Share

Operasi

Author: writaitax
last update Last Updated: 2022-04-22 23:56:46

Operasi sudah berlangsung beberapa jam dan membuat ketiga orang yang menunggunya di luar tampak makin panik karena operasi tak kunjung selesai.

Tak berapa lama, Glow — adik Arvy— pun datang bersama sang suami — Blaze.

"Apa kata Dokter, Mom?" Wajah Glow terlihat khawatir.

"Arvy masih dioperasi," jawab Izzy yang kemudian memeluk Glow.

"Tenanglah, tak akan terjadi apa-apa pada kakak. Dia sangat kuat, Mom.” Glow berusaha menguatkan sang Mommy.

Lalu Blaze melihat ke arah Vanilla.

"Siapa kau?" Hal itu membuat Glow menoleh juga pada Vanilla.

Vanilla tampak kembali merasa bersalah lagi atas hal ini. Kemudian Izzi menceritakan kejadiannya dan apa yang membuat Vanilla berada di sini.

Glow mendekati Vanilla yang tampak masih ketakutan dan gemetar.

"Hei, tak apa-apa. Ini adalah kecelakaan dan takdir. Berdoa saja kakakku baik-baik saja.” Glow memegang tangan Vanilla yang gemetar.

Vanilla melihat ke arah Glow dan meminta maaf padanya dengan menahan tangisnya. Glow tak menyalahkan Vanilla untuk hal ini karena ia tahu bahwa semua adalah takdir yang tak bisa dihindari.

Glow melihat baju Vanilla yang robek.

"Kau juga tertabrak atau jatuh, Vanilla?" Glow mengamati tubuh Vanilla.

"A-aku ..." Ucapan Vanilla menggantung.

"Ada apa? Jika kau terluka juga, seharusnya kau ikut diperiksa karena takut ada cidera yang tak kau ketahui.” Glow melihat beberapa luka lebam di wajah dan tangan Glow serta kakinya.

"Apakah kau terbentur trotoar atau jalanan aspal?"

Vanilla tak kunjung menjawab.

"Hei, ada apa?" tanya Glow lagi dan ia melihat luka-luka dan itu bukanlah luka goresan karena seharusnya jika memang Vanilla terjatuh maka kulitnya akan tergores.

"Apa kau menghindari sesuatu hingga kau berlari ke jalan, Vanilla?" Glow tampaknya bisa mengira apa yang terjadi pada Vanilla karena ia sering menghadapi kasus seperti ini di rumah sakit.

Izzy mendekati Vanilla dan memegang tangannya. "Ada apa? Katakan pada kami.”

Lalu Vanilla menceritakan apa yang terjadi sebelum kecelakaan itu terjadi. Dan Izzy cukup terkejut dengan hal itu. Aiden bergerak cepat dengan mengerahkan anak buahnya untuk menangkap teman kerja Vanilla yang mencoba melecehkannya.

Vanilla tak menyangka ia akan dibantu sejauh itu oleh keluarga pria yang mengalami kecelakaan karena dirinya.

Vanilla berterima kasih pada keluarga Wilson karena mereka berhati besar dengan tak mempermasalahkan hal ini dan memberi kesempatan padanya untuk membayar kesalahannya yang sebenarnya itu bukanlah sepenuhnya salah Vanilla.

Glow membelikan baju untuk Vanilla di luar rumah sakit agar wanita itu mengganti bajunya. Izzy bahkan menyuruh Vanilla pulang, tapi wanita itu tak bisa tenang jika Arvy belum keluar dari ruang operasi.

*

*

“Apa? Dia buta? Oh my God.” Izzy tampak shock ketika Dokter memberitahu keadaan Arvy yang seja

*

Hingga akhirnya operasi itu berjalan lancar dan Arvy menderita cidera cukup parah di bagian kepalanya.

Arvy masih dirawat di ruang ICU dan tak boleh dijenguk oleh siapapun dulu sebelum kondisinya stabil.

Dan Vanilla masih belum pergi dari sana sampai keesokan harinya.

Bawah matanya menghitam karena tak tidur semalaman dan Izzy membawakannya makan pagi karena Vanilla tak mau pergi ke mana pun sebelum Arvy sadar.

“Vanilla, pulanglah. Arvy akan kami jaga,” ucap Izzy.

“Tidak, Aunty. Aku akan menjaganya sampai dia sadar. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri bahkan aku tak peduli lagi dengan pekerjaanku.”

Vanilla masih sangat takut jika tiba-tiba Arvy meninggal dan ia tak akan memaafkan dirinya seumur hidupnya.

“Dia akan sadar, Vanilla. Pulanglah,” ucap Glow.

Vanilla tetap menggeleng dan bersikeras akan menunggu Arvy sampai sadar kembali. Ia bahkan tak mengenal Arvy tapi rasa bersalahnya sangat besar pada pria itu hingga ia ingin menebusnya dengan apa pun.

*

*

Hingga akhirnya di siang hari Arvy tersadar dan mulai membuka matanya. Vanilla dan yang lainnya hanya bisa melihatnya dari kaca ketika beberapa dokter dan perawat masuk ke ruangan steril itu.

