Home / Romansa / Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan / Visualnya Sangat Sempurna

Share

Visualnya Sangat Sempurna

last update Last Updated: 2024-12-15 11:17:20

Bulan merasa kesal setengah mati dan juga sekaligus malu. Saat terjaga dan mendapati dirinya memeluk pria itu seperti guling. Dan yang lebih mencengangkan adalah mereka sudah berada di pesawat yang sedang mengudara, sementara dirinya masih mengenakan piyama tidur.

Bagaimana bisa ia tidak menyadari saat pria itu memindahkan tubuhnya dari sofa rumah ke ranjang pesawat. Entah terlalu lelah atau karena perasaan nyaman.

Setelah membersihkan diri dan berpakaian Bulan keluar dari kamar, ia berdecak kagum melihat interior pesawat itu. Kafi yang melihat Nona mudanya berdiri di depan pintu kamar, mempersilakan gadis itu untuk duduk di kursinya. Disana telah tersaji sarapan yang sudah disiapkan untuknya.

“Silahkan, Nona.” Ucap Kafi.

“Terima kasih,” balas Bulan tersenyum ramah lalu melangkah menuju kursinya dan ternyata bersebelahan dengan Air.

Lelaki itu sudah selesai dengan sarapannya, terlihat seorang pramugari sedang membereskan meja di depannya.

Bulan melirik Air dengan wajah juteknya, kemudian dengan gaya anggun ia duduk di kursinya dan mulai menikmati makanannya.

Kepala Bulan bergerak-gerak kiri dan kanan tiap kali makanan masuk kedalam mulutnya. Alis Air terangkat sebelah melihat tingkah gadisnya yang terlihat sangat lucu.

‘Makan saja terlihat sangat menggemaskan!’

Perjalanan mereka masih sangat panjang, memakan waktu hingga belasan jam. Bulan mulai merasa bosan, duduknya sudah terlihat gelisah.

Fasilitas lengkap dalam pesawat itu tak mampu membuatnya betah. Dengan siku bertumpu pada sandaran kursi, tangannya menopang sisi kepala sambil memandang Air yang serius menatap layar laptop di depannya.

‘Apa yang sedang dia lakukan, tidak bosan apa melotot terus di depan layar?’ gumam Bulan dalam hati, mencoba mengusir rasa bosan yang menghinggapi dengan memandangi Air. Mumpung pria itu tengah sibuk pasti tidak akan sadar kalau dia memperhatikannya, pikir Bulan

Kacamata kerja yang bertengger di atas hidung mancungnya menambah kesan kedewasaan pada wajahnya. Matanya yang tajam menatap, membuat siapa pun yang melihatnya seakan terhipnotis. Garis rahangnya yang tegas, memancarkan aura yang begitu memikat.

Pria itu laksana jelmaan Dewa Yunani yang sedang turun ke bumi. Visual-nya sangat sempurna untuk seorang manusia. Namun, rasa kagum itu seketika buyar ketika kalimat menyebalkan terlontar dari bibir merah Air.

Sambil tersenyum mengejek Air berkata, “Saya memang tampan, pandanglah saya semau-mu.” Wajahnya yang semula tampak menawan, kini berubah menjadi sumber kekesalan bagi Bulan.

Rasanya gelas yang berisi jus mangga di depannya ingin dia lempar ke arah kepala pria itu, siapa tau dengan begitu laki-laki yang berstatus suaminya bisa lebih bersahabat dalam bertutur kata tidak membuat orang di sekitarnya emosi tingkat tinggi.

Bulan memalingkan mukanya melihat keluar jendela pesawat, merutuki dirinya. Ditengah rasa bosan melanda ia sampai memandangi Air. Sudah tau pria itu memiliki kepercayaan diri yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari tubuhnya yang seperti tiang listrik.

“Kapan sampainya!” Bulan sengaja berucap demikian, ia sangat jenuh tidak ada yang mengajaknya bicara.

