Share

Kemarahan Arvy

Author: writaitax
last update Last Updated: 2022-04-23 00:42:21

Arvy tampak terdiam dan Izzy menggenggam tangannya dengan erat sembari terus menguatkannya.

“Jangan khawatir. Kau masih akan bisa melihat, Arvy. Percayalah pada Mommy.” Izzy menenangkan suasana hati Arvy yang begitu buruk saat ini.

Arvy tak menjawab apa pun dan Vanilla tak berani bersuara sedikit pun. Glow menyarankan agar untuk sementara mereka tak bicara soal Vanilla pada Arvy sampai suasana hati sang kakak membaik mengingat Arvy cukup emosional.

“Aku ingin sendirian dan segera keluar dari sini.” Arvy terlihat begitu frustasi dan sikapnya sangat dingin.

Glow mulai mendekati Arvy. “Kakak harus dirawat di sini sampai kondisi kepala kakak membaik.”

“Aku ingin pulang dan dokter bisa datang ke mansionku!” bentak Arvy.

“Hei, jangan membentak istriku!” Blaze iku marah ketika sang istri dibentak seperti itu.

Glow mencubit tangan Blaze agar diam dan tak bicara sembarangan pada Arvy.

“Dia tetap saja menyebalkan,” bisik Blaze.

“Honey, diamlah!” Glow berbisik sambil membelalakkan matanya pada Blaze.

“Keluar semuanya! Aku benar-benar tak ingin diganggu saat ini. Aku perlu mencerna semua yang terjadi.” Arvy memberikan perintahnya.

“Baiklah, kami akan keluar, Son. Kami ada di luar jika kau membutuhkan kami.” Aiden merespon dengan bijak.

Lalu Izzy melepaskan tangan putra sulungnya dan keluar berjalan ke arah pintu.

Vanilla merasa bersalah karena hal itu. Ia lah yang menyebabkan perubahan sikap Arvy pada keluarganya.

Ketika semuanya keluar, Vanilla justru mendekatinya.

Glow menarik tangan Vanilla dan Vanilla menggelengkan kepalanya. Ia tak ingin menyembunyikan hal ini dari Arvy.

Lalu Blaze menarik tangan Glow agar membiarkan Vanilla mengambil keputusannya sendiri.

Kemudian Glow akhirnya melepaskan tangan Vanilla dan keluar dari kamar bersama Blaze dan kedua orang tuanya.

Vanilla berjalan maju dan Arvy sadar bahwa ada seseorang di depannya karena ia hisa melihat bayangannya.

“Siapa kau?” tanya Arvy.

“Maafkan, aku.” Suara Vanilla bergetar ketika harus berhadapan dengan Arvy.

“Siapa kau dan untuk apa kau meminta maaf?” Arvy mulai membentak.

“A-aku Vanilla dan aku lah yang tiba-tiba muncul di depan mobilmu hingga akhirnya kecelakaan itu terjadi. Aku minta maaf karena ini semua salahku. Aku sungguh-sunggu minta maaf.” Vanilla menjawab dengan suara bergetar tangannya saling menggenggam serta berkeringat dingin.

Arvy terdiam sejenak. Meskipun kini perasaannya berkecamuk, dia selalu masih bisa menilai apa yang terjadi di hadapannya dan sikap apa yang harus dia ambil.

“Pergilah,” sahut Arvy akhirnya.

“A-aku akan merawatmu sampai kau sembuh.” Vanilla melanjutkan ucapannya.

“Pergilah dan aku tak butuh bantuanmu.” Arvy menanggapinya dengan ketus.

“T-tapi aku ingin bertanggung jawab atas kesalahanku ini. Beri aku kesempatan.” Vanilla bersikeras.

“Kubilang pergi!!” bentak Arvy dengan suara yang masih bisa ditahannya.

“Aku tak akan pergi. Aku akan menjadi pelayanmu dan mata sementara bagimu.” Vanilla tak patah arang, namun itu justru membuat kemarahan Arvy semakin memuncak.

