Home / Romansa / Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan / Antara Peran Dan Kenyataan

Share

Antara Peran Dan Kenyataan

last update Last Updated: 2025-04-25 12:10:50

“Yon... Yona, tunggu!” suara Mirza menggema di lorong sekolah.

Yona menghentikan langkahnya dengan geram. Ia berbalik cepat, sorot matanya tajam menusuk.

“Apa lagi sih, Za? Gara-gara bicara sama kamu kemarin, aku dikejar-kejar sama si ulat bulu itu!”

Nada suaranya dingin, penuh kekesalan. Ia sama sekali tak tertarik berurusan dengan dua manusia yang, menurutnya, tak tahu malu itu.

“Aku sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi sama dia,” ujar Mirza mencoba menjelaskan.

Yona tertawa sinis. “Tidak punya hubungan? Apa kamu pikir aku bakal percaya setelah melihat kalian keluar dari hotel semalam? Jijik, Mirza.”

“Cepet, aku sudah dijemput,” tukasnya, berusaha pergi.

“Beneran kamu tidak tahu Bulan ke mana?”

Yona menghela napas panjang. Matanya melotot penuh kekesalan. Lelaki ini benar-benar bebal.

“Aku bukan kamu yang suka berkata bohong. Denger baik-baik, kamu yang meninggalkan Bulan. Kamu lebih memilih si ulat itu daripada sahabat aku yang selama ini selalu ada buat kamu. Dan kalaupun aku tahu Bulan di mana, aku tidak akan pernah memberitahumu. Jangan pernah deketin dia lagi. Jangan sampai selingkuhan kamu itu menyakiti sahabat aku lagi. Paham?!”

Yona melangkah pergi tanpa menoleh sedikit pun. Bahkan kalau Mirza memohon di kakinya pun, ia tak peduli. Luka yang pernah ditorehkan lelaki itu pada sahabatnya tak akan mudah dilupakan.

“Arrgh! Kamu kemana sih, Bulan...” gumam Mirza frustrasi, meninju udara.

Ia berjalan lunglai ke parkiran, hatinya dipenuhi penyesalan. Dalam pikirannya terbayang wajah Bulan—senyumnya yang manis, sikap penurutnya, cerianya, dan betapa ia dulu begitu menjaga dirinya.

Begitulah manusia. Saat dimiliki, tak pernah dihargai. Saat kehilangan, barulah menyadari betapa berharganya yang telah pergi.

*

*

*

Sementara itu, gadis yang dicari-cari tengah berada di belahan dunia lain.

Setelah menempuh penerbangan delapan belas jam, jet pribadi keluarga Zelandra akhirnya mendarat di Bandara Internasional Zurich. Dari sana, mereka langsung menuju hotel mewah di pusat kota.

Bulan sudah selesai membersihkan diri dan berganti pakaian santai. Ia menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang empuk, tubuhnya terasa remuk redam.

“Haaa... pinggang-ku mau lepas. Andai bisa minta pintu kemana saja sama si Om, badan aku tidak akan rontok seperti ini kalau diajak jalan-jalan. Kayak rambut aja, rontok,” gumamnya sambil tertawa kecil.

“Dia ke mana sih? Baru tiba, langsung kerja? Apakah dia tidak merasa lelah? Ya sudahlah, Terserah dia saja. Sepertinya tidur adalah pilihan terbaik.”

Di kamar lain, Air tengah menerima laporan dari Jeff, tangan kanannya yang sudah lebih dulu tiba di Zurich untuk memantau situasi.

“Jangan lengah. Terus awasi mereka,” perintah Air dengan dingin, matanya tajam menatap dokumen di tangannya.

“Baik, Tuan.”

Namun Jeff tampak ragu. Ia melirik Kafi sejenak sebelum bicara lagi.

“Ada satu hal lagi, Tuan. Besok, dalam pertemuan dengan Mr. Joseph, Nona Tiara akan turut hadir.”

