Share

Melanggar Perjanjian

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-14 21:55:33

Berulang kali Bulan menghela nafas dalam kebingungannya, detik itu juga pintu rumah terbuka. Ia terkesiap ketika melihat sosok pria paruh baya berdiri tegak di hadapannya.

Senyum itu semakin membuat rasa bersalah yang mendera kembali muncul. Matanya berkaca-kaca, hatinya remuk menyadari telah menyakiti pria yang menyambutnya penuh kehangatan. Tanpa mampu diri dia menabrak tubuh pria itu—tangisnya pecah.

“Papi...”

“Sst, sudah... Papi di sini, sayang.” Bisik pria yang di panggil Papi itu.

Lukman sendiri merasa terkejut melihat putri semata wayangnya menangis begitu pilu. Sejak kepergian istrinya, jarang sekali Bulan menunjukkan air mata.

Dan hari ini, dia kembali melihat putrinya menangis. Rasa khawatir dan ingin tahu mulai menyelimuti hati pria berusia empat puluh lima tahun itu.

“Sayang, ada apa?“ tanya Lukman dengan suara lembut, seraya mengusap kepala Bulan, mencoba menenangkan dan mengobati luka di hati sang putri.

Dalam pelukan Lukman Bulan menggeleng, “Aku sayang Papi,”

Lukman tersenyum lega, ia pikir ada apa pulang-pulang putrinya itu langsung menangis. Lukman mengurai pelukannya, kedua tangan besar itu menangkup pipi Bulan, menggunakan ibu jarinya Lukman menghapus sisa air mata di mata putri satu-satunya itu, lalu…

Cup

Satu kecupan kasih sayang ia berikan di kening permata hatinya itu, “Papi lebih menyayangi kamu, Nak. Kamulah harta Papi yang paling berharga,” ucap Lukman dengan senyum hangat.

“Ayo, masuk. Papi ingin bicara sama kamu,” Lukman merangkul Bulan membawanya masuk kedalam rumah.

“Pi, ada acara apa? Kenapa orang-orang terlihat sibuk sekali?” melihat para asisten rumah tangga yang tampak sibuk lalu lalang.

“Inilah yang ingin Papi bicarakan dengan kamu,” meraih tangan kecil putri semata wayang untuk digenggam.

“Papi mau bicara apa?” tanya Bulan melihat muka sang Papi berubah serius.

Terdengar helaan nafas panjang dari pria paruh baya itu, tangan besarnya menepuk-nepuk punggung tangan Bulan yang berada dalam genggaman tangannya. Jika sudah seperti itu, biasanya yang akan dibicarakan oleh Papi-nya sesuatu yang sangat besar.

Jantung Bulan berpacu kuat, ia takut Lukman mengetahui apa yang terjadi padanya semalam. Bulan tidak sanggup melihat ayahnya tersakiti atas perbuatannya, Bulan sangat menyesali-nya. Tapi semua sudah terjadi, tidak bisa dirubah lagi.

“Pi…” panggil Bulan dengan debaran jantung tak karuan.

Lukman memaksakan senyum di wajahnya, “Kamu kenapa tidak pernah cerita kalau kamu punya hubungan dengan Tuan Muda Zelandra.”

Bulan mengernyit, “Tu-Tuan Muda Ze-Zelandra?” ulang Bulan. Zelandra? Sepertinya nama itu tidak asing baginya, tapi di mana dia melihat atau mendengar nama itu.

Lukman mengangguk sambil tersenyum, “Kalau saja kedua orang tuanya tidak menghubungi Papi tadi, kamu akan menyembunyikan terus dari Papi, hm?” goda pria itu.

“Tu-tunggu Pi, maksud Papi apa? Orang tuanya menghubungi Papi untuk apa? Dan mereka siapa, Pi?”

Bulan betul-betul tidak mengerti dan mengetahui siapa yang dimaksud oleh sang Papi. Masalah dia dengan pria dewasa itu saja sudah membuatnya pusing dan sekarang ada masalah lain lagi. Kenapa jadi rumit seperti ini!