“PERGI!!!” bentak Arvy dengan suara keras dan menggelegar hingga membuat Vanilla memundurkan langkahnya.

Glow tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan menarik tangan Vanilla. Ia membawa Vanilla keluar lalu menutup pintunya lagi.

“Jangan memancing kemarahannya, Vanilla. Mental yang down hanya akan membuat dirinya semakin terpuruk dan pemulihannya melambat.” Glow berusaha memberi pengertian pada Vanilla.

Vanilla mengangguk dan kemudian menghapus air matanya. Lalu Glow memeluk Vanilla dan mereka sama-sama saling menguatkan.

“Aku tetap akan merawatnya meskipun dia mengusirku pergi,” kata Vanilla lirih.

Semuanya masih terdiam karena mereka sedang memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya pada Arvy.

*

*

Lima hari berlalu keadaan Arvy mulai membaik dan Dokter sudah mengizinkannya pulang. Aiden memerintahkan Vanilla untuk pulang dan selama lima hari ini Vanilla tak ke rumah sakit kareja ia mematuhi perintah Aiden.

Aiden berjanji akan memanggil Vanilla jika Arvy sudah pulang dari rumah sakit.

Dan hari ini pun tiba. Izzy menelepon Vanilla dan menyuruhnya datang ke mansion Arvy.

Vanilla langsung membawa kopernya yang sudah siapkan sejak empat hari yang lalu agar ia langsung siap berangkat jika keluarga Arvy meneleponnya.

Vanilla sudah keluar dari pekerjaannya. Herson sudah dipecat dari kantor dan bahkan kini dipenjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya pada Vanilla.

Parusahaan memberi kompensasi yang cukup besar agar masalah ini tak sampai ke publik karena bisa membuat citra buruk bagi perusahaan. Selain itu, Vanilla juga mendapat pesangon dengan jumpah yang lumayan karena sudah bekerja cukup lama di perusahaan itu.

Vanilla mengunci apartemennya dan segera pergi dari sana. Ia menggunakan taksi karena Vanilla sudah menjual mobilnya.

Ia menjualnya karena mobil itu nantinya akan jarang dipakai selama dirinya menjadi perawat Arvy.

Setidaknya ia memiliki tabungan yang cukup banyak saat ini di rekeningnya dan ia bisa tenang dengan hal itu.

*

*

“Masuklah, Vanilla.” Izzy mempersilahkan wanita muda itu masuk.

Izzy sudah sejak tadi berada di mansion Arvy untuk menunggu kedatangan Vanilla.

“Terima kasih, Aunty,” sahut Vanilla tersenyum dan menarik kopernya.

Lalu Izzy mengantar Vanilla ke kamarnya yang berada persis di sebelah kamar Arvy.

Arvy belum tahu tentang kedatangan Vanilla dan nanti Izzy lah yang akan mengatakannya pada putranya yang cukup keras kepala itu.

“Dia sedang istirahat?” Vanilla bertanya dengan suara pelan.

“Dia di kamar.” Izzy dan Vanilla masuk ke sebuah kamar yang akan ditempati oleh Vanilla selama wanita itu tinggal di sana.

“Ini kamarmu. Ada pintu penghubung dengan kamar Arvy di sana.” Izzy menunjuk ke arah pintu yang ada di dalam kamar Vanilla.

“Ya, Aunty.” Vanilla mengangguk sembari mengedarkan pandangannya ke dalam kamar megah itu.

“Aku akan bicara pada Arvy dulu dan kau tunggu di sini,” kata Izzy tersenyum.

Vanilla mengangguk sembari tersenyum.

Izzy beranjak pergi dari hadapan Vanilla dan masuk ke kamar Arvy.

*

“Tidak!! Aku tak mau dia ada di sini, Mom!” Arvy membentak dengan nada dingin.

Izzy lalu memeluk putra sulungnya itu.