Mata Air menyipit. Wajahnya berubah drastis—Tatapan mata tajamnya terasa menusuk udara, membuat mereka yang berada di ruangan tersebut merasakan seolah-olah membeku. Aura yang dikeluarkan pewaris Zelandra itu terasa begitu kuat, memancarkan kemurkaan dalam hatinya karena berita yang baru disampaikan Jeff.

“Siapkan jamuan istimewa untuk besok malam,” ucapnya pelan, tapi penuh ancaman.

Senyuman licik muncul di wajah Air. Kafi dan Jeff saling pandang, nyaris gemetar. Mereka tahu, sesuatu tengah disusun. Dan jika Tuan Muda mereka sudah bertindak seperti itu, maka akan ada pertunjukan yang tak mudah dilupakan.

“Sepertinya permainan baru akan dimulai,” gumam Kafi lirih.

Jeff mengangguk, “Sudah lama aku tidak melihat sisi ini darinya.”

*

*

*

“Kenapa Tuan Air membawa serta Nona Muda dalam pertemuan ini?” bisik Jeff pada Kafi.

Timbul rasa penasaran yang menyeruak dalam benak Jeff, begitu pula dengan Kafi. Keduanya mengikuti langkah pasangan suami istri yang berjalan di depan mereka, mata mereka tajam bak elang, mengawasi sekitar.

“Mana aku tahu. Kau seperti tak kenal Tuan-mu saja. Dia, kan, penuh kejutan.”

Mereka saling bertatapan.

Jeff mengangguk pelan, sepakat dengan Kafi. Memang benar, meskipun sudah lama bekerja bersama Air, kejutan dari suami Bulan itu seakan tak pernah ada habisnya.

Lift bergerak naik membawa keempatnya menuju lantai tempat pertemuan diadakan. Air, dengan santai namun posesif, melingkarkan lengannya di pinggang Bulan. Ia seolah tak peduli pada dua asistennya yang ikut berada di sana. Bulan sendiri merasa risih, tapi entah mengapa, dia terus mengikuti dan menuruti lelaki egois itu.

“Lakukan yang terbaik,” bisik Air.

Bulan menghela napas panjang. Sejujurnya, ia lebih memilih rebahan di kamar. Ia tidak tertarik—apalagi paham—mengenai urusan bisnis. Bahkan ke kantor Papi-nya sendiri saja ia jarang, apalagi harus duduk satu ruangan dengan orang-orang serius berseragam jas yang membahas hal-hal berat yang tak ia pahami.

Kalau saja semalam Air tidak menghubungi Mommy Malika, dia sudah pasti tak akan sudi ikut. Tapi kalimat sang mertua terus terngiang,

“Nak, sebagai istri kamu wajib mendampingi suamimu. Akan banyak sekali dari mereka yang berniat tidak baik pada suamimu demi proyek besar ini.”

Dengan terpaksa, Bulan mengangguk. Di sisi lain, ia juga penasaran ingin melihat sendiri, seperti apa dunia bisnis yang katanya penuh penjilat dan manipulasi itu.

Tapi sepertinya mereka terlalu berlebihan. Bagaimana mungkin pria seperti Air bisa celaka? Lihat saja, sepanjang lorong menuju ruang pertemuan dipenuhi orang-orang berbaju hitam yang membungkuk setiap kali mereka melintas.

Yang paling menyebalkan, hari ini ia harus memakai dress dan sepatu hak tinggi. Padahal biasanya ia nyaman dengan celana jeans, kaos, dan sneakers. Hari ini, tampil feminin itu melelahkan. Kakinya serasa mau lepas.

‘Apa semua istri orang kaya harus tampil cantik dan anggun? Harusnya jadi diri sendiri itu jauh lebih baik. Mau kabur saja susah!’

Pintu kaca dibuka oleh pengawal, dan mereka disambut para pengusaha yang sudah berkumpul. Semua berdiri menyambut sang penerus Zelandra.

Melihat Air datang bersama seorang gadis muda, pertanyaan langsung bermunculan. Siapa gadis cantik yang berhasil berdiri di sisi pria dingin tersebut?