Lukman mencubit gemas hidung kecil putrinya, sudah ketahuan bukannya mengakui masih juga berpura-pura.

“Jadi, kamu tidak mau jujur sama Papi, kalau kamu diam-diam menjalin hubungan dengan Tuan Raka. Bahkan hari ini, mereka akan datang kesini untuk melamarmu.”

Jedderr

Bagai disambar petir, tubuh Bulan membeku seketika, ‘melamar’? Ia tidak salah dengar kan, dia menjalin hubungan dengan Tuan Raka dan mereka akan datang melamarnya. Kenal saja tidak, bagaimana menjalin hubungan?

“Pi, Bulan tidak ada hubungan apa-apa dengan Tuan Raka. Ke—”

Tuan Lukman menyela, ia mengerti mungkin putrinya masih malu untuk mengakui. Salah dia juga tidak pernah menanyakan pada Bulan, dia yang dulu seumur Bulan sudah memiliki rasa suka pada lawan jenis. Begitu juga dengan putrinya, bersyukurnya Lukman, Bulan bersama orang yang tepat.

“Papi paham, kamu takut membuat Papi sedih karena kalau sudah menikah kamu akan ikut bersama suamimu. Maka itu kamu tidak mau jujur pada Papi, kalau ternyata selama ini putri cantik Papi memiliki seorang kekasih?”

“Pi, bukan begitu maksud Bulan…” Gadis itu terlihat frustasi, bagaimana dia akan menjelaskan pada sang Papi

“Papi tidak apa, sayang. Waktu itu pasti akan tiba, dimana kamu akan menikah dan hidup bersama keluarga kecilmu.”

‘Tamat riwayatku, kalau aku melanggar perjanjian dengan pria mesum itu, Perusahaan Papi terancam bangkrut. Aduh, bagaimana ini?’

***

Gadis berambut coklat kehitaman itu tampak gelisah, ia berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya sambil menggigit-gigit kuku jemari tangannya. Bulan, sudah berganti pakaian dengan baju yang disiapkan oleh Tuan Lukman, untuk menyambut keluarga calon suaminya.

Wajah cantiknya dipoles sedikit dengan riasan sederhana agar terlihat segar. Garis wajah Bulan menuruni perpaduan paras kedua orang tuanya.

Di tengah kegundahan hatinya yang dilema, terdengar ketukan pintu kamar dari luar. Bulan menghela nafas panjang, kemudian mengizinkan orang di balik pintu untuk masuk.

“Bi, tolong bantu aku kabur dari sini” Bulan memelas pada asisten rumah tangganya yang baru saja masuk.

Wanita yang akrab disapa Bibi Tin itu selama ini yang merawat dan mengurus segala kebutuhan Bulan. Hubungan mereka dekat sekali, Bibi Tini sudah menganggap Bulan seperti anaknya sendiri.

Bibi Tini tersenyum tipis, ia tau jika gadis cantik di depannya tengah dilanda rasa gugup.

Bibi Tini pun kemudian berkata, “Kenapa harus kabur, Nona? Kekasihnya sudah datang, Nona pintar sekali cari kekasih. Sangat tampan.” Bi Tini mengacungkan kedua jempolnya di depan wajah sebagai bentuk pujian.

“Iihhh.. Bibi Tini, kenapa malah memuji dia! Tolong bantu aku kabur, Bi.” Desak Bulan sudah tidak sabar.

“Sudah, nona jangan aneh-aneh. Mau kabur segala. Sekali-kali kekasihnya datang malah mau kabur. Percaya sama Bibi, semuanya pasti baik-baik saja.” Bibi Tini mencoba menenangkan Bulan dengan perkataannya, berusaha meredakan keresahan dalam diri anak majikannya.

“Bi, Bulan tidak punya kekasih. Itu Tuan, Tuan siapa lagi, kenal saja Bulan tidak, Bi…”

Mata Bulan memerah ia sudah menahan tangis, ia merengek seperti anak kecil. Menggoyangkan lengan Bibi Tini, berharap pada wanita bertubuh gemuk itu untuk membantunya melarikan diri.