“Lakukan ini demi Mommy, Arvy. Mommy sudah menceritakan kejadian yang dialaminya sebelum kecelakaan itu terjadi, bukan? Dan dia wanita yang baik. Dia sampai harus berhenti dari pekerjaannya agar bisa merawatmu.” Izzy mencoba menenangkan sang putra dengan suara lembutnya.

“Aku tak butuh bantuannya dan aku sudah melupakan hal itu. Aku masih bisa melakukan semuaya sendirian. Aku tak suka dianggap lemah dan aku tak suka dikasihani, Mom. Beri saja dia uang jika dia tak mau pergi dari sini. Mungkin dia menginginkan hal itu dari kita.” Arvy tetap keberatan dan tak menerima kehadiran Vanilla.

Vanilla yang berdiri di dekat pintu mendengar semua yang dikatakan oleh Arvy.

Ia ingin masuk dan berbicara pada Arvy, tapi Vanilla tahu bahwa itu justru akan memperkeruh suasana.

“Arvy, please, jangan keras kepala dan terima dia di sini untuk membantumu.” Izzy memohon.

Arvy terdiam lama hingga akhirnya Vanilla masuk dan berdiri di dekat ranjang Arvy.

“Aku tak akan pergi sekalipun kau memberiku uang banyak, Tuan. Aku hanya ingin bertanggung jawab atas semua ini,” ucap Vanilla tegas.

Arvy tertawa sinis mendengar hal itu.

“Entah mengapa aku merasa kau sengaja memaksa untuk tinggal di sini untuk alasan lain. Katakan berapa yang kau mau?”

“Arvy!” bentak Izzy akhirnya.

Dan Arvy masih terlihat kesal, sedangkan Vanilla mencoba bersikap tenang terhadap sikap sinis Arvy padanya.

Related chapters

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Membenci Vanilla

    Setelah cukup lama membujuk Arvy, Izzy pun akhirnya pulang dan meninggalkan Vanilla di sana. Arvy masih bersikap buruk pada Vanilla karena dia menganggap Vanilla seakan memiliki tujuan tertentu dengan memaksa tinggal di sana meskipun Arvy tak mempermasalahkan lagi tentang kecelakaan itu. "Kau ingin makan di sini atau di ruang makan?" Vanilla bertanya dengan suara halusnya yang tenang. Arvy tak menjawab dan hanya duduk di depan pintu balkon yang terbuka. "Baiklah, aku akan ambilkan makananmu ke sini saja," kata Vanilla lagi. Arvy tetap diam dan dia sangat muak mendengar suara Vanilla. Lalu Vanilla keluar dari kamar dan menuju ruang makan. "Sialan!!" umpat Arvy kesal. Tak lama kemudian, Vanilla kembali ke kamar Arvy dengan membawa nampan berisi makanan dan jus buah. Vanilla meletakkan makanan itu di meja yang ada di depan Arvy. "Aku akan menyuapimu.” Vanilla mulai menyendokkan sup lalu mengarahkannya ke mulut Arvy. Arvy yang melihat bayangan itu, langsung menepis tangan Vanil

    Last Updated : 2022-04-23
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Kesal Pada Marcel

    Seminggu berlalu dan tiap hari Marcel mengunjungi Arvy di mansionnya. Sebenarnya Marcel tinggal di Eropa sekarang dan selama dia berada di Amerika, dia sebisa mungkin mengunjungi Arvy.Tapi di balik itu, ternyata Marcel tertarik pada Vanilla dan mereka akan mengobrol beberapa menit di beranda depan sebelum Marcel pergi dari mansion.Ya, selama itu pula Vanilla mulai mengenal sosok Marcel yang menurutnya sangat baik dan sama sekali tak sombong meskipun kini dia adalah seorang CEO sebuah perusahaan ternama di Eropa.Hingga suatu saat, Arvy mengetahui hal itu dan membuat dirinya begitu kesal pada Vanilla. Dia menganggap Vanilla sengaja menggoda Marcel yang tiap hari mengunjunginya.Kala itu ponsel Marcel tertinggal di sofa dan Arvy mengambil dan menyimpannya dan pelayan yang ada di dekat sana mengatakan sesuatu padanya bahwa Marcel masih ada di depan halaman mansion."Kalau begitu aku yang akan memberikannya pada Tuan Marcel, Tuan," kata Pelayan."Besok saja, dia pasti sudah pulang.” "T

