ia berdiri dan menggendong Nizam masuk ke dalam rumah.

Dokter Ardian merasa heran. Kenapa Citra tidak menyambutnya, tapi malah mengabaikan dan meninggalkannya.

“Cit!” panggil Dokter Ardian seraya mengejar Citra. Ia berjalan cepat setelah turun dari mobil.

Citra pun semakin mempercepat langkah kakinya saat mendengar suara Dokter Ardian semakin dekat. Ia menaiki anak tangga menuju kamarnya dengan tergesa-gesa. Namun, sayangnya ia kurang hati-hati sehingga tubuhnya oleng dan terjatuh ke belakang. Untungnya Dokter Ardian berada di belakangnya. Dengan sigap, Dokter Ardian melepas tas yang ada di tangannya untuk memegangi tubuh Citra. Tas Dokter Ardian pun jatuh menuruni
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 163-164

    BAB 163 Sesampainya di meja makan, Citra mengambil makanan yang ada di atas meja. Begitu juga dengan Dokter Ardian. Mereka makan tanpa saling bicara. Hanya sesekali mata mereka melirik satu sama lain. Usai makan dan minum, Citra menatap Dokter Ardian. “Mana Nizam, Mas?” tanyanya. “Biarkan dia sama Bik Yati dulu,” balas Dokter Ardian lalu meneguk air putih yang ada di hadapannya. “Ya sudah aku ke atas dulu,” pamit Citra meninggalkan Dokter Ardian. “Tunggu dulu, Cit. Kita perlu bicara,” cegah Dokter Ardian. Citra tidak menggubrisnya dan tetap melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Dokter Ardian segera mengejarnya. Citra pun semakin mempercepat langkah kakinya hingga setengah berlari. Hingga akhirnya Dokter Ardian berhasil meraih tangan Citra tepat di ambang pintu kamar Citra. “Kenapa kamu menghindariku, Cit?” tanya Dokter Ardian seraya menatap wajah Citra untuk mencari jawaban. Citra mengalihkan pandangannya tidak berani menatap mata Dokter Ardian. Dokter Ardian pun menarik ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-01
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 165

    BAB 165Sementara itu di rumah Dokter Ardian, Citra baru saja keluar dari kamarnya. Ia mengintip meja makan dari atas untuk memastikan Dokter Ardian tidak ada di sana. Setelah itu ia pun bergegas turun dan duduk di meja makan.“Bik, kok makanannya utuh?” tanya Citra sambil membalik piring setelah melihat makanan yang tersisa di atas meja makan.“Iya, Mbak. Pak Dokter nggak sarapan tadi,” jawab Bik Yati seraya menghampiri Citra dan mengambil Nizam dari pangkuan Citra.“Kenapa?” tanya Citra.“Nggak tahu. Mbak Citra juga tumben kok nggak segera turun dari tadi?” tanya Bik Yati balik.“Oh, tadi saya masih sibuk di kamar, Bik,” jawab Citra beralasan dengan menyengir.“Saya ajak Nizam nonton televisi ya, Mbak,” pamit Bik Yati lalu pergi meninggalkan Citra yang akan menyantap sarapan paginya.Di saat Citra tengah menyantap sarapan paginya, tiba-tiba ia mendengar ceramah dari televisi yang ditonton Bik Yati.“Jika kalian terpikat dengan wanita di luar sana, maka pulanglah. Karena apa yang ada

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-03
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 166

    BAB 166‘Ck. Mengganggu dan merepotkan saja,’ gumam Dokter Ardian dalam hati. Padahal dia sudah sangat suntuk dengan masalah rumah tangganya dengan Citra. Namun, ia tetap berusaha terlihat sabar karena ada di depan banyak pasien.“Ya sudah, masuk!” ujar Dokter Ardian seraya memutar gagang pintu ruang poli kandungan. Kemudian ia masuk dan duduk di kursinya.Miranda tersenyum senang lalu masuk dan duduk di kursi pasien yang ada di depan Dokter Ardian.Dokter Ardian menulis nomor ponselnya pada selembar kertas kosong yang ada di hadapannya. Kemudian ia mendorongnya di atas meja ke arah Miranda.“Nih. Buat apa sih? Demi ketemu aku, kamu sampai bela-belain datang ke rumah sakit yang penuh dengan penyakit ini,” ucap Dokter Ardian seraya menunjuk meja kerjanya.“Gini loh, Yan. Bentar lagi itu ada reuni angkatan kita di SMAN 1 Mawar. Masa kamu nggak mau datang sih? Barangkali kan kita bisa berangkat bareng,” ujar Miranda dengan tersenyum.“Hah? Berangkat bareng? Bisa perang dunia nanti,” bala