Pria itu sama sekali tidak bisa diharapkan, ia terlalu kaku, tidak asik. Sekalinya bicara memancing emosi, huuhh…

Disaat seperti ini, Bulan merindukan sahabatnya, dia juga merindukan sekolahnya. Dimana mereka menghabiskan waktu istirahat di kantin dengan kegilaan yang mereka lakukan. Bulan lebih bisa mengekspresikan dirinya, tidak seperti sekarang ini, dia seperti berada di dunia lain.

“Sekarang dia pasti sedang makan bakso mang ucup.” gumam Bulan memandang awan-awan di luar jendela pesawat dengan wajah nelangsa.

Bulan membayangkan makanan berbentuk bulat dan kuah bening dengan kepulan asap. Taburan bawang goreng yang banyak di atasnya ditambah beberapa telur puyuh. Sungguh nikmat sekali, membuat liur gadis itu ingin menetes. Ia mengecap-ngecap mulutnya seakan makanan itu ada di depannya saat ini.

Bulan menarik nafas dalam dan panjang lalu menghembuskan secara kasar, ia berdiri dari duduknya lalu berseru, “Hei, kalian, pria-pria berbadan besar.” Ucap Bulan yang ditujukan pada beberapa anak buah Air yang ikut di dalam pesawat pribadi milik keluarga Zelandra.

Dengan sigap mereka berdiri, membungkukkan badan memberi hormat pada Nona Muda Zelandra.

“Kenapa kalian mau bekerja dengan pria kaku seperti dia?” Bulan menunjukkan ke arah Air dengan dagunya, “Tidakkah kalian lelah menghadapi sikapnya yang membuat kalian darah tinggi. Aku saja yang baru…” Bulan menunduk menghitung jari tangannya, untuk mengetahui berapa lama berurusan dengan pria itu.

“Hah, berapa sih!” Kesal Bulan karena tidak yakin dengan hitungannya, “Sudahlah, tidak penting juga berapa lama, yang penting intinya aku tidak suka dekat dengan dia. Wajahnya saja sedatar lantai granit, jika ditanya menunggu jawabannya sampai ubanan. Apalagi kalau matanya itu sudah seperti mau mencabut nyawa saja.” Bulan melirik sinis Air, akan tetapi yang dilirik tetap tenang di posisinya.

Air memilih diam, membiarkan istri kecilnya melakukan apa yang didinginkan. Pria itu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, duduk tenang sambil melipat kedua tangannya di depan dada—menikmati drama dari gadisnya yang sangat nakal.

“Lebih baik kalian semua bekerja padaku saja, dari pada tekanan batin bekerja pada pria tua itu. Kalian tidak ingin ikutan cepat tua seperti dia, kulit pada keriput-keriput. Mau ya, aku akan menjamin hidup kalian semua lebih sejahtera dan berwarna dan yang paling penting tidak cepat mati karena kena serangan jantung. Bagaimana? Tenang saja untuk urusan bayaranya, jauh lebih besar.” Bulan sudah seperti seorang marketing handal dalam membujuk pembeli untuk tertarik dengan barang yang ditawarkan.

Kafi yang duduk di kursi tak jauh dibelakang pasangan itu, melipat bibirnya sambil menundukkan kepala agar tidak tertawa. Bisa dalam masalah besar dia jika sampai kelepasan menertawakan Tuan mudanya.

Sejauh ini, tak ada seorang pun yang berani melontarkan buruk kepada Tuan Air, kecuali jika mereka ingin mengalami nasib tragis.

Namun, Kafi justru tergelitik melihat tingkah laku Nona mudanya yang sama sekali tidak ada rasa takut. Malah dengan gamblang memanggil Tuan Muda dengan sebutan 'Om tua, muka sedatar lantai granit'.

“Kenapa diam?” tanya Bulan melihat para pria berbadan besar hanya menundukkan kepala tidak ada yang menjawab.