    Last Updated : 2024-05-28
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Ke Villa

    Arvy tertawa getir mendengar hal itu."Kau memilih wanita itu daripada persahabatan kita, Marcel? Oh my God ... Wanita ini benar-benar racun.”"Arvy!!" bentak Marcel."STOP!! Marcel pulanglah karena aku tak akan ke mana-mana. Aku akan selalu di sini.” Vanilla tak ingin ini menjadi semakin rumit dan membuat kemarahan Arvy semakin menjadi."Kau tak diperlakukan baik olehnya, Vanilla. Lalu mengapa kau bertahan di sini? Aku memang sahabatnya, tapi aku tak akan mendukungnya jika dia berlaku kasar padamu atau siapa pun tanpa alasan yang jelas," sahut Marcel dengan logikanya.Lalu Arvy kembali berjalan dan meninggalkan mereka berdua.Vanilla masih mengikutinya di samping meskipun sudah dibujuk oleh Marcel."Aku kecewa padamu, Arvy. Ini bukan Arvy yang kukenal.” Marcel tak suka melihat kekasaran Arvy pada Vanilla."Marcel, please, pulanglah. Jangan membuatnya semakin rumit. Aku mohon.” Vanilla memohon dengan suara lirih dan pandangan yang takut.Marcel tak bisa melakukan apa pun karena Vanill

    Last Updated : 2024-05-28
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Semakin Membenci Vanilla

    Setelah menata baju dan barang, Vanilla menuju ke arah dapur dan dia lupa bahwa satu pelayannya belum tiba untuk mengantarkan bahan makanannya.Vanilla kemudian menunggu pelayan di depan pintu depan Villa dan tak lama kemudian pria tua itu pun datang.“Thank God,” gumam Vanilla karena pria itu datang tepat waktu.Vanilla harus cepat memasak karena jam makan Arvy akan tiba setengah jam lagi. Vanilla akan memasak makanan sederhana namun tetap lezat dan enak karena Arvy pasti akan mencari celah salah dari Vanilla lagi.*Setengah jam kemudian, Vanilla menghidangkan makanan di meja makan yang terhubung dengan balkon.“Makanan sudah siap.” Vanilla memberitahu Arvy yang tampaknya sedang mendengarkan berita dari ponselnya.“Di mana Pelayan?” tanya Arvy.“Tak ada Pelayan di sini dan hanya aku saja yang akan melayanimu,” papar Vanilla.“Siapa kau berani mengatur di villaku?” Arvy mulai marah dan tak suka dengan apa yang diputuskan oleh Vanilla tanpa sepengetahuannya.Vanilla tak menjawab apa

    Last Updated : 2024-05-28
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Hilang Kendali

    Malam pun menjelang, setelah makan malam Arvy tetap akan duduk di depan balkon. Karena angin mulai sedikit dingin, Vanilla mengambil selimut dan memasangkannya ke tubuh Arvy. Tapi sayang Arvy membuang selimut itu dan memilih kembali ke dalam villa lalu menuju dapur. Vanilla tetap mengikutinya dari belakang.Karena meraba-raba beberapa lemari, akhirnya Vanilla menawarkan bantuannya untuk mencari barang yang dicari oleh Arvy.“Kau ingin mencari apa? Aku akan mengambilkannya.” Vanilla menawarkan bantuannya.Arvy tak menjawab lalu dia berjongkok dan membuka pintu lemari bawah. Pria itu meraba ke dalamnya dan mengambil satu botol wine.“Kau sedang mengkonsumsi obat rutin, jadi lebih baik tak minum wine dulu. Itu tak baik untuk kesehatanmu,” kata Vanilla mengingatkan.“Obat itu tak akan membuat mataku kembali melihat, bukan? Diamlah dan jangan campuri urusanku.” Arvy tak peduli, lalu membuka botol wine itu dan berjalan lagi ke arah balkon.“Dokter bilang, ini hanya keadaan sementara karen