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-03
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 167

    BAB 167Setelah itu Citra masuk ke dalam kamarnya sendiri. Ia mengambil ponselnya yang ada di atas meja riasnya lalu menghubungi salah satu apotek yang dekat dengan rumah Dokter Ardian. Ia bisa mengetahui apotek itu dekat dengan rumah Dokter Ardian setelah mengecek pada google map. Ia juga mendapatkan nomor telepon apotek itu dari sana.Ketika telepon sudah tersambung, Citra segera memesan pil KB Andalan dua strip dan dua strip pil Postinor. Tidak lupa ia juga membeli tiga bungkus test pack buat jaga-jaga kalau ia terlambat datang bulan. Kalau dulu ia santai-santai saja saat telat datang bulan karena tidak pernah berhubungan badan dengan siapapun. Berbeda dengan sekarang karena sudah menikah dan sering CO dengan Dokter Ardian.“Nanti tolong diantar pakai ojek ya, Mbak. Bisa kan? Alamatnya nanti saya kirim lewat wa,” ucap Citra pada orang yang melayaninya.“Bisa, Mbak. Tapi, transfer dulu ya, untuk menghindari orderan fiktif,” balas orang apotek.“Oh, oke. Nanti kirim saja nomor rekeni

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-04
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 168

    BAB 168Dengan segera Dokter Ardian melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah dengan amarah yang membuncah. Langkah kakinya sangat cepat dan penuh dengan emosi.“CITRA!” seru Dokter Ardian ketika sudah sampai di ruang tengah. Ia mengedarkan pandangan matanya untuk melihat Citra akan muncul dari arah mana.“KELUAR KAMU!” seru Dokter Ardian lagi.Bik Yati yang mendengar teriakan Dokter Ardian segera keluar dari dalam kamarnya. Ia pun menghampiri Dokter Ardian. Barangkali Dokter Ardian butuh sesuatu, pikirnya.“Mana Citra, Bik?” tanya Dokter Ardian pada Bik Yati.“Di kamarnya, Pak,” jawab Bik Yati dengan menunduk. Tiba-tiba ada rasa takut yang menjalar di dadanya. Tidak biasanya Dokter Ardian berteriak-teriak di dalam rumah.“Ikut saya ke atas. Bawa pergi Nizam. Saya mau bicara sama Citra,” ujar Dokter Ardian seraya melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Bik Yati mengekor di belakangnya.Citra yang mendengar teriakan Dokter Ardian di lantai bawah merasa sangat terkejut. Tiba-tiba jant

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-05
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 169

    BAB 169 “Aku sudah pernah bilang, aku tidak akan membuatmu hamil! Kamu tidak percaya dengan ucapanku? Kenapa kamu sampai membeli pil-pil ini, Cit! Aku ini seorang Dokter SPOG. Kamu tahu kan kepanjangan SPOG itu apa? Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Kamu kira aku ini dokter bodoh? Kamu juga bidan. Harusnya kamu tahu kapan masa suburmu, kamu tahu, boleh dan tidak bolehnya berhubungan badan dalam metode kalender. Kenapa sih kamu selalu memutuskan semuanya sendiri? Kenapa tidak berunding denganku yang sekarang sudah menjadi suami kamu!” seru Dokter Ardian lagi. Ia sangat kecewa dengan Citra yang tidak mempercayainya. “Maaf, Mas …,” lirih Citra tiba-tiba di sela tangisnya. Ia tidak berani menatap Dokter Ardian. Dokter Ardian menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar melalui mulutnya. Kemudian ia melangkahkan kaki mendekat ke arah Citra dan meraih tangan kanannya. Ia menaruh beberapa bungkus test pack di atas telapak tangan Citra lalu melipat jari-jari Citra agar menggeng

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-06
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 170