“Hmm, aku tau kalian pasti takut sama si Om ini. Badan saja yang besar seperti Hulk, tapi tidak bernyali.” Ucap Bulan meremehkan, menjentikkan sedikit ujung jarinya.

Namun, Bulan tak menduga apa yang terjadi selanjutnya. Dalam sekejap, tubuhnya melayang di udara, diangkat oleh sang Tuan Muda yang sejak tadi menjadi target dari aksi provokasinya.

“Aaaa…! Om mesum! kamu mau bawa aku kemana? Lepasiiiiin…! Hei kalian kenapa pada berdiri saja bantuin akuuu...”

Bulan meronta-ronta minta dilepaskan, namun usahanya sia-sia. Ia juga meminta bantuan pada anak buah suaminya, tapi mereka cari aman tidak mau terlibat dengan urusan snag Tuan Muda.

Air menulikan telinganya, pria itu memanggul sang istri di bahu kirinya dan membawa gadis kecilnya yang tubuhnya terasa ringan bagaikan kapas masuk ke dalam kamar pribadi yang ada di dalam pesawat.

Nah kan, makanya Bulan diam saja jangan mencari masalah. Suka sekali kamu memancing di air yang tenang. Sekali airnya riak di sambar kan, semoga dirimu baik-baik saja didalam sana.

“Tidaaakkk…”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Antara Peran Dan Kenyataan

    “Yon... Yona, tunggu!” suara Mirza menggema di lorong sekolah.Yona menghentikan langkahnya dengan geram. Ia berbalik cepat, sorot matanya tajam menusuk.“Apa lagi sih, Za? Gara-gara bicara sama kamu kemarin, aku dikejar-kejar sama si ulat bulu itu!”Nada suaranya dingin, penuh kekesalan. Ia sama sekali tak tertarik berurusan dengan dua manusia yang, menurutnya, tak tahu malu itu.“Aku sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi sama dia,” ujar Mirza mencoba menjelaskan.Yona tertawa sinis. “Tidak punya hubungan? Apa kamu pikir aku bakal percaya setelah melihat kalian keluar dari hotel semalam? Jijik, Mirza.”“Cepet, aku sudah dijemput,” tukasnya, berusaha pergi.“Beneran kamu tidak tahu Bulan ke mana?”Yona menghela napas panjang. Matanya melotot penuh kekesalan. Lelaki ini benar-benar bebal.“Aku bukan kamu yang suka berkata bohong. Denger baik-baik, kamu yang meninggalkan Bulan. Kamu lebih memilih si ulat itu daripada sahabat aku yang selama ini selalu ada buat kamu. Dan kalaupun aku t

    Last Updated : 2025-04-25
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Wanita Masa Lalu

    Bulan menggigit bibirnya, matanya terpaku pada sosok pria dewasa yang duduk angkuh di depan sana. Tatapan tajam pria itu mengunci layar besar yang menampilkan presentasi seorang wanita. Bulan meringis, ikut merasakan tekanan yang seolah menyesakkan ruang—tegang, dingin, mencekam, seakan oksigen pun enggan berdiam terlalu lama di sana.Sejak awal pertemuan, Bulan memperhatikan bagaimana satu per satu orang mencoba menyampaikan ide mereka, menggambarkan konsep di layar dengan harapan pria dingin itu—suaminya—berkenan menjalin kerja sama. Tapi sorot mata Air seperti binatang buas yang mengintai mangsanya, dan Bulan yakin jika ia yang berdiri di sana, kakinya akan gemetar tak karuan.Jantung Bulan melonjak saat tiba-tiba sorot itu mengarah padanya. Ia terkesiap, buru-buru memalingkan wajah.“Mommy Malika dulu makan pisau silet atau cutter, ya?” gumamnya pelan. “Anaknya punya mata setajam itu... apa tidak perih, lihat orang-orang tidak berkedip begitu?”Sudut matanya menangkap bayangan wa

    Last Updated : 2025-04-26
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Cemburu?