“Tidak baik bicara seperti itu, kekasih sendiri tidak mau diakui.” Bibi Tini geleng-geleng kepala dibuatnya.

Biasanya wanita dilamar pria yang dicintainya akan merasa senang, namun Nona mudanya malah ingin kabur. Apa anak zaman sekarang seperti itu? Memiliki kekasih tapi tidak mau mengakui. Bibi Tini pusing sendiri memikirkannya, berbeda sekali dengan zamannya dulu, mereka menikah tanpa saling kenal apalagi pacaran.

“Lelaki yang berani datang kerumah membawa orang tuanya untuk melamar sudah langka, Nona. Seharusnya Nona bersyukur bisa bertemu laki-laki seperti kekasih Nona itu. Sudahlah Nona, tidak perlu malu-malu. Nona juga jangan berbuat aneh-aneh. Di bawah juga ada Tuan besar.” Ucap Bibi Tini wanita itu, mengingatkan Bulan.

“Apa? Kakek juga datang!” teriak Bulan histeris, seraya bahunya luruh lemas.

Dia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, kalau kakeknya saja datang, mana bisa ia berkutik. Bisa dicoret dari ahli waris.

“Lebih baik sekarang kita turun. Ayo! Kasihan kekasih Nona. Terlalu lama menunggu bisa lumutan dia.” Ucap Bibi Tini dengan nada lembut sambil terkikik. Kemudian menambahkan, “Senyum Nona jangan cemberut, nanti cantiknya pindah ke Bibi.” Ia melempar guyonan, berharap dapat membuat anak majikannya tersenyum walau sedikit.

Sepanjang menuruni anak tangga pikiran Bulan bercabang-cabang seperti akar mangrove, ia teringat perjanjiannya dengan pria dewasa yang telah menodainya.

Bagaimana cara ia mengabarkan pada lelaki itu kalau ada pria lain yang datang melamarnya, Bulan merutuki dirinya yang bodoh. Kenapa dia tidak meminta kontak pria itu, seharusnya dia bisa lebih cerdas. Mungkin dia bisa minta tolong pada pria itu untuk membawanya kabur.

“Bulan,” gadis itu tersentak, dia tertarik dari pikirannya kembali pada kenyataan yang harus dihadapinya.

Sudah tiba di ruang tamu dan entah kapan Bibi Tini yang tadi mengantarnya sudah tak lagi ada di sampingnya.

“Kenapa melamun di sana, kemarilah,” Tuan Lukman menyunggingkan senyuman hangat, meminta putri tercintanya untuk mendekat dan memperkenalkan tamu mereka.

Bulan mengangguk kaku pada dua orang yang usianya tidak lagi muda namun masih terlihat gagah dan anggun. Hingga netranya bertemu tatap dengan sosok yang tak asing baginya.

“Kau?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Siapa Yang Menikah?

    Mata Bulan sampai melotot, wajahnya berubah pucat. Jantungnya berdetak hebat, keringat dingin membasahi pelipisnya yang tertutup dengan poni.Kepalanya sangat berisik dengan berbagai pikiran, melihat pria yang suka sekali mengancam dirinya itu ada di sana bertemu keluarganya—ditambah sedang ada tamu. Ketakutan merayap hatinya, berpikir pria itu datang untuk menunjukkan video pada Papi karena mengetahui dirinya akan dilamar orang lain. “O-om, sedang apa disini?” tanya Bulan gugup.“Om?” seru mereka yang ada disana hampir bersamaan, terkejut dengan panggilan Bulan pada pria berwajah datar itu.“Kamu memanggil kekasihmu, dengan panggilan, Om?” itu suara Galih, kakek dari Bulan.“Ke-kekasih?” Bulan menoleh pada pria sepuh itu, lalu kembali beralih pada pria yang masih tetap di posisinya tanpa merubah ekspresi wajahnya.Hanya tatapan dingin dan tajam yang bisa dilihat Bulan. Bulan tercekat, paham sekali arti tatapan yang diberikan padanya. Sudah berulang kali Air meminta pada gadis itu un