Cara Air merangkul pinggangnya, jelas bahwa gadis itu istimewa. Beberapa di antara mereka bahkan tampak kecewa. Harapan menjodohkan putri mereka dengan pria karismatik itu seketika pupus.

Air menuntun Bulan ke meja yang berada di sudut ruangan, tempat yang nyaman dan strategis. Di atas meja sudah tersedia minuman dan camilan khusus untuk istri kecilnya.

“Ingat, jangan buat Mommy kecewa,” bisik Air di telinganya.

Posisinya setengah membungkuk, membelakangi meja panjang tempat para pebisnis berdiri. Sekilas, orang akan mengira Air sedang mencium istrinya, karena posisi mereka sangat intim. Padahal, Air sedang mengancam Bulan.

“Iya, cerewet! Bisanya mengancam,” balasnya ketus, bibir mengerucut kesal.

Air menatapnya tajam. Kalau saja mereka tidak berada di tempat umum, pasti bibir ranum berlapis lip gloss itu sudah dilahapnya.

Namun Bulan juga tak mau kalah. Ia balas menatap dengan sorot tajam.

Air meniup wajahnya pelan, membuat poni Bulan bergoyang ringan.

Fyuuuh.

‘Dia habis minum parfum apa? Wangi banget tuh mulut... duh, pengen dikecup. Iiiih... otakku makin konslet deket-deket om-om tua ini,’ rutuknya dalam hati, kesal pada dirinya sendiri.

Air menegakkan tubuh sambil merapikan jas, tapi pandangannya masih terpaku pada Bulan—hangat, nyaris lembut.

“Aku ke sana dulu, sayang,” ucapnya seraya mengelus pipi Bulan.

‘Sayang?’

Bulan nyaris tertawa. Telinganya masih berfungsi kan? Apa dia salah makan? Tuan Muda datar, arogan, yang hobinya mengancam itu—panggil dia sayang?

Di balik keramaian ruang pertemuan, dua pasang mata saling mengawasi dari sudut berbeda.

“Siapa perempuan itu, sampai Air memperlakukannya seperti Ratu?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Wanita Masa Lalu

    Bulan menggigit bibirnya, matanya terpaku pada sosok pria dewasa yang duduk angkuh di depan sana. Tatapan tajam pria itu mengunci layar besar yang menampilkan presentasi seorang wanita. Bulan meringis, ikut merasakan tekanan yang seolah menyesakkan ruang—tegang, dingin, mencekam, seakan oksigen pun enggan berdiam terlalu lama di sana.Sejak awal pertemuan, Bulan memperhatikan bagaimana satu per satu orang mencoba menyampaikan ide mereka, menggambarkan konsep di layar dengan harapan pria dingin itu—suaminya—berkenan menjalin kerja sama. Tapi sorot mata Air seperti binatang buas yang mengintai mangsanya, dan Bulan yakin jika ia yang berdiri di sana, kakinya akan gemetar tak karuan.Jantung Bulan melonjak saat tiba-tiba sorot itu mengarah padanya. Ia terkesiap, buru-buru memalingkan wajah.“Mommy Malika dulu makan pisau silet atau cutter, ya?” gumamnya pelan. “Anaknya punya mata setajam itu... apa tidak perih, lihat orang-orang tidak berkedip begitu?”Sudut matanya menangkap bayangan wa

    Last Updated : 2025-04-26
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Cemburu?