    BAB 170 Meskipun begitu, Bik Yati akan tetap pura-pura tidak tahu apa yang terjadi barusan. “Ini, Nizam minta susu kayaknya, Mbak,” jawab Bik Yati. “Bentar ya, Bik. Aku buatkan sebentar,” balas Citra lalu bangkit dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya menuju pada sebuah meja. Di meja itu ada banyak peralatan yang dibutuhkan Nizam, termasuk susu. Tidak lama kemudian susu itu sudah siap. Citra memberikan susu itu pada Bik Yati. “Bik, bisa jaga Nizam sebentar nggak? Aku lagi ingin sendiri sekarang,” ucap Citra seraya menyerahkan susu itu pada Bik Yati. “Iya, Mbak. Kalau begitu, Bibik ajak Nizam ke bawah ya,” balas Bik Yati. “Terima kasih, Bik,” balas Citra dengan menyunggingkan senyum yang dipaksakan. Hati Citra terasa sangat sakit. Ini pertama kalinya ia dimarahi habis-habisan dalam sejarah hidupnya. Bahkan Ibunya pun belum pernah memarahinya dan berteriak-teriak seperti Dokter Ardian. Namun, ia masih bersyukur karena Dokter Ardian tidak menyakiti fisiknya. Malam hari, Dokte

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-06
  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 171

    BAB 171 “Bicara dong, Cit. Jangan diam terus. Aku kan nggak ngerti maunya kamu apa. Kalau kamu mau cerai, aku nggak bisa. Sejak awal aku sudah bilang, aku nggak mau ada perceraian,” imbuh Dokter Ardian. Tangannya pun mulai nakal meraba dan meremas lembut buah dada Citra. “Terus, sampai kapan kamu akan mengurungku di penjara rumah tanggamu ini, Mas? Aku sudah capek,” balas Citra. Akhirnya ia mau bicara juga. Meskipun tangan Dokter Ardian meremas buah dadanya, ia tidak menampiknya, malah justru menikmatinya. Sudah lama ia ingin dicumbu. “Lah, kenapa capek? Kan kamu sendiri yang bikin capek. Marah-marah nggak jelas. Semua wanita yang dekat denganku kamu cemburui. Dewasa dikit lah, Cit. Kan aku nggak main apa-apa di belakang kamu. Dan juga, ngapain kamu beli pil KB? Memangnya kamu nggak mau hamil anak kita? Apalagi kamu beli postinor, seolah-olah kamu mau membunuh calon anak kita,” balas Dokter Ardian. Karena tidak ada perlawanan dari Citra, ia pun memberanikan tangannya untuk membuka k

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-10

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 220 (Tamat)

    BAB 220Beberapa bulan kemudianSudah satu minggu ini Citra mengambil cuti karena kandungannya sudah memasuki usia 37 minggu. Ia ingin beristirahat di rumah sambil mempersiapkan persalinan anak keduanya.Dokter Ardian sudah bekerja di Rumah Sakit Husada kembali. Namun, ia bekerja pada sore hari karena pagi hari sudah diisi dokter lain semenjak kepergiannya dulu.Pagi ini Dokter Ardian menemani Citra jalan-jalan pagi di komplek perumahannya. Arman dan Nizam masih tidur di rumah karena hari ini hari Minggu, sehingga mereka akan tidur sampai puas.Ketika sedang beristirahat di bangku yang ada pada sebuah taman, Citra merasakan janinnya menendang. Ia pun memegangi perutnya dengan tersenyum.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian.“Dia menendang, Mas,” jawab Citra dengan mendesis. Setelah tendangan itu ia merasakan perutnya kencang dan sangat sakit.“Aaaahhh, Mas! Sakit!” ucap Citra mendesis menahan sakit pada perutnya.“Apa akan melahirkan? Kamu tunggu di sini, ya! Aku pulang dulu ambil mobil dan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 219

    BAB 219Malam hari Citra dan Dokter Ardian berbaring di atas tempat tidur berdua. Mereka sama-sama menatap langit-langit kamar mereka. Ada rasa canggung di antara mereka berdua karena sudah sepuluh tahun tidak bertemu.“Kenapa kamu tidak menikah lagi?” celetuk Dokter Ardian tiba-tiba seraya menoleh ke arah Citra yang berbaring di sampingnya.“Kenapa kamu bertanya seperti itu, Mas?” tanya Citra balik. Ia pun menatap Dokter Ardian juga.“Aku sudah pergi bertahun-tahun. Aku yakin kalau kalian semua sudah menganggapku mati,” jawab Dokter Ardian.“Bagaimana aku bisa menikah lagi, sedangkan hatiku kamu bawa pergi. Aku cinta hanya sama kamu, Mas,” ucap Citra dengan tersenyum.Hati Dokter Ardian tersentuh. Ia merasa terharu dengan pernyataan Citra. Ia pun segera memeluk tubuh Citra dan mencium bibirnya dengan buas. Untungnya ia sudah mencukur kumis berewoknya sebelum tidur tadi, sehingga Citra tidak menolaknya lagi.Ciuman mereka pun semakin panas hingga akhirnya percintaan di antara mereka p