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Penjelasan

    Dalam sekejap saja, taman samping rumah yang berbatasan dengan kolam renang telah berubah menjadi tempat dilaksanakannya ikrar suci pernikahan antara Bulan dan Air.Bulan menatap takjub dekorasi sederhana yang didominasi warna putih dan biru—pilihan calon mertuanya. Ia memang minta pernikahannya dilakukan secara sederhana saja dan tentunya di rahasiakan. Mereka pun setuju, setelah Bulan lulus sekolah baru mereka akan mengadakan resepsi besar-besaran.Selera Ny. Malika tidak perlu diragukan lagi. Wanita itu seolah tau, pernikahan seperti apa yang diinginkan oleh calon menantunya.“Orang kaya bebas melakukan apa yang mereka inginkan, tinggal menjentikkan jari, dan cliing… semua terjadi. Ckck, efek uang yang bicara. Apapun bisa terwujud.” Bulan menatap kagum perubahan taman di samping rumahnya. Seakan semua yang terjadi sudah dipersiapkan dari jauh hari.“Ya Tuhan, mengapa takdirku menikah dengan laki-laki gila.” Keluh Bulan menghela kasar nafasnya.“Siapa yang gila?”“Eh,” Bulan berje

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Visualnya Sangat Sempurna

    Bulan merasa kesal setengah mati dan juga sekaligus malu. Saat terjaga dan mendapati dirinya memeluk pria itu seperti guling. Dan yang lebih mencengangkan adalah mereka sudah berada di pesawat yang sedang mengudara, sementara dirinya masih mengenakan piyama tidur. Bagaimana bisa ia tidak menyadari saat pria itu memindahkan tubuhnya dari sofa rumah ke ranjang pesawat. Entah terlalu lelah atau karena perasaan nyaman.Setelah membersihkan diri dan berpakaian Bulan keluar dari kamar, ia berdecak kagum melihat interior pesawat itu. Kafi yang melihat Nona mudanya berdiri di depan pintu kamar, mempersilakan gadis itu untuk duduk di kursinya. Disana telah tersaji sarapan yang sudah disiapkan untuknya.“Silahkan, Nona.” Ucap Kafi.“Terima kasih,” balas Bulan tersenyum ramah lalu melangkah menuju kursinya dan ternyata bersebelahan dengan Air.Lelaki itu sudah selesai dengan sarapannya, terlihat seorang pramugari sedang membereskan meja di depannya.Bulan melirik Air dengan wajah juteknya, kemu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Antara Peran Dan Kenyataan

    “Yon... Yona, tunggu!” suara Mirza menggema di lorong sekolah.Yona menghentikan langkahnya dengan geram. Ia berbalik cepat, sorot matanya tajam menusuk.“Apa lagi sih, Za? Gara-gara bicara sama kamu kemarin, aku dikejar-kejar sama si ulat bulu itu!”Nada suaranya dingin, penuh kekesalan. Ia sama sekali tak tertarik berurusan dengan dua manusia yang, menurutnya, tak tahu malu itu.“Aku sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi sama dia,” ujar Mirza mencoba menjelaskan.Yona tertawa sinis. “Tidak punya hubungan? Apa kamu pikir aku bakal percaya setelah melihat kalian keluar dari hotel semalam? Jijik, Mirza.”“Cepet, aku sudah dijemput,” tukasnya, berusaha pergi.“Beneran kamu tidak tahu Bulan ke mana?”Yona menghela napas panjang. Matanya melotot penuh kekesalan. Lelaki ini benar-benar bebal.“Aku bukan kamu yang suka berkata bohong. Denger baik-baik, kamu yang meninggalkan Bulan. Kamu lebih memilih si ulat itu daripada sahabat aku yang selama ini selalu ada buat kamu. Dan kalaupun aku t