    “Aku tidak suka dibantah,” tegas Air, sorot matanya menusuk ke arah Bulan.“Aku juga tidak suka diatur—apalagi dipaksa-paksa!” seru Bulan, tak kalah tajam. Matanya membulat, penuh perlawanan. “Pergi sendiri saja makan malam sama mantan Om itu. Aku tidak mau ketemu ulat salak, bisa gatal-gatal sekujur badan!” sindirnya ketus, lalu membalik badan dan berjalan ke balkon.Udara malam tak cukup dingin untuk menenangkan hatinya. Sejak tahu siapa perempuan itu, perasaan Bulan jadi tak menentu. Sedih. Kecewa. Marah. Bahkan dia sendiri bingung—kenapa?Harusnya dia lega. Wanita dari masa lalu Air kembali, artinya bisa jadi ini jalan keluar dari pernikahan terpaksa ini. Tapi... hatinya seperti menolak. Ia ingin mencakar wajah tampan suaminya itu. Kenapa?“Apa aku... cemburu?”Baru saja dia menghela napas, suara berat Air menyusul dari belakang.“Kamu cemburu?”Bulan menutup matanya sejenak. Harusnya dia sudah pergi. Tapi ternyata malah menyusul—dan menuduh dia cemburu?Ia berbalik, mendongakkan

    Last Updated : 2025-04-26
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Lebih Dari Sekedar Ciuman

    Mata Bulan mengerjap-ngerjap, tersentak oleh pernyataan Air mengenai pernikahan mereka. Hatinya sempat meleleh seperti mentega di atas wajan panas, tapi sekarang, ia merasa seperti terjun ke dalam jurang es yang membekukan tubuh dan hatinyaSentuhan jemari Air di pipinya membuat kewarasannya kembali muncul ke permukaan. “I-iya, sayang... aku hanya kaget, saja. Kamu mengumumkan pernikahan kita begitu tiba-tiba,” ujar Bulan, tersenyum semanis mungkin, meski dalam hati ingin muntah.Pria dewasa ini benar-benar membuatnya resah. Bulan hanya berharap agar jiwanya tetap waras.Dalam hatinya, Bulan merasa cemas. Kenapa pernikahan mereka yang seharusnya dirahasiakan, malah diumumkan seperti ini?Seorang pria setengah baya menyampaikan ucapan selamat, mengiringi doanya dengan penuh ketulusan. “Selamat atas pernikahan Anda, Tuan Air. Kalian sangat serasi. Semoga kebahagiaan kalian abadi.”Sementara itu, wanita lain di sudut ruangan berdiri dan berteriak keras, “Itu tidak mungkin!”Semua mata be

    Last Updated : 2025-04-27
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Perjanjian

    “Aku tidak mau tau, kau harus tanggung jawab pria mesum.” Cetus Bulan geram.Air menaikan satu alisnya, merasa lucu dengan perkataan Bulan. “Seharusnya aku yang minta tanggung jawabmu, karena kau sudah lancang mencuri ciuman pertamaku dan kau juga berada di kamarku. Jadi…?” Air menyeringai sebelum melanjutkan ucapannya, “Siapa disini yang mesum, hm?” ‘Kenapa harus diingatkan!’ batin Bulan menggeram kesal. Ingin sekali menyumpal mulutnya yang tidak di filter. Bulan mengedarkan pandangannya mencoba mengenali ruangan sekitarnya, tiba-tiba merasa mirip dengan kamar hotel.Hah? Apa aku sama pria ini benar-benar udah... Ah, tidak mungkin, aku terlalu berlebihan. Pikir Bulan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mencoba menepis kekhawatiran yang tiba-tiba menyerang dirinya.Akan tetapi melihat dirinya hanya memakai kemeja tanpa dalaman, Bulan menyadari bahwa sesuatu pasti telah terjadi di antara mereka. Ia merasa sangat ceroboh sekali. Bagaimana mungkin ia bisa berakhir bersama pria dew

    Last Updated : 2024-10-26
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Melanggar Perjanjian