    “Aku tidak suka dibantah,” tegas Air, sorot matanya menusuk ke arah Bulan.“Aku juga tidak suka diatur—apalagi dipaksa-paksa!” seru Bulan, tak kalah tajam. Matanya membulat, penuh perlawanan. “Pergi sendiri saja makan malam sama mantan Om itu. Aku tidak mau ketemu ulat salak, bisa gatal-gatal sekujur badan!” sindirnya ketus, lalu membalik badan dan berjalan ke balkon.Udara malam tak cukup dingin untuk menenangkan hatinya. Sejak tahu siapa perempuan itu, perasaan Bulan jadi tak menentu. Sedih. Kecewa. Marah. Bahkan dia sendiri bingung—kenapa?Harusnya dia lega. Wanita dari masa lalu Air kembali, artinya bisa jadi ini jalan keluar dari pernikahan terpaksa ini. Tapi... hatinya seperti menolak. Ia ingin mencakar wajah tampan suaminya itu. Kenapa?“Apa aku... cemburu?”Baru saja dia menghela napas, suara berat Air menyusul dari belakang.“Kamu cemburu?”Bulan menutup matanya sejenak. Harusnya dia sudah pergi. Tapi ternyata malah menyusul—dan menuduh dia cemburu?Ia berbalik, mendongakkan

    Last Updated : 2025-04-26
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Lebih Dari Sekedar Ciuman

    Mata Bulan mengerjap-ngerjap, tersentak oleh pernyataan Air mengenai pernikahan mereka. Hatinya sempat meleleh seperti mentega di atas wajan panas, tapi sekarang, ia merasa seperti terjun ke dalam jurang es yang membekukan tubuh dan hatinyaSentuhan jemari Air di pipinya membuat kewarasannya kembali muncul ke permukaan. “I-iya, sayang... aku hanya kaget, saja. Kamu mengumumkan pernikahan kita begitu tiba-tiba,” ujar Bulan, tersenyum semanis mungkin, meski dalam hati ingin muntah.Pria dewasa ini benar-benar membuatnya resah. Bulan hanya berharap agar jiwanya tetap waras.Dalam hatinya, Bulan merasa cemas. Kenapa pernikahan mereka yang seharusnya dirahasiakan, malah diumumkan seperti ini?Seorang pria setengah baya menyampaikan ucapan selamat, mengiringi doanya dengan penuh ketulusan. “Selamat atas pernikahan Anda, Tuan Air. Kalian sangat serasi. Semoga kebahagiaan kalian abadi.”Sementara itu, wanita lain di sudut ruangan berdiri dan berteriak keras, “Itu tidak mungkin!”Semua mata be

    Last Updated : 2025-04-27
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Perjanjian

    “Aku tidak mau tau, kau harus tanggung jawab pria mesum.” Cetus Bulan geram.Air menaikan satu alisnya, merasa lucu dengan perkataan Bulan. “Seharusnya aku yang minta tanggung jawabmu, karena kau sudah lancang mencuri ciuman pertamaku dan kau juga berada di kamarku. Jadi…?” Air menyeringai sebelum melanjutkan ucapannya, “Siapa disini yang mesum, hm?” ‘Kenapa harus diingatkan!’ batin Bulan menggeram kesal. Ingin sekali menyumpal mulutnya yang tidak di filter. Bulan mengedarkan pandangannya mencoba mengenali ruangan sekitarnya, tiba-tiba merasa mirip dengan kamar hotel.Hah? Apa aku sama pria ini benar-benar udah... Ah, tidak mungkin, aku terlalu berlebihan. Pikir Bulan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mencoba menepis kekhawatiran yang tiba-tiba menyerang dirinya.Akan tetapi melihat dirinya hanya memakai kemeja tanpa dalaman, Bulan menyadari bahwa sesuatu pasti telah terjadi di antara mereka. Ia merasa sangat ceroboh sekali. Bagaimana mungkin ia bisa berakhir bersama pria dew