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Wanita Masa Lalu

    Bulan menggigit bibirnya, matanya terpaku pada sosok pria dewasa yang duduk angkuh di depan sana. Tatapan tajam pria itu mengunci layar besar yang menampilkan presentasi seorang wanita. Bulan meringis, ikut merasakan tekanan yang seolah menyesakkan ruang—tegang, dingin, mencekam, seakan oksigen pun enggan berdiam terlalu lama di sana.Sejak awal pertemuan, Bulan memperhatikan bagaimana satu per satu orang mencoba menyampaikan ide mereka, menggambarkan konsep di layar dengan harapan pria dingin itu—suaminya—berkenan menjalin kerja sama. Tapi sorot mata Air seperti binatang buas yang mengintai mangsanya, dan Bulan yakin jika ia yang berdiri di sana, kakinya akan gemetar tak karuan.Jantung Bulan melonjak saat tiba-tiba sorot itu mengarah padanya. Ia terkesiap, buru-buru memalingkan wajah.“Mommy Malika dulu makan pisau silet atau cutter, ya?” gumamnya pelan. “Anaknya punya mata setajam itu... apa tidak perih, lihat orang-orang tidak berkedip begitu?”Sudut matanya menangkap bayangan wa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Cemburu?

    “Aku tidak suka dibantah,” tegas Air, sorot matanya menusuk ke arah Bulan.“Aku juga tidak suka diatur—apalagi dipaksa-paksa!” seru Bulan, tak kalah tajam. Matanya membulat, penuh perlawanan. “Pergi sendiri saja makan malam sama mantan Om itu. Aku tidak mau ketemu ulat salak, bisa gatal-gatal sekujur badan!” sindirnya ketus, lalu membalik badan dan berjalan ke balkon.Udara malam tak cukup dingin untuk menenangkan hatinya. Sejak tahu siapa perempuan itu, perasaan Bulan jadi tak menentu. Sedih. Kecewa. Marah. Bahkan dia sendiri bingung—kenapa?Harusnya dia lega. Wanita dari masa lalu Air kembali, artinya bisa jadi ini jalan keluar dari pernikahan terpaksa ini. Tapi... hatinya seperti menolak. Ia ingin mencakar wajah tampan suaminya itu. Kenapa?“Apa aku... cemburu?”Baru saja dia menghela napas, suara berat Air menyusul dari belakang.“Kamu cemburu?”Bulan menutup matanya sejenak. Harusnya dia sudah pergi. Tapi ternyata malah menyusul—dan menuduh dia cemburu?Ia berbalik, mendongakkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-26
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Lebih Dari Sekedar Ciuman

    Mata Bulan mengerjap-ngerjap, tersentak oleh pernyataan Air mengenai pernikahan mereka. Hatinya sempat meleleh seperti mentega di atas wajan panas, tapi sekarang, ia merasa seperti terjun ke dalam jurang es yang membekukan tubuh dan hatinyaSentuhan jemari Air di pipinya membuat kewarasannya kembali muncul ke permukaan. “I-iya, sayang... aku hanya kaget, saja. Kamu mengumumkan pernikahan kita begitu tiba-tiba,” ujar Bulan, tersenyum semanis mungkin, meski dalam hati ingin muntah.Pria dewasa ini benar-benar membuatnya resah. Bulan hanya berharap agar jiwanya tetap waras.Dalam hatinya, Bulan merasa cemas. Kenapa pernikahan mereka yang seharusnya dirahasiakan, malah diumumkan seperti ini?Seorang pria setengah baya menyampaikan ucapan selamat, mengiringi doanya dengan penuh ketulusan. “Selamat atas pernikahan Anda, Tuan Air. Kalian sangat serasi. Semoga kebahagiaan kalian abadi.”Sementara itu, wanita lain di sudut ruangan berdiri dan berteriak keras, “Itu tidak mungkin!”Semua mata be

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-27
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Perjanjian