Arvy tampak memegang kepalanya dan meraba-raba yang ada di depannya. Glow menutup mulutnya seolah tahu apa yang terjadi pada kakaknya.

Arvy terdengar berteriak dan memukul-mukul apa pun yang ada di depannya termasuk Dokter dan perawat.

Vanilla perlahan menyadari apa yang terjadi. Arvy tak bisa melihat karena cidera parah di kepalanya. Vanilla terduduk lemas di atas lantai melihat kenyataan itu.

Hatinya bagai ditimbun batu besar karena beban yang ia rasakan sangat berat ketika mengetahui bahwa Arvy buta karena kecelakaan itu dan hal itu diakibatkan oleh dirinya.

Izzy dipeluk oleh Aiden dan berusaha kuat dengan apa yang terjadi. Setidaknya sang putra masih hidup meskipun akhirnya buta.

Blaze pun memeluk Glow yang tak tega melihat keadaan kakaknya.

Mereka bahkan tak berani masuk karena tangis mereka pasti akan pecah ketika mereka melihat Arvy yang menderita.

Tak ada kata dalam beberapa menit di antara mereka berlima.

“A-aku akan menjadi matanya. Seumur hidupku akan kuberikan padanya,” ucap Vanilla akhirnya.

“Kalian bisa mengambil mataku jika hal ini bisa membantunya melihat lagi,” lanjut Vanilla putus asa.

Aiden tampak kasihan melihat Vanilla yang pastinya menanggung berat perasaan yang teramat besar karena rasa bersalahnya itu.

“Tidak, Vanilla. Pasti ada cara lain dan kuharap ada solusi yang bisa membuat mata Arvy kembali normal. Kita belum mengetahui detail lengkap tentang kondisi Arvy dari Dokter. Kita tunggu Dokter dulu untuk menjelaskan. Matamu adalah milikmu.” Aiden berusaha berbesar hati meskipun rasa sedih yang dirasakannya begitu besar.

Vanilla menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis.

*

*

“Jadi ini masih bisa disembuhkan?” tanya Aiden pada Dokter setelah tim Dokter yang menangani Arvy menjelaskan apa yang terjadi pada kondisi putra sulungnya itu.

“Dia masih melihat bayang-bayang dan bukan gelap gulita. Jadi kurasa kami masih bisa menyembuhkannya meskipun mungkin membutuhkan waktu yang lama karena kita butuh donor kornea dari pendonor yang sudah meninggal.” Dokter memberikan penjelasannya.

“Aku saja. Bagaimana jika pakai korneaku saja?” ucap Vanilla.

“Tidak, itu tak bisa karena itu menyalahi etika. Kau akan bermasalah dengan matamu nantinya,” jawab Dokter.

Vanilla terdiam dan ia tak tahu apa yang harus dilakukannya kini selain akan menjadi pelayan Arvy sampai pria itu kembali bisa melihat.

“Vanilla.” Izzy menggelengkan kepalanya.

Izzy tak mau Vanilla melakukan hal itu dengan menyakiti dirinya sendiri.

Tatapan mata Vanilla terlihat sendu dan Glow yang ada di sebelahnya memegang tangan wanita cantik yang kini wajahnya sangat pucat itu.

“Kakakku akan baik-baik saja, Vanilla. Jangan khawatir. Dia hanya sedang dalam keadaan shock sekarang. Nanti dia akan tenang dengan sendirinya karena kami akan selalu di sisinya.” Glow menguatkan Vanilla meskipun dia sendiri juga butuh dikuatkan.

Related chapters

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Kemarahan Arvy

    Arvy tampak terdiam dan Izzy menggenggam tangannya dengan erat sembari terus menguatkannya. “Jangan khawatir. Kau masih akan bisa melihat, Arvy. Percayalah pada Mommy.” Izzy menenangkan suasana hati Arvy yang begitu buruk saat ini. Arvy tak menjawab apa pun dan Vanilla tak berani bersuara sedikit pun. Glow menyarankan agar untuk sementara mereka tak bicara soal Vanilla pada Arvy sampai suasana hati sang kakak membaik mengingat Arvy cukup emosional. “Aku ingin sendirian dan segera keluar dari sini.” Arvy terlihat begitu frustasi dan sikapnya sangat dingin. Glow mulai mendekati Arvy. “Kakak harus dirawat di sini sampai kondisi kepala kakak membaik.” “Aku ingin pulang dan dokter bisa datang ke mansionku!” bentak Arvy. “Hei, jangan membentak istriku!” Blaze iku marah ketika sang istri dibentak seperti itu. Glow mencubit tangan Blaze agar diam dan tak bicara sembarangan pada Arvy. “Dia tetap saja menyebalkan,” bisik Blaze. “Honey, diamlah!” Glow berbisik sambil membelalakkan matany

    Last Updated : 2022-04-23
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Membenci Vanilla