    Berulang kali Bulan menghela nafas dalam kebingungannya, detik itu juga pintu rumah terbuka. Ia terkesiap ketika melihat sosok pria paruh baya berdiri tegak di hadapannya. Senyum itu semakin membuat rasa bersalah yang mendera kembali muncul. Matanya berkaca-kaca, hatinya remuk menyadari telah menyakiti pria yang menyambutnya penuh kehangatan. Tanpa mampu diri dia menabrak tubuh pria itu—tangisnya pecah. “Papi...”“Sst, sudah... Papi di sini, sayang.” Bisik pria yang di panggil Papi itu.Lukman sendiri merasa terkejut melihat putri semata wayangnya menangis begitu pilu. Sejak kepergian istrinya, jarang sekali Bulan menunjukkan air mata.Dan hari ini, dia kembali melihat putrinya menangis. Rasa khawatir dan ingin tahu mulai menyelimuti hati pria berusia empat puluh lima tahun itu.“Sayang, ada apa?“ tanya Lukman dengan suara lembut, seraya mengusap kepala Bulan, mencoba menenangkan dan mengobati luka di hati sang putri.Dalam pelukan Lukman Bulan menggeleng, “Aku sayang Papi,”Lukman

    Last Updated : 2024-12-14
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Siapa Yang Menikah?

    Mata Bulan sampai melotot, wajahnya berubah pucat. Jantungnya berdetak hebat, keringat dingin membasahi pelipisnya yang tertutup dengan poni.Kepalanya sangat berisik dengan berbagai pikiran, melihat pria yang suka sekali mengancam dirinya itu ada di sana bertemu keluarganya—ditambah sedang ada tamu. Ketakutan merayap hatinya, berpikir pria itu datang untuk menunjukkan video pada Papi karena mengetahui dirinya akan dilamar orang lain. “O-om, sedang apa disini?” tanya Bulan gugup.“Om?” seru mereka yang ada disana hampir bersamaan, terkejut dengan panggilan Bulan pada pria berwajah datar itu.“Kamu memanggil kekasihmu, dengan panggilan, Om?” itu suara Galih, kakek dari Bulan.“Ke-kekasih?” Bulan menoleh pada pria sepuh itu, lalu kembali beralih pada pria yang masih tetap di posisinya tanpa merubah ekspresi wajahnya.Hanya tatapan dingin dan tajam yang bisa dilihat Bulan. Bulan tercekat, paham sekali arti tatapan yang diberikan padanya. Sudah berulang kali Air meminta pada gadis itu un

    Last Updated : 2024-12-14
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Penjelasan

    Dalam sekejap saja, taman samping rumah yang berbatasan dengan kolam renang telah berubah menjadi tempat dilaksanakannya ikrar suci pernikahan antara Bulan dan Air.Bulan menatap takjub dekorasi sederhana yang didominasi warna putih dan biru—pilihan calon mertuanya. Ia memang minta pernikahannya dilakukan secara sederhana saja dan tentunya di rahasiakan. Mereka pun setuju, setelah Bulan lulus sekolah baru mereka akan mengadakan resepsi besar-besaran.Selera Ny. Malika tidak perlu diragukan lagi. Wanita itu seolah tau, pernikahan seperti apa yang diinginkan oleh calon menantunya.“Orang kaya bebas melakukan apa yang mereka inginkan, tinggal menjentikkan jari, dan cliing… semua terjadi. Ckck, efek uang yang bicara. Apapun bisa terwujud.” Bulan menatap kagum perubahan taman di samping rumahnya. Seakan semua yang terjadi sudah dipersiapkan dari jauh hari.“Ya Tuhan, mengapa takdirku menikah dengan laki-laki gila.” Keluh Bulan menghela kasar nafasnya.“Siapa yang gila?”“Eh,” Bulan berje

    Last Updated : 2024-12-14
  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Visualnya Sangat Sempurna

    Bulan merasa kesal setengah mati dan juga sekaligus malu. Saat terjaga dan mendapati dirinya memeluk pria itu seperti guling. Dan yang lebih mencengangkan adalah mereka sudah berada di pesawat yang sedang mengudara, sementara dirinya masih mengenakan piyama tidur. Bagaimana bisa ia tidak menyadari saat pria itu memindahkan tubuhnya dari sofa rumah ke ranjang pesawat. Entah terlalu lelah atau karena perasaan nyaman.Setelah membersihkan diri dan berpakaian Bulan keluar dari kamar, ia berdecak kagum melihat interior pesawat itu. Kafi yang melihat Nona mudanya berdiri di depan pintu kamar, mempersilakan gadis itu untuk duduk di kursinya. Disana telah tersaji sarapan yang sudah disiapkan untuknya.“Silahkan, Nona.” Ucap Kafi.“Terima kasih,” balas Bulan tersenyum ramah lalu melangkah menuju kursinya dan ternyata bersebelahan dengan Air.Lelaki itu sudah selesai dengan sarapannya, terlihat seorang pramugari sedang membereskan meja di depannya.Bulan melirik Air dengan wajah juteknya, kemu