    Last Updated : 2024-05-28
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Malam Kelam

    Ketakutan dan sakit yang tak terbayangkan melanda dirinya saat Arvy semakin kejam padanya. Setiap serangan yang dia terima terasa seperti pukulan yang melukai tidak hanya tubuhnya, tetapi juga hatinya yang hancur.Meskipun tubuh Vanilla rapuh, kekuatan dalam dirinya yang tersisa mendorongnya untuk bertahan. Dia mencoba menangkup wajah Arvy dan menbuatnya tersadar, meskipun Arvy dalam keadaan yang sudah mabuk. Setiap tarikan nafasnya penuh dengan rasa sakit yang tak terlupakan.“Arvy, apakah ini akan membuatmu puas jika menyakitiku? Apakah dendammu akan terbalaskan jika melakukan ini padaku?” “Ya, kau merusak tubuhku, jadi aku harus merusakmu!” geram Arvy.“Baiklah, lakukan semaumu,” jawab Vanilla lirih dan hal itu membuat Arvy semakin tak terkendali.Vanilla menganggap bahwa ini semua mungkin sebagai balasan untuknya yang telah membuat Arvy buta.Hingga akhirnya Vanilla tak lagi melawan dan membiarkan Arvy menyentuhnya hingga pria itu bisa menuntaskan semua hasrat dan dendamnya menj

    Last Updated : 2024-05-28
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Kemarahan Izzy dan Berakhir Dengan Pernikahan Paksa

    Arvy, juga tak kalah bimbangnya. Dia masih punya hati, namun rasa benci membutakan mata hatinya juga hingga dia merasa tak ingin berurusan dengan Vanilla.Arvy berharap Vanilla tak sampai hamil agar mereka tak terikat selamanya karena hadirnya seorang anak.Namun, tanpa disangka, percakapan itu didengar oleh Izzy dan Aiden, orang tua Arvy yang memang sedang ingin mengunjungi sang putra yang tiba-tiba pergi ke villa.“Apa-apaan ini? Arv, apa yang kau lakukan pada Vanilla?” bentak Izzy dengan wajah marah.Vanilla tentu saja kaget dengan kemunculan Izzy dan Aiden yang begitu tiba-tiba di ambang pintu.Izzy masuk ke dalam dengan langkah kemarahan. Lalu tangannya mengangkat ke atas dan terdengar bunyi tamparan yang keras di pipi Arvy.PLAKVanilla kaget dengan tindakan Izzy pada Arvy. Namun, dia tak berani ikut campur dalam pertikaian itu meskipun ada andil di dalamnya.“Ya, aku memang brengsek, Mom. Aku melakukan hal bejat, dan mommy boleh menghukum apa pun padaku.” Arvy tampak pasrah den

    Last Updated : 2024-05-28
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Menjadi Istri Arvy

    Hari-hari dilalui keduanya hingga pada suatu saat, Arvy terjauh di tangga beranda halaman belakang dan membuat kepalanya terbentur keras bahkan sampai berdarah.Vanilla begitu panik karena dia merasa bersalah tak menjaga Arvy dengan baik. Vanilla panik dan menyuruh pelayan untuk menelepon Dokter.Vanilla membawa Arvy yang masih bisa berdiri dan berjalan ke arah sofa di dekat pintu beranda."Apakah sakit?" tanya Vanilla sembari menahan darah di kepala bagian kanan Arvy.Arvy tak menjawab seperti biasanya. Lalu Vanilla menyuruh pelayan untuk mengambil peralatan medis sementara sembari menunggu Dokter datang.Vanilla melihat darah sudah berhenti mengalir. Wanita itu membersihkan lukanya dan melihat goresan yang pendek di kepala bagian kanan Arvy."Maaf, aku tak menjagamu dengan benar.” Vanilla meniup kepala Arvy yang terluka sembari mengusapkan alkohol ke sekitar luka itu agar tak infeksi.Lalu Vanilla memeriksa kepala Arvy bagian kiri dan juga tangan serta kakinya. Dia takut ada luka la