    “Aku tidak mau tau, kau harus tanggung jawab pria mesum.” Cetus Bulan geram.Air menaikan satu alisnya, merasa lucu dengan perkataan Bulan. “Seharusnya aku yang minta tanggung jawabmu, karena kau sudah lancang mencuri ciuman pertamaku dan kau juga berada di kamarku. Jadi…?” Air menyeringai sebelum melanjutkan ucapannya, “Siapa disini yang mesum, hm?” ‘Kenapa harus diingatkan!’ batin Bulan menggeram kesal. Ingin sekali menyumpal mulutnya yang tidak di filter. Bulan mengedarkan pandangannya mencoba mengenali ruangan sekitarnya, tiba-tiba merasa mirip dengan kamar hotel.Hah? Apa aku sama pria ini benar-benar udah... Ah, tidak mungkin, aku terlalu berlebihan. Pikir Bulan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mencoba menepis kekhawatiran yang tiba-tiba menyerang dirinya.Akan tetapi melihat dirinya hanya memakai kemeja tanpa dalaman, Bulan menyadari bahwa sesuatu pasti telah terjadi di antara mereka. Ia merasa sangat ceroboh sekali. Bagaimana mungkin ia bisa berakhir bersama pria dew

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26

Bab terbaru

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Lebih Dari Sekedar Ciuman

    Mata Bulan mengerjap-ngerjap, tersentak oleh pernyataan Air mengenai pernikahan mereka. Hatinya sempat meleleh seperti mentega di atas wajan panas, tapi sekarang, ia merasa seperti terjun ke dalam jurang es yang membekukan tubuh dan hatinyaSentuhan jemari Air di pipinya membuat kewarasannya kembali muncul ke permukaan. “I-iya, sayang... aku hanya kaget, saja. Kamu mengumumkan pernikahan kita begitu tiba-tiba,” ujar Bulan, tersenyum semanis mungkin, meski dalam hati ingin muntah.Pria dewasa ini benar-benar membuatnya resah. Bulan hanya berharap agar jiwanya tetap waras.Dalam hatinya, Bulan merasa cemas. Kenapa pernikahan mereka yang seharusnya dirahasiakan, malah diumumkan seperti ini?Seorang pria setengah baya menyampaikan ucapan selamat, mengiringi doanya dengan penuh ketulusan. “Selamat atas pernikahan Anda, Tuan Air. Kalian sangat serasi. Semoga kebahagiaan kalian abadi.”Sementara itu, wanita lain di sudut ruangan berdiri dan berteriak keras, “Itu tidak mungkin!”Semua mata be

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Cemburu?

    “Aku tidak suka dibantah,” tegas Air, sorot matanya menusuk ke arah Bulan.“Aku juga tidak suka diatur—apalagi dipaksa-paksa!” seru Bulan, tak kalah tajam. Matanya membulat, penuh perlawanan. “Pergi sendiri saja makan malam sama mantan Om itu. Aku tidak mau ketemu ulat salak, bisa gatal-gatal sekujur badan!” sindirnya ketus, lalu membalik badan dan berjalan ke balkon.Udara malam tak cukup dingin untuk menenangkan hatinya. Sejak tahu siapa perempuan itu, perasaan Bulan jadi tak menentu. Sedih. Kecewa. Marah. Bahkan dia sendiri bingung—kenapa?Harusnya dia lega. Wanita dari masa lalu Air kembali, artinya bisa jadi ini jalan keluar dari pernikahan terpaksa ini. Tapi... hatinya seperti menolak. Ia ingin mencakar wajah tampan suaminya itu. Kenapa?“Apa aku... cemburu?”Baru saja dia menghela napas, suara berat Air menyusul dari belakang.“Kamu cemburu?”Bulan menutup matanya sejenak. Harusnya dia sudah pergi. Tapi ternyata malah menyusul—dan menuduh dia cemburu?Ia berbalik, mendongakkan

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Wanita Masa Lalu

    Bulan menggigit bibirnya, matanya terpaku pada sosok pria dewasa yang duduk angkuh di depan sana. Tatapan tajam pria itu mengunci layar besar yang menampilkan presentasi seorang wanita. Bulan meringis, ikut merasakan tekanan yang seolah menyesakkan ruang—tegang, dingin, mencekam, seakan oksigen pun enggan berdiam terlalu lama di sana.Sejak awal pertemuan, Bulan memperhatikan bagaimana satu per satu orang mencoba menyampaikan ide mereka, menggambarkan konsep di layar dengan harapan pria dingin itu—suaminya—berkenan menjalin kerja sama. Tapi sorot mata Air seperti binatang buas yang mengintai mangsanya, dan Bulan yakin jika ia yang berdiri di sana, kakinya akan gemetar tak karuan.Jantung Bulan melonjak saat tiba-tiba sorot itu mengarah padanya. Ia terkesiap, buru-buru memalingkan wajah.“Mommy Malika dulu makan pisau silet atau cutter, ya?” gumamnya pelan. “Anaknya punya mata setajam itu... apa tidak perih, lihat orang-orang tidak berkedip begitu?”Sudut matanya menangkap bayangan wa