    Last Updated : 2024-12-15

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Lebih Dari Sekedar Ciuman

    Mata Bulan mengerjap-ngerjap, tersentak oleh pernyataan Air mengenai pernikahan mereka. Hatinya sempat meleleh seperti mentega di atas wajan panas, tapi sekarang, ia merasa seperti terjun ke dalam jurang es yang membekukan tubuh dan hatinyaSentuhan jemari Air di pipinya membuat kewarasannya kembali muncul ke permukaan. “I-iya, sayang... aku hanya kaget, saja. Kamu mengumumkan pernikahan kita begitu tiba-tiba,” ujar Bulan, tersenyum semanis mungkin, meski dalam hati ingin muntah.Pria dewasa ini benar-benar membuatnya resah. Bulan hanya berharap agar jiwanya tetap waras.Dalam hatinya, Bulan merasa cemas. Kenapa pernikahan mereka yang seharusnya dirahasiakan, malah diumumkan seperti ini?Seorang pria setengah baya menyampaikan ucapan selamat, mengiringi doanya dengan penuh ketulusan. “Selamat atas pernikahan Anda, Tuan Air. Kalian sangat serasi. Semoga kebahagiaan kalian abadi.”Sementara itu, wanita lain di sudut ruangan berdiri dan berteriak keras, “Itu tidak mungkin!”Semua mata be

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Cemburu?

    “Aku tidak suka dibantah,” tegas Air, sorot matanya menusuk ke arah Bulan.“Aku juga tidak suka diatur—apalagi dipaksa-paksa!” seru Bulan, tak kalah tajam. Matanya membulat, penuh perlawanan. “Pergi sendiri saja makan malam sama mantan Om itu. Aku tidak mau ketemu ulat salak, bisa gatal-gatal sekujur badan!” sindirnya ketus, lalu membalik badan dan berjalan ke balkon.Udara malam tak cukup dingin untuk menenangkan hatinya. Sejak tahu siapa perempuan itu, perasaan Bulan jadi tak menentu. Sedih. Kecewa. Marah. Bahkan dia sendiri bingung—kenapa?Harusnya dia lega. Wanita dari masa lalu Air kembali, artinya bisa jadi ini jalan keluar dari pernikahan terpaksa ini. Tapi... hatinya seperti menolak. Ia ingin mencakar wajah tampan suaminya itu. Kenapa?“Apa aku... cemburu?”Baru saja dia menghela napas, suara berat Air menyusul dari belakang.“Kamu cemburu?”Bulan menutup matanya sejenak. Harusnya dia sudah pergi. Tapi ternyata malah menyusul—dan menuduh dia cemburu?Ia berbalik, mendongakkan

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Wanita Masa Lalu

    Bulan menggigit bibirnya, matanya terpaku pada sosok pria dewasa yang duduk angkuh di depan sana. Tatapan tajam pria itu mengunci layar besar yang menampilkan presentasi seorang wanita. Bulan meringis, ikut merasakan tekanan yang seolah menyesakkan ruang—tegang, dingin, mencekam, seakan oksigen pun enggan berdiam terlalu lama di sana.Sejak awal pertemuan, Bulan memperhatikan bagaimana satu per satu orang mencoba menyampaikan ide mereka, menggambarkan konsep di layar dengan harapan pria dingin itu—suaminya—berkenan menjalin kerja sama. Tapi sorot mata Air seperti binatang buas yang mengintai mangsanya, dan Bulan yakin jika ia yang berdiri di sana, kakinya akan gemetar tak karuan.Jantung Bulan melonjak saat tiba-tiba sorot itu mengarah padanya. Ia terkesiap, buru-buru memalingkan wajah.“Mommy Malika dulu makan pisau silet atau cutter, ya?” gumamnya pelan. “Anaknya punya mata setajam itu... apa tidak perih, lihat orang-orang tidak berkedip begitu?”Sudut matanya menangkap bayangan wa