    Last Updated : 2024-10-26
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Melanggar Perjanjian

    Berulang kali Bulan menghela nafas dalam kebingungannya, detik itu juga pintu rumah terbuka. Ia terkesiap ketika melihat sosok pria paruh baya berdiri tegak di hadapannya. Senyum itu semakin membuat rasa bersalah yang mendera kembali muncul. Matanya berkaca-kaca, hatinya remuk menyadari telah menyakiti pria yang menyambutnya penuh kehangatan. Tanpa mampu diri dia menabrak tubuh pria itu—tangisnya pecah. “Papi...”“Sst, sudah... Papi di sini, sayang.” Bisik pria yang di panggil Papi itu.Lukman sendiri merasa terkejut melihat putri semata wayangnya menangis begitu pilu. Sejak kepergian istrinya, jarang sekali Bulan menunjukkan air mata.Dan hari ini, dia kembali melihat putrinya menangis. Rasa khawatir dan ingin tahu mulai menyelimuti hati pria berusia empat puluh lima tahun itu.“Sayang, ada apa?“ tanya Lukman dengan suara lembut, seraya mengusap kepala Bulan, mencoba menenangkan dan mengobati luka di hati sang putri.Dalam pelukan Lukman Bulan menggeleng, “Aku sayang Papi,”Lukman

    Last Updated : 2024-12-14
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Siapa Yang Menikah?

    Mata Bulan sampai melotot, wajahnya berubah pucat. Jantungnya berdetak hebat, keringat dingin membasahi pelipisnya yang tertutup dengan poni.Kepalanya sangat berisik dengan berbagai pikiran, melihat pria yang suka sekali mengancam dirinya itu ada di sana bertemu keluarganya—ditambah sedang ada tamu. Ketakutan merayap hatinya, berpikir pria itu datang untuk menunjukkan video pada Papi karena mengetahui dirinya akan dilamar orang lain. “O-om, sedang apa disini?” tanya Bulan gugup.“Om?” seru mereka yang ada disana hampir bersamaan, terkejut dengan panggilan Bulan pada pria berwajah datar itu.“Kamu memanggil kekasihmu, dengan panggilan, Om?” itu suara Galih, kakek dari Bulan.“Ke-kekasih?” Bulan menoleh pada pria sepuh itu, lalu kembali beralih pada pria yang masih tetap di posisinya tanpa merubah ekspresi wajahnya.Hanya tatapan dingin dan tajam yang bisa dilihat Bulan. Bulan tercekat, paham sekali arti tatapan yang diberikan padanya. Sudah berulang kali Air meminta pada gadis itu un

    Last Updated : 2024-12-14
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Penjelasan

    Dalam sekejap saja, taman samping rumah yang berbatasan dengan kolam renang telah berubah menjadi tempat dilaksanakannya ikrar suci pernikahan antara Bulan dan Air.Bulan menatap takjub dekorasi sederhana yang didominasi warna putih dan biru—pilihan calon mertuanya. Ia memang minta pernikahannya dilakukan secara sederhana saja dan tentunya di rahasiakan. Mereka pun setuju, setelah Bulan lulus sekolah baru mereka akan mengadakan resepsi besar-besaran.Selera Ny. Malika tidak perlu diragukan lagi. Wanita itu seolah tau, pernikahan seperti apa yang diinginkan oleh calon menantunya.“Orang kaya bebas melakukan apa yang mereka inginkan, tinggal menjentikkan jari, dan cliing… semua terjadi. Ckck, efek uang yang bicara. Apapun bisa terwujud.” Bulan menatap kagum perubahan taman di samping rumahnya. Seakan semua yang terjadi sudah dipersiapkan dari jauh hari.“Ya Tuhan, mengapa takdirku menikah dengan laki-laki gila.” Keluh Bulan menghela kasar nafasnya.“Siapa yang gila?”“Eh,” Bulan berje