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Antara Peran Dan Kenyataan

    “Yon... Yona, tunggu!” suara Mirza menggema di lorong sekolah.Yona menghentikan langkahnya dengan geram. Ia berbalik cepat, sorot matanya tajam menusuk.“Apa lagi sih, Za? Gara-gara bicara sama kamu kemarin, aku dikejar-kejar sama si ulat bulu itu!”Nada suaranya dingin, penuh kekesalan. Ia sama sekali tak tertarik berurusan dengan dua manusia yang, menurutnya, tak tahu malu itu.“Aku sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi sama dia,” ujar Mirza mencoba menjelaskan.Yona tertawa sinis. “Tidak punya hubungan? Apa kamu pikir aku bakal percaya setelah melihat kalian keluar dari hotel semalam? Jijik, Mirza.”“Cepet, aku sudah dijemput,” tukasnya, berusaha pergi.“Beneran kamu tidak tahu Bulan ke mana?”Yona menghela napas panjang. Matanya melotot penuh kekesalan. Lelaki ini benar-benar bebal.“Aku bukan kamu yang suka berkata bohong. Denger baik-baik, kamu yang meninggalkan Bulan. Kamu lebih memilih si ulat itu daripada sahabat aku yang selama ini selalu ada buat kamu. Dan kalaupun aku t

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Visualnya Sangat Sempurna

    Bulan merasa kesal setengah mati dan juga sekaligus malu. Saat terjaga dan mendapati dirinya memeluk pria itu seperti guling. Dan yang lebih mencengangkan adalah mereka sudah berada di pesawat yang sedang mengudara, sementara dirinya masih mengenakan piyama tidur. Bagaimana bisa ia tidak menyadari saat pria itu memindahkan tubuhnya dari sofa rumah ke ranjang pesawat. Entah terlalu lelah atau karena perasaan nyaman.Setelah membersihkan diri dan berpakaian Bulan keluar dari kamar, ia berdecak kagum melihat interior pesawat itu. Kafi yang melihat Nona mudanya berdiri di depan pintu kamar, mempersilakan gadis itu untuk duduk di kursinya. Disana telah tersaji sarapan yang sudah disiapkan untuknya.“Silahkan, Nona.” Ucap Kafi.“Terima kasih,” balas Bulan tersenyum ramah lalu melangkah menuju kursinya dan ternyata bersebelahan dengan Air.Lelaki itu sudah selesai dengan sarapannya, terlihat seorang pramugari sedang membereskan meja di depannya.Bulan melirik Air dengan wajah juteknya, kemu

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Penjelasan

    Dalam sekejap saja, taman samping rumah yang berbatasan dengan kolam renang telah berubah menjadi tempat dilaksanakannya ikrar suci pernikahan antara Bulan dan Air.Bulan menatap takjub dekorasi sederhana yang didominasi warna putih dan biru—pilihan calon mertuanya. Ia memang minta pernikahannya dilakukan secara sederhana saja dan tentunya di rahasiakan. Mereka pun setuju, setelah Bulan lulus sekolah baru mereka akan mengadakan resepsi besar-besaran.Selera Ny. Malika tidak perlu diragukan lagi. Wanita itu seolah tau, pernikahan seperti apa yang diinginkan oleh calon menantunya.“Orang kaya bebas melakukan apa yang mereka inginkan, tinggal menjentikkan jari, dan cliing… semua terjadi. Ckck, efek uang yang bicara. Apapun bisa terwujud.” Bulan menatap kagum perubahan taman di samping rumahnya. Seakan semua yang terjadi sudah dipersiapkan dari jauh hari.“Ya Tuhan, mengapa takdirku menikah dengan laki-laki gila.” Keluh Bulan menghela kasar nafasnya.“Siapa yang gila?”“Eh,” Bulan berje

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Siapa Yang Menikah?