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Antara Peran Dan Kenyataan

    “Yon... Yona, tunggu!” suara Mirza menggema di lorong sekolah.Yona menghentikan langkahnya dengan geram. Ia berbalik cepat, sorot matanya tajam menusuk.“Apa lagi sih, Za? Gara-gara bicara sama kamu kemarin, aku dikejar-kejar sama si ulat bulu itu!”Nada suaranya dingin, penuh kekesalan. Ia sama sekali tak tertarik berurusan dengan dua manusia yang, menurutnya, tak tahu malu itu.“Aku sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi sama dia,” ujar Mirza mencoba menjelaskan.Yona tertawa sinis. “Tidak punya hubungan? Apa kamu pikir aku bakal percaya setelah melihat kalian keluar dari hotel semalam? Jijik, Mirza.”“Cepet, aku sudah dijemput,” tukasnya, berusaha pergi.“Beneran kamu tidak tahu Bulan ke mana?”Yona menghela napas panjang. Matanya melotot penuh kekesalan. Lelaki ini benar-benar bebal.“Aku bukan kamu yang suka berkata bohong. Denger baik-baik, kamu yang meninggalkan Bulan. Kamu lebih memilih si ulat itu daripada sahabat aku yang selama ini selalu ada buat kamu. Dan kalaupun aku t

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Visualnya Sangat Sempurna

    Bulan merasa kesal setengah mati dan juga sekaligus malu. Saat terjaga dan mendapati dirinya memeluk pria itu seperti guling. Dan yang lebih mencengangkan adalah mereka sudah berada di pesawat yang sedang mengudara, sementara dirinya masih mengenakan piyama tidur. Bagaimana bisa ia tidak menyadari saat pria itu memindahkan tubuhnya dari sofa rumah ke ranjang pesawat. Entah terlalu lelah atau karena perasaan nyaman.Setelah membersihkan diri dan berpakaian Bulan keluar dari kamar, ia berdecak kagum melihat interior pesawat itu. Kafi yang melihat Nona mudanya berdiri di depan pintu kamar, mempersilakan gadis itu untuk duduk di kursinya. Disana telah tersaji sarapan yang sudah disiapkan untuknya.“Silahkan, Nona.” Ucap Kafi.“Terima kasih,” balas Bulan tersenyum ramah lalu melangkah menuju kursinya dan ternyata bersebelahan dengan Air.Lelaki itu sudah selesai dengan sarapannya, terlihat seorang pramugari sedang membereskan meja di depannya.Bulan melirik Air dengan wajah juteknya, kemu

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Penjelasan

    Dalam sekejap saja, taman samping rumah yang berbatasan dengan kolam renang telah berubah menjadi tempat dilaksanakannya ikrar suci pernikahan antara Bulan dan Air.Bulan menatap takjub dekorasi sederhana yang didominasi warna putih dan biru—pilihan calon mertuanya. Ia memang minta pernikahannya dilakukan secara sederhana saja dan tentunya di rahasiakan. Mereka pun setuju, setelah Bulan lulus sekolah baru mereka akan mengadakan resepsi besar-besaran.Selera Ny. Malika tidak perlu diragukan lagi. Wanita itu seolah tau, pernikahan seperti apa yang diinginkan oleh calon menantunya.“Orang kaya bebas melakukan apa yang mereka inginkan, tinggal menjentikkan jari, dan cliing… semua terjadi. Ckck, efek uang yang bicara. Apapun bisa terwujud.” Bulan menatap kagum perubahan taman di samping rumahnya. Seakan semua yang terjadi sudah dipersiapkan dari jauh hari.“Ya Tuhan, mengapa takdirku menikah dengan laki-laki gila.” Keluh Bulan menghela kasar nafasnya.“Siapa yang gila?”“Eh,” Bulan berje

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Siapa Yang Menikah?