    Last Updated : 2024-12-14

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Lebih Dari Sekedar Ciuman

    Mata Bulan mengerjap-ngerjap, tersentak oleh pernyataan Air mengenai pernikahan mereka. Hatinya sempat meleleh seperti mentega di atas wajan panas, tapi sekarang, ia merasa seperti terjun ke dalam jurang es yang membekukan tubuh dan hatinyaSentuhan jemari Air di pipinya membuat kewarasannya kembali muncul ke permukaan. “I-iya, sayang... aku hanya kaget, saja. Kamu mengumumkan pernikahan kita begitu tiba-tiba,” ujar Bulan, tersenyum semanis mungkin, meski dalam hati ingin muntah.Pria dewasa ini benar-benar membuatnya resah. Bulan hanya berharap agar jiwanya tetap waras.Dalam hatinya, Bulan merasa cemas. Kenapa pernikahan mereka yang seharusnya dirahasiakan, malah diumumkan seperti ini?Seorang pria setengah baya menyampaikan ucapan selamat, mengiringi doanya dengan penuh ketulusan. “Selamat atas pernikahan Anda, Tuan Air. Kalian sangat serasi. Semoga kebahagiaan kalian abadi.”Sementara itu, wanita lain di sudut ruangan berdiri dan berteriak keras, “Itu tidak mungkin!”Semua mata be

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Cemburu?

    “Aku tidak suka dibantah,” tegas Air, sorot matanya menusuk ke arah Bulan.“Aku juga tidak suka diatur—apalagi dipaksa-paksa!” seru Bulan, tak kalah tajam. Matanya membulat, penuh perlawanan. “Pergi sendiri saja makan malam sama mantan Om itu. Aku tidak mau ketemu ulat salak, bisa gatal-gatal sekujur badan!” sindirnya ketus, lalu membalik badan dan berjalan ke balkon.Udara malam tak cukup dingin untuk menenangkan hatinya. Sejak tahu siapa perempuan itu, perasaan Bulan jadi tak menentu. Sedih. Kecewa. Marah. Bahkan dia sendiri bingung—kenapa?Harusnya dia lega. Wanita dari masa lalu Air kembali, artinya bisa jadi ini jalan keluar dari pernikahan terpaksa ini. Tapi... hatinya seperti menolak. Ia ingin mencakar wajah tampan suaminya itu. Kenapa?“Apa aku... cemburu?”Baru saja dia menghela napas, suara berat Air menyusul dari belakang.“Kamu cemburu?”Bulan menutup matanya sejenak. Harusnya dia sudah pergi. Tapi ternyata malah menyusul—dan menuduh dia cemburu?Ia berbalik, mendongakkan

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Wanita Masa Lalu

    Bulan menggigit bibirnya, matanya terpaku pada sosok pria dewasa yang duduk angkuh di depan sana. Tatapan tajam pria itu mengunci layar besar yang menampilkan presentasi seorang wanita. Bulan meringis, ikut merasakan tekanan yang seolah menyesakkan ruang—tegang, dingin, mencekam, seakan oksigen pun enggan berdiam terlalu lama di sana.Sejak awal pertemuan, Bulan memperhatikan bagaimana satu per satu orang mencoba menyampaikan ide mereka, menggambarkan konsep di layar dengan harapan pria dingin itu—suaminya—berkenan menjalin kerja sama. Tapi sorot mata Air seperti binatang buas yang mengintai mangsanya, dan Bulan yakin jika ia yang berdiri di sana, kakinya akan gemetar tak karuan.Jantung Bulan melonjak saat tiba-tiba sorot itu mengarah padanya. Ia terkesiap, buru-buru memalingkan wajah.“Mommy Malika dulu makan pisau silet atau cutter, ya?” gumamnya pelan. “Anaknya punya mata setajam itu... apa tidak perih, lihat orang-orang tidak berkedip begitu?”Sudut matanya menangkap bayangan wa