    Last Updated : 2024-05-28

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Lima Tahun Kemudian

    Lima tahun berlalu ... "Honey, apakah tak ada negara lain yang lebih dekat?" tanya Arvy ketika Vanilla bersikeras ingin melahirkan di Sidney--hanya karena ingin anaknya yang kedua dinamai dengan nama Sidney.Dan kali ini anak mereka kembali berjenis kelamin perempuan."Kau keberatan menemaniku? Aku tak butuh ditemani jika kau tak mau, Sayang," jawab Vanilla dengan santai."Oh my God ... Tentu saja aku tak bisa meninggalkanmu sendirian di saat kau sedang hamil," sahut Arvy."Kandunganku sudah delapan bulan dan sebentar lagi aku tak bisa ke mana pun lagi naik pesawat jika tak sekarang. Jadi aku akan berangkat dulu ke Australia agar tak mengganggu pekerjaanmu. London akan bersamaku," kata Vanilla sembari memakai serealnya."Kau membuatku berada di posisi yang sulit, Honey," jawab Arvy.Vanilla melihat ke arah Arvy."Apakah aku hamil setiap tahun? Aku tak ingin merepotkanmu sama sekali, Sayang. Aku bisa pergi sendiri dan dulu aku juga sendirian ketika hamil London. Kau bahkan tak meneman

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Saling Terbuka dan Penuh Cinta

    Vanilla menghela panjang napasnya dan merasakan ketulusan dari ucapan Arvy.“Tidak, ini semua karena salahku.”“Jangan membahas hal itu lagi, oke?” kata Arvy dan Vanilla mengangguk.Arvy tak ingin melihat ke belakang dan hanya ingin menjalani masa depan yang indah bersama Vanilla dan juga London.Baru saja Arvy ingin kembali memagut bibir Vanilla, namun suara tangis London terdengar dari sebelah kamar.“Ups sorry,” kata Vanilla dan berbalik pergi mendatangi sang buah hati.Arvy menghela nafasnya dan menuju ke kamar London. Arvy melihat mata London kini sudah terbuka lebar.Arvy mengambil alih gendongan Vanilla dan menggendong London.“Hei, kau ingin tidur bersama Daddy?” Arvy menciumi wajah lucu London dan membawa putrinya itu ke kamarnya.Vanilla mengikuti langkah Arvy di belakangnya.“Aku akan mandi dulu,” kata Vanilla.“Hmm, aku akan menjaga London,” sahut Arvy yang tampaknya kegiatan ranjangnya terjeda iklan karena London.**Setengah jam kemudian, Vanilla keluar dari kamar man

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Semakin Mesra

    ArvanArvy membuka matanya ketika dia mendengar suara tangis London dari kamar sebelah. Pria itu kemudian membuka matanya dan tak melihat Vanilla di sampingnya. Arvy berpikir mungkin Vanilla sudah berada di kamar putri mereka.Lalu Arvy beranjak dari ranjang dan berjalan menuju kamar London sembari mengusap wajahnya yang masih tampak mengantuk dan matanya berat untuk terbuka. Namun, Arvy tak melihat Vanilla di sana. Pria itu kemudian mengambil London dari box bayinya dan menggendongnya.Seperti biasa, London akan langsung tenang jika Arvy menggendong dan mengayunnya pelan. London tampak menutup matanya lagi dan sepertinya tadi Vanilla sudah menyusui London karena bibir bayi kecil itu tampak basah.Setelah London tertidur kembali, Arvy kembali meletakkan putrinya ke dalam box bayinya dan menyelimutinya lalu menciumnya.Arvy kemudian keluar dari kamar dan mencari keberadaan Vanilla. Pria itu berjalan ke arah dapur dan melihat Vanilla sedang meminum obat karena di meja yang ada depannya