    Mata Bulan sampai melotot, wajahnya berubah pucat. Jantungnya berdetak hebat, keringat dingin membasahi pelipisnya yang tertutup dengan poni.Kepalanya sangat berisik dengan berbagai pikiran, melihat pria yang suka sekali mengancam dirinya itu ada di sana bertemu keluarganya—ditambah sedang ada tamu. Ketakutan merayap hatinya, berpikir pria itu datang untuk menunjukkan video pada Papi karena mengetahui dirinya akan dilamar orang lain. “O-om, sedang apa disini?” tanya Bulan gugup.“Om?” seru mereka yang ada disana hampir bersamaan, terkejut dengan panggilan Bulan pada pria berwajah datar itu.“Kamu memanggil kekasihmu, dengan panggilan, Om?” itu suara Galih, kakek dari Bulan.“Ke-kekasih?” Bulan menoleh pada pria sepuh itu, lalu kembali beralih pada pria yang masih tetap di posisinya tanpa merubah ekspresi wajahnya.Hanya tatapan dingin dan tajam yang bisa dilihat Bulan. Bulan tercekat, paham sekali arti tatapan yang diberikan padanya. Sudah berulang kali Air meminta pada gadis itu un

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Melanggar Perjanjian

    Berulang kali Bulan menghela nafas dalam kebingungannya, detik itu juga pintu rumah terbuka. Ia terkesiap ketika melihat sosok pria paruh baya berdiri tegak di hadapannya. Senyum itu semakin membuat rasa bersalah yang mendera kembali muncul. Matanya berkaca-kaca, hatinya remuk menyadari telah menyakiti pria yang menyambutnya penuh kehangatan. Tanpa mampu diri dia menabrak tubuh pria itu—tangisnya pecah. “Papi...”“Sst, sudah... Papi di sini, sayang.” Bisik pria yang di panggil Papi itu.Lukman sendiri merasa terkejut melihat putri semata wayangnya menangis begitu pilu. Sejak kepergian istrinya, jarang sekali Bulan menunjukkan air mata.Dan hari ini, dia kembali melihat putrinya menangis. Rasa khawatir dan ingin tahu mulai menyelimuti hati pria berusia empat puluh lima tahun itu.“Sayang, ada apa?“ tanya Lukman dengan suara lembut, seraya mengusap kepala Bulan, mencoba menenangkan dan mengobati luka di hati sang putri.Dalam pelukan Lukman Bulan menggeleng, “Aku sayang Papi,”Lukman

  • Terpaksa Menikah Dengan Mr. Arogan   Perjanjian

    “Aku tidak mau tau, kau harus tanggung jawab pria mesum.” Cetus Bulan geram.Air menaikan satu alisnya, merasa lucu dengan perkataan Bulan. “Seharusnya aku yang minta tanggung jawabmu, karena kau sudah lancang mencuri ciuman pertamaku dan kau juga berada di kamarku. Jadi…?” Air menyeringai sebelum melanjutkan ucapannya, “Siapa disini yang mesum, hm?” ‘Kenapa harus diingatkan!’ batin Bulan menggeram kesal. Ingin sekali menyumpal mulutnya yang tidak di filter. Bulan mengedarkan pandangannya mencoba mengenali ruangan sekitarnya, tiba-tiba merasa mirip dengan kamar hotel.Hah? Apa aku sama pria ini benar-benar udah... Ah, tidak mungkin, aku terlalu berlebihan. Pikir Bulan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mencoba menepis kekhawatiran yang tiba-tiba menyerang dirinya.Akan tetapi melihat dirinya hanya memakai kemeja tanpa dalaman, Bulan menyadari bahwa sesuatu pasti telah terjadi di antara mereka. Ia merasa sangat ceroboh sekali. Bagaimana mungkin ia bisa berakhir bersama pria dew

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status