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Antara Peran Dan Kenyataan

    “Yon... Yona, tunggu!” suara Mirza menggema di lorong sekolah.Yona menghentikan langkahnya dengan geram. Ia berbalik cepat, sorot matanya tajam menusuk.“Apa lagi sih, Za? Gara-gara bicara sama kamu kemarin, aku dikejar-kejar sama si ulat bulu itu!”Nada suaranya dingin, penuh kekesalan. Ia sama sekali tak tertarik berurusan dengan dua manusia yang, menurutnya, tak tahu malu itu.“Aku sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi sama dia,” ujar Mirza mencoba menjelaskan.Yona tertawa sinis. “Tidak punya hubungan? Apa kamu pikir aku bakal percaya setelah melihat kalian keluar dari hotel semalam? Jijik, Mirza.”“Cepet, aku sudah dijemput,” tukasnya, berusaha pergi.“Beneran kamu tidak tahu Bulan ke mana?”Yona menghela napas panjang. Matanya melotot penuh kekesalan. Lelaki ini benar-benar bebal.“Aku bukan kamu yang suka berkata bohong. Denger baik-baik, kamu yang meninggalkan Bulan. Kamu lebih memilih si ulat itu daripada sahabat aku yang selama ini selalu ada buat kamu. Dan kalaupun aku t

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Visualnya Sangat Sempurna

    Bulan merasa kesal setengah mati dan juga sekaligus malu. Saat terjaga dan mendapati dirinya memeluk pria itu seperti guling. Dan yang lebih mencengangkan adalah mereka sudah berada di pesawat yang sedang mengudara, sementara dirinya masih mengenakan piyama tidur. Bagaimana bisa ia tidak menyadari saat pria itu memindahkan tubuhnya dari sofa rumah ke ranjang pesawat. Entah terlalu lelah atau karena perasaan nyaman.Setelah membersihkan diri dan berpakaian Bulan keluar dari kamar, ia berdecak kagum melihat interior pesawat itu. Kafi yang melihat Nona mudanya berdiri di depan pintu kamar, mempersilakan gadis itu untuk duduk di kursinya. Disana telah tersaji sarapan yang sudah disiapkan untuknya.“Silahkan, Nona.” Ucap Kafi.“Terima kasih,” balas Bulan tersenyum ramah lalu melangkah menuju kursinya dan ternyata bersebelahan dengan Air.Lelaki itu sudah selesai dengan sarapannya, terlihat seorang pramugari sedang membereskan meja di depannya.Bulan melirik Air dengan wajah juteknya, kemu

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Penjelasan

    Dalam sekejap saja, taman samping rumah yang berbatasan dengan kolam renang telah berubah menjadi tempat dilaksanakannya ikrar suci pernikahan antara Bulan dan Air.Bulan menatap takjub dekorasi sederhana yang didominasi warna putih dan biru—pilihan calon mertuanya. Ia memang minta pernikahannya dilakukan secara sederhana saja dan tentunya di rahasiakan. Mereka pun setuju, setelah Bulan lulus sekolah baru mereka akan mengadakan resepsi besar-besaran.Selera Ny. Malika tidak perlu diragukan lagi. Wanita itu seolah tau, pernikahan seperti apa yang diinginkan oleh calon menantunya.“Orang kaya bebas melakukan apa yang mereka inginkan, tinggal menjentikkan jari, dan cliing… semua terjadi. Ckck, efek uang yang bicara. Apapun bisa terwujud.” Bulan menatap kagum perubahan taman di samping rumahnya. Seakan semua yang terjadi sudah dipersiapkan dari jauh hari.“Ya Tuhan, mengapa takdirku menikah dengan laki-laki gila.” Keluh Bulan menghela kasar nafasnya.“Siapa yang gila?”“Eh,” Bulan berje

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Siapa Yang Menikah?