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Reaksi Obat

    TOKTOKTOKPintu kamar mandi terketuk dari luar dan bisa dipastikan itu adalah Arvy.Vanilla menggigit gigit bibirnya sendiri dan masih mondar mandir di dalam kamar mandi dengan menggunakan pakaian dalamnya saja."Vanilla? Kau di dalam?" tanya Arvy dari luar pintu."Ya," jawab Vanilla dan tubuhnya semakin gelisah."Oke," sahut Arvy dan tak mengetuk pintunya lagi.Beberapa detik kemudian, Vanilla memutuskan untuk keluar karena dia sudah tak tahan lagi. Dia memilih untuk menuntaskannya bersama Arvy daripada berendam di dalam bathtub yang terisi air dingin.CEKLEKVanilla keluar dengan menggunakan handuk saja yang terlilit di dadanya. Vanilla melihat Arvy tampak sudah membuka bajunya dan membuat gairah Vanilla semakin tinggi dan tak tertahankan lagi. Ya, mungkin hanya dengan cara ini semuanya bisa dimulai tanpa ragu oleh Vanilla daripada memulainya dengan cara normal karena dia pasti akan sangat malu jika harus memulainya terlebih dulu.Vanilla menghampiri Arvy dan memegang tangannya.

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Usaha Izzy

    Keesokan harinya, Izzy datang ke mansion Vanilla setelah sebelumnya dia menemui Arvy di perusahaannya. Izzy mulai mengetahui dan mencerna masalah yang sebenarnya terjadi di antara Arvy dan Vanilla setelah Arvy menjelaskan hubungannya dengan Vanilla yang semakin membaik namun hanya seperti teman atau sahabat saja--tidak lebih.Dan kali ini Izzy akan campur tangan. Sebelum menuju ke mansion, tadi Izzy menyempatkan pergi ke sebuah rumah sakit di mana teman Glow memberikan obat pada Izzy atas perintah Glow tadi sore.Setelah itu, Izzy pun pergi ke mansion Arvy untuk bertemu Vanilla dan cucu tunggalnya--London.Setibanya di sana, Izzy langsung menemui Vanilla yang ternyata sedang makan malam sendirian."Mom?" ucap Vanilla ketika melihat Izzy tiba di mansionnya secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan."Halo, Sayang. Bagaimana kabarmu?" tanya Izzy dan mencium pipi sang menantu."Aku sangat baik. Mommy tak bilang akan kemari," jawab Vanilla yang kemudian berdiri."Duduklah, ayo kita makan bersa

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Hubungan Yang Berjalan Apa adanya

    Dengan langkah pelan setelah seharian bekerja, Arvy memasuki mansion megah yang selalu menunggu kedatangannya. Bangunan tersebut seolah menyambutnya dengan hangat, tetapi hatinya hanya memiliki ruang untuk dua wanita yang berarti segalanya baginya yaitu putrinya, London, dan istrinya, Vanilla.Tanpa ragu, Arvy mengarahkan langkahnya menuju kamar kecil yang didekorasi dengan beragam warna pastel. Di dalamnya, bayi kecil London tengah tertidur dengan wajah yang tak terbantahkan cantiknya. Wajah lucunya yang menawan dan bibirnya yang lembut mencairkan hati Arvy setiap kali dia melihatnya."Selalu membuatku merindukanmu, Honey," gumam Arvy berbisik dan kemudian menciumnya perlahan. Setiap hari dia meluangkan waktu setiap hari untuk bersama London, meyakinkan dirinya bahwa dia adalah ayah yang baik bagi sang putri.Kehidupan Arvy selalu berputar dalam lingkaran dua wanita ini, meskipun hubungannya dengan Vanilla belum seperti pasangan suami-istri biasa. Meskipun sudah dua bulan sejak pern