    Mata Bulan sampai melotot, wajahnya berubah pucat. Jantungnya berdetak hebat, keringat dingin membasahi pelipisnya yang tertutup dengan poni.Kepalanya sangat berisik dengan berbagai pikiran, melihat pria yang suka sekali mengancam dirinya itu ada di sana bertemu keluarganya—ditambah sedang ada tamu. Ketakutan merayap hatinya, berpikir pria itu datang untuk menunjukkan video pada Papi karena mengetahui dirinya akan dilamar orang lain. “O-om, sedang apa disini?” tanya Bulan gugup.“Om?” seru mereka yang ada disana hampir bersamaan, terkejut dengan panggilan Bulan pada pria berwajah datar itu.“Kamu memanggil kekasihmu, dengan panggilan, Om?” itu suara Galih, kakek dari Bulan.“Ke-kekasih?” Bulan menoleh pada pria sepuh itu, lalu kembali beralih pada pria yang masih tetap di posisinya tanpa merubah ekspresi wajahnya.Hanya tatapan dingin dan tajam yang bisa dilihat Bulan. Bulan tercekat, paham sekali arti tatapan yang diberikan padanya. Sudah berulang kali Air meminta pada gadis itu un

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Melanggar Perjanjian

    Berulang kali Bulan menghela nafas dalam kebingungannya, detik itu juga pintu rumah terbuka. Ia terkesiap ketika melihat sosok pria paruh baya berdiri tegak di hadapannya. Senyum itu semakin membuat rasa bersalah yang mendera kembali muncul. Matanya berkaca-kaca, hatinya remuk menyadari telah menyakiti pria yang menyambutnya penuh kehangatan. Tanpa mampu diri dia menabrak tubuh pria itu—tangisnya pecah. “Papi...”“Sst, sudah... Papi di sini, sayang.” Bisik pria yang di panggil Papi itu.Lukman sendiri merasa terkejut melihat putri semata wayangnya menangis begitu pilu. Sejak kepergian istrinya, jarang sekali Bulan menunjukkan air mata.Dan hari ini, dia kembali melihat putrinya menangis. Rasa khawatir dan ingin tahu mulai menyelimuti hati pria berusia empat puluh lima tahun itu.“Sayang, ada apa?“ tanya Lukman dengan suara lembut, seraya mengusap kepala Bulan, mencoba menenangkan dan mengobati luka di hati sang putri.Dalam pelukan Lukman Bulan menggeleng, “Aku sayang Papi,”Lukman

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Perjanjian

    “Aku tidak mau tau, kau harus tanggung jawab pria mesum.” Cetus Bulan geram.Air menaikan satu alisnya, merasa lucu dengan perkataan Bulan. “Seharusnya aku yang minta tanggung jawabmu, karena kau sudah lancang mencuri ciuman pertamaku dan kau juga berada di kamarku. Jadi…?” Air menyeringai sebelum melanjutkan ucapannya, “Siapa disini yang mesum, hm?” ‘Kenapa harus diingatkan!’ batin Bulan menggeram kesal. Ingin sekali menyumpal mulutnya yang tidak di filter. Bulan mengedarkan pandangannya mencoba mengenali ruangan sekitarnya, tiba-tiba merasa mirip dengan kamar hotel.Hah? Apa aku sama pria ini benar-benar udah... Ah, tidak mungkin, aku terlalu berlebihan. Pikir Bulan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mencoba menepis kekhawatiran yang tiba-tiba menyerang dirinya.Akan tetapi melihat dirinya hanya memakai kemeja tanpa dalaman, Bulan menyadari bahwa sesuatu pasti telah terjadi di antara mereka. Ia merasa sangat ceroboh sekali. Bagaimana mungkin ia bisa berakhir bersama pria dew

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status