    Mata Bulan sampai melotot, wajahnya berubah pucat. Jantungnya berdetak hebat, keringat dingin membasahi pelipisnya yang tertutup dengan poni.Kepalanya sangat berisik dengan berbagai pikiran, melihat pria yang suka sekali mengancam dirinya itu ada di sana bertemu keluarganya—ditambah sedang ada tamu. Ketakutan merayap hatinya, berpikir pria itu datang untuk menunjukkan video pada Papi karena mengetahui dirinya akan dilamar orang lain. “O-om, sedang apa disini?” tanya Bulan gugup.“Om?” seru mereka yang ada disana hampir bersamaan, terkejut dengan panggilan Bulan pada pria berwajah datar itu.“Kamu memanggil kekasihmu, dengan panggilan, Om?” itu suara Galih, kakek dari Bulan.“Ke-kekasih?” Bulan menoleh pada pria sepuh itu, lalu kembali beralih pada pria yang masih tetap di posisinya tanpa merubah ekspresi wajahnya.Hanya tatapan dingin dan tajam yang bisa dilihat Bulan. Bulan tercekat, paham sekali arti tatapan yang diberikan padanya. Sudah berulang kali Air meminta pada gadis itu un

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Melanggar Perjanjian

    Berulang kali Bulan menghela nafas dalam kebingungannya, detik itu juga pintu rumah terbuka. Ia terkesiap ketika melihat sosok pria paruh baya berdiri tegak di hadapannya. Senyum itu semakin membuat rasa bersalah yang mendera kembali muncul. Matanya berkaca-kaca, hatinya remuk menyadari telah menyakiti pria yang menyambutnya penuh kehangatan. Tanpa mampu diri dia menabrak tubuh pria itu—tangisnya pecah. “Papi...”“Sst, sudah... Papi di sini, sayang.” Bisik pria yang di panggil Papi itu.Lukman sendiri merasa terkejut melihat putri semata wayangnya menangis begitu pilu. Sejak kepergian istrinya, jarang sekali Bulan menunjukkan air mata.Dan hari ini, dia kembali melihat putrinya menangis. Rasa khawatir dan ingin tahu mulai menyelimuti hati pria berusia empat puluh lima tahun itu.“Sayang, ada apa?“ tanya Lukman dengan suara lembut, seraya mengusap kepala Bulan, mencoba menenangkan dan mengobati luka di hati sang putri.Dalam pelukan Lukman Bulan menggeleng, “Aku sayang Papi,”Lukman

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Perjanjian

    “Aku tidak mau tau, kau harus tanggung jawab pria mesum.” Cetus Bulan geram.Air menaikan satu alisnya, merasa lucu dengan perkataan Bulan. “Seharusnya aku yang minta tanggung jawabmu, karena kau sudah lancang mencuri ciuman pertamaku dan kau juga berada di kamarku. Jadi…?” Air menyeringai sebelum melanjutkan ucapannya, “Siapa disini yang mesum, hm?” ‘Kenapa harus diingatkan!’ batin Bulan menggeram kesal. Ingin sekali menyumpal mulutnya yang tidak di filter. Bulan mengedarkan pandangannya mencoba mengenali ruangan sekitarnya, tiba-tiba merasa mirip dengan kamar hotel.Hah? Apa aku sama pria ini benar-benar udah... Ah, tidak mungkin, aku terlalu berlebihan. Pikir Bulan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mencoba menepis kekhawatiran yang tiba-tiba menyerang dirinya.Akan tetapi melihat dirinya hanya memakai kemeja tanpa dalaman, Bulan menyadari bahwa sesuatu pasti telah terjadi di antara mereka. Ia merasa sangat ceroboh sekali. Bagaimana mungkin ia bisa berakhir bersama pria dew

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status