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 218

    BAB 218“Kamu kerja?” tanya Dokter Ardian.Citra menganggukkan kepalanya. “Iya, Mas,” jawab Citra.“Kalau aku nggak kerja, bagaimana aku dan anak-anak bisa makan?” imbuh Citra lagi.“Maaf, ya. Aku sudah membuat kamu susah dan menderita,” ucap Dokter Ardian merasa bersalah. Kemudian ia mendekatkan wajahnya ke arah Citra dan menempelkan bibirnya pada bibir Citra lalu melumat bibir itu seperti dulu.Citra tidak membalas ciuman Dokter Ardian. Ia mengernyitkan keningnya merasa tidak nyaman karena Dokter Ardian berewokan. Ia pun memundurkan kepalanya menjauh.“Kenapa?” tanya Dokter Ardian heran karena Citra menolak ciumannya.“Cukur dulu berewoknya, Mas,” gerutu Citra. Sudah lama ia tidak berciuman. Apalagi dengan wajah Dokter Ardian yang berewokan membuatnya risih dan sakit.Dokter Ardian mendesah pelan. Ia pun akhirnya pasrah karena memang tidak sempat mencukur bulu-bulu yang ada di wajahnya.Tidak lama kemudian Pak Aryo dan Bu Indah datang. Mereka segera masuk ke dalam rumah untuk meliha

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 217

    BAB 217“Kata Mama, Papa sudah di surga,” sahut Nizam. Ia masih ingat kalau Citra mengatakan seperti itu ketika Arman dan Nizam menanyakan papanya.“Mungkin maksud Mama calon Papa, Kak,” sahut Arman menebak.Dokter Ardian mendesah pelan. Dengan segera ia menarik pelan tangan kedua anaknya agar masuk ke dalam rumah. Citra pun segera menutup pintu lalu mengekor di belakang mereka.Dokter Ardian menunjuk foto pernikahannya dengan Citra yang tergantung di ruang tengah.“Tuh lihat! Masa nggak kenal sama Papa sendiri,” gerutu Dokter Ardian pada kedua anaknya.Nizam dan Arman menatap foto pernikahan Citra dan Dokter Ardian dengan sangat lekat. Sesekali mereka juga melihat Dokter Ardian untuk mencocokkan garis wajah papanya.“Nggak sama. Yang di foto ganteng. Yang ini tua!” ujar Nizam sambil menunjuk Dokter Ardian.Dokter Ardian menghela napas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar. Bagaimana tidak tua? Saat ini usia Dokter Ardian sudah empat puluh dua tahun. Ditambah lagi ia tidak bisa me

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 216

    BAB 216Citra seperti melihat bayangan Dokter Ardian yang tersenyum padanya sambil duduk di kursi itu.‘Selamat pagi, Mas,’ ucap Citra dalam hati. Ia pun tersenyum lalu menutup pintu itu kembali. Kemudian ia bergegas menuju UGD untuk menjadi dokter jaga di sana.*Sore hari Citra pulang ke rumah seperti biasanya. Tubuhnya terasa lelah karena hari ini pasien di UGD sangat banyak. Ia masuk ke dalam rumah dengan langkah gontai. Tiba-tiba Nizam dan Arman berlari ke arahnya lalu memeluk tubuhnya.“Mama!” seru mereka senang karena melihat Citra sudah pulang.Citra tersenyum lalu berjongkok untuk membalas pelukan mereka.“Bagaimana sekolahnya hari ini? Seru?” tanya Citra seraya menatap Nizam dan Arman bergantian.“Seru… sekali, Ma!” balas Nizam dengan antusias.Citra pun membelai kepala Nizam dengan tersenyum. Meskipun Nizam bukan anak kandungannya, ia akan tetap menyayangi Nizam seperti anaknya sendiri.“Kalau Arman?” tanya Citra seraya menatap Arman.Arman cemberut lalu berkata, “Sebel ah,