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Tak Tidur Bersama

    "It's oke. Biar aku yang memegangnya. Maaf, tadi bibi mengatakan padaku bahwa kau mencariku dan itulah mengapa aku masuk kemari karena aku berpikir kau sedang membutuhkan bantuanku," jawab Arvy tanpa mengalihkan pandangannya."Arvy, bisakah kau keluar dulu?" ucap Vanilla yang akhirnya duduk agar tubuhnya tertutupi oleh tubuh gemol London yang digendong di depannya."Kau tak membutuhkan bantuanku?" tanya Arvy."Aku akan membersihkan tubuhku dan London di bawah shower dulu lalu aku akan memanggilmu," jawab Vanilla."Baiklah," jawab Arvy dengan santai meskipun sebenarnya kini darahnya berdesir cepat karena melihat tubuh polos Vanilla yang sebenarnya masih tertutupi oleh London.Tapi meskipun begitu, Arvy bisa melihat dengan jelas lekuk tubuh Vanilla yang bagaikan gitar spanyol itu.Arvy kemudian keluar dari kamar mandi dan menunggu di balik pintu."Damn!" gumamnya tanpa bersuara dan hanya menggerakkan bibirnya saja.Tak sekali ini saja Arvy dibuat pening oleh hal-hal seperti ini karena m

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Mulai Hidup Baru Bersama

    “Terima kasih,” ucap Vanilla ketika dia melihat Arvy baru memasuki kamar yang kini resmi menjadi kamar mereka berdua.Arvy melihat ke arah Vanilla di balik temaramnya lampu kamar karena London sudah tidur dengan nyenyak di box bayinya.“Hmm, kau belum tidur?” tanya Arvy sedikit berbisik karena takut mengganggu tidur London.“Aku baru menyusui London dan aku ingin menemui Mommy dulu sebentar lagi. Apakah mereka sudah pulang?” tanya Vanilla.“Ya, mereka baru saja pulang dan besok mereka akan kembali kemari,” jawab Arvy menghampiri Vanilla.Arvy kemudian mengecup bibir Vanilla.“Tidurlah, aku tahu kau sangat lelah,” kata Arvy sembari mengusap pipi Vanilla dengan lembut.Vanilla menatap mata Arvy yang kini sangat berbeda jauh dengan ketika mereka pertama kali saling mengenal.“Kau boleh memintanya kapan pun padaku,” kata Vanilla dengan tulus karena dia tak pernah mempermainkan sebuah hubungan. Dan Arvy tahu dengan apa yang dimaksud oleh Vanilla.Arvy menatap lekat netra cantik itu lalu me

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Mencoba Merayu Kembali

    Arvy menggenggam tangan Vanilla dengan hati yang penuh cinta. "Vanilla," katanya dengan lembut, "Aku tahu kau khawatir tentang pernikahan ini. Tapi aku ingin kita memulai hidup bersama dengan awal yang indah. Aku ingin semua orang tahu bagaimana kita akan menjadi keluarga yang luar biasa untuk London."Vanilla menatap mata Arvy, ekspresinya mencerminkan kebingungan. "Tapi, Arvy, London masih sangat kecil. Dia masih membutuhkanku setiap saat. Aku takut pernikahan besar ini akan membuatku terlalu sibuk dan membuat London kehilangan perhatian dariku," sahut Vanilla.Arvy mencium tangan Vanilla dengan lembut. "Kau tahu, aku dan keluargaku selalu mendukungmu. Dan mereka akan membantu kita," jawab Arvy."Aku tetap ingin pernikahan yang sederahan, Arvy," ucap Vanilla."Baiklah, kita bisa membuat pernikahan ini sesederhana yang kau inginkan. Yang terpenting adalah kita bersama, dan kita merayakan kebahagiaan kita. Jadi kita akan menikah di catatan sipil saja, hanya dengan keluarga dan te

DMCA.com Protection Status