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 215

    BAB 215Dua tahun kemudianCitra masih berharap Dokter Ardian pulang. Ia masih berharap semua ini hanyalah mimpi panjangnya. Ia sangat ingin segera bangun dari tidur panjangnya ini.Setiap hari, sampai saat ini Citra selalu menunggu suaminya pulang di balkon kamarnya. pagi, siang, malam, ia sangat berharap Dokter Ardian memberikan kejutan padanya. Penantian panjang tak pernah membuatnya letih. Karena semua kenangan indah bersama dibawa Dokter Ardian pergi. Ia ingin kenangan itu datang kembali bersama suaminya tercinta.Setiap salat, Citra selalu berdoa agar Allah menuntun Dokter Ardian menemukan jalan pulang. Ia masih tetap di sini menunggu Dokter Ardian pulang kembali. Meskipun itu mustahil, tapi ia berharap ada keajaiban di dunia ini untuknya.Saat ini anak Citra sudah berusia dua tahun. Anak itu diberi nama Arman Raditya. Nama Arman mempunyai arti harapan dan doa. Harapan dan doa Citra adalah kepulangan Dokter Ardian, ayah dari anak-anaknya. Ia masih belum siap menjadi janda di usi

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 214

    BAB 214 Mobil ambulans baru saja sampai di halaman rumah Dokter Ardian. Citra pun masuk ke dalam mobil ambulans dengan bantuan dua orang perawat. Ia masih bisa berjalan dan tidak mau naik brankar. Bu Ratna juga mengekor di belakang mereka sambil membawa tas yang berisi pakaian Citra dan calon bayinya. Sesampainya di Rumah Sakit Bunda, Citra dianjurkan segera masuk ke ruang bersalin karena Dokter Amanda sudah mengatur semuanya. Sambil berjalan, Citra menangis berlinang air mata. Bukan karena kesakitan, tapi karena rindu dan teringat Dokter Ardian. ‘Mana janjimu, Mas? Kamu bilang akan menemaniku saat melahirkan anak kita? Tapi, kenapa kamu malah pergi meninggalkan aku dan anak kita?’ raung Citra dalam hati. “Cit,” panggil Dokter Amanda saat melihat Citra di ambang pintu ruang bersalin. Ia pun tersenyum paksa meskipun hatinya menangis. Hatinya sangat sakit melihat Citra yang berlinang air mata di hadapannya. Ia tahu dan mengerti bagaimana rasanya jadi Citra saat ini. Citra pun melan

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 213

    BAB 213Satu minggu kemudianCitra berdiri di balkon kamarnya. Ia menatap ke halaman rumah dan berharap melihat Dokter Ardian pulang. Setiap hari, pagi, siang, dan malam, ia menunggu Dokter Ardian pulang. Ia berharap semua ini hanya mimpi dan prank dari suaminya.“Mas …, aku rindu,” lirih Citra dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Setiap hari ia menangis merindukan Dokter Ardian.“Andai waktu bisa diulang, aku akan bilang ‘I love you’ setiap hari padamu, Mas. Aku belum pernah mengucapkan cintaku padamu. Andai waktu bisa terulang kembali, aku ingin bilang ‘Aku cinta kamu’ sejuta kali sehari pun aku akan melakukannya, Mas,” ucap Citra menyesali semuanya. Ia menyesal karena tidak pernah mengatakan cinta pada Dokter Ardian selama ini. Padahal waktu kebersamaan mereka sangat singkat.Mobil Dokter Ardian memang sudah diangkat dari jurang. Namun, di dalam mobil itu tidak ditemukan tubuh ataupun jenazah Dokter Ardian. Kemungkinan besar, tubuh Dokter Ardian terlempar keluar saat mobil

  • Terpaksa Menikah Lagi   BAB 212

    BAB 212Citra tengah terbaring di salah satu kamar VIP Rumah Sakit Bunda. Sebuah selang infus terpasang pada tangan kirinya.Bu Ratna sedang menggosok telapak tangan dan telapak kaki Citra secara bergantian dengan lembut. Beberapa kali ia menatap wajah Citra dan berharap Citra segera membuka matanya. Ia baru saja sampai di Rumah Sakit Bunda sepuluh menit yang lalu dan langsung mencari di mana Citra dirawat.Tidak lama kemudian Citra mengernyitkan keningnya. Ia memegangi kepalanya yang terasa pening.“Cit,” ujar Bu Ratna senang akhirnya Citra sadar juga.Citra pun membuka matanya dan melihat ibunya di samping tempat tidurnya. Kemudian ia melihat ke sekeliling ruangan itu dan ia pun sadar kalau sedang berada di rumah sakit.“Ibuk,” balas Citra lirih.“Mau minum?” Bu Ratna menawarkan seraya mengambil air minum dalam kemasan botol yang ada di atas meja. Namun, Citra menggelengkan kepalanya. Bu Ratna pun menaruh kembali botol itu.Citra menatap langit-langit ruangan itu dengan tatapan koso

DMCA.com Protection Status