    Setelah cukup lama membujuk Arvy, Izzy pun akhirnya pulang dan meninggalkan Vanilla di sana. Arvy masih bersikap buruk pada Vanilla karena dia menganggap Vanilla seakan memiliki tujuan tertentu dengan memaksa tinggal di sana meskipun Arvy tak mempermasalahkan lagi tentang kecelakaan itu. "Kau ingin makan di sini atau di ruang makan?" Vanilla bertanya dengan suara halusnya yang tenang. Arvy tak menjawab dan hanya duduk di depan pintu balkon yang terbuka. "Baiklah, aku akan ambilkan makananmu ke sini saja," kata Vanilla lagi. Arvy tetap diam dan dia sangat muak mendengar suara Vanilla. Lalu Vanilla keluar dari kamar dan menuju ruang makan. "Sialan!!" umpat Arvy kesal. Tak lama kemudian, Vanilla kembali ke kamar Arvy dengan membawa nampan berisi makanan dan jus buah. Vanilla meletakkan makanan itu di meja yang ada di depan Arvy. "Aku akan menyuapimu.” Vanilla mulai menyendokkan sup lalu mengarahkannya ke mulut Arvy. Arvy yang melihat bayangan itu, langsung menepis tangan Vanil

    Last Updated : 2022-04-23
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Kesal Pada Marcel

    Seminggu berlalu dan tiap hari Marcel mengunjungi Arvy di mansionnya. Sebenarnya Marcel tinggal di Eropa sekarang dan selama dia berada di Amerika, dia sebisa mungkin mengunjungi Arvy.Tapi di balik itu, ternyata Marcel tertarik pada Vanilla dan mereka akan mengobrol beberapa menit di beranda depan sebelum Marcel pergi dari mansion.Ya, selama itu pula Vanilla mulai mengenal sosok Marcel yang menurutnya sangat baik dan sama sekali tak sombong meskipun kini dia adalah seorang CEO sebuah perusahaan ternama di Eropa.Hingga suatu saat, Arvy mengetahui hal itu dan membuat dirinya begitu kesal pada Vanilla. Dia menganggap Vanilla sengaja menggoda Marcel yang tiap hari mengunjunginya.Kala itu ponsel Marcel tertinggal di sofa dan Arvy mengambil dan menyimpannya dan pelayan yang ada di dekat sana mengatakan sesuatu padanya bahwa Marcel masih ada di depan halaman mansion."Kalau begitu aku yang akan memberikannya pada Tuan Marcel, Tuan," kata Pelayan."Besok saja, dia pasti sudah pulang.” "T

    Last Updated : 2024-05-28
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Ke Villa

    Arvy tertawa getir mendengar hal itu."Kau memilih wanita itu daripada persahabatan kita, Marcel? Oh my God ... Wanita ini benar-benar racun.”"Arvy!!" bentak Marcel."STOP!! Marcel pulanglah karena aku tak akan ke mana-mana. Aku akan selalu di sini.” Vanilla tak ingin ini menjadi semakin rumit dan membuat kemarahan Arvy semakin menjadi."Kau tak diperlakukan baik olehnya, Vanilla. Lalu mengapa kau bertahan di sini? Aku memang sahabatnya, tapi aku tak akan mendukungnya jika dia berlaku kasar padamu atau siapa pun tanpa alasan yang jelas," sahut Marcel dengan logikanya.Lalu Arvy kembali berjalan dan meninggalkan mereka berdua.Vanilla masih mengikutinya di samping meskipun sudah dibujuk oleh Marcel."Aku kecewa padamu, Arvy. Ini bukan Arvy yang kukenal.” Marcel tak suka melihat kekasaran Arvy pada Vanilla."Marcel, please, pulanglah. Jangan membuatnya semakin rumit. Aku mohon.” Vanilla memohon dengan suara lirih dan pandangan yang takut.Marcel tak bisa melakukan apa pun karena Vanill

    Last Updated : 2024-05-28
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Semakin Membenci Vanilla

    Setelah menata baju dan barang, Vanilla menuju ke arah dapur dan dia lupa bahwa satu pelayannya belum tiba untuk mengantarkan bahan makanannya.Vanilla kemudian menunggu pelayan di depan pintu depan Villa dan tak lama kemudian pria tua itu pun datang.“Thank God,” gumam Vanilla karena pria itu datang tepat waktu.Vanilla harus cepat memasak karena jam makan Arvy akan tiba setengah jam lagi. Vanilla akan memasak makanan sederhana namun tetap lezat dan enak karena Arvy pasti akan mencari celah salah dari Vanilla lagi.*Setengah jam kemudian, Vanilla menghidangkan makanan di meja makan yang terhubung dengan balkon.“Makanan sudah siap.” Vanilla memberitahu Arvy yang tampaknya sedang mendengarkan berita dari ponselnya.“Di mana Pelayan?” tanya Arvy.“Tak ada Pelayan di sini dan hanya aku saja yang akan melayanimu,” papar Vanilla.“Siapa kau berani mengatur di villaku?” Arvy mulai marah dan tak suka dengan apa yang diputuskan oleh Vanilla tanpa sepengetahuannya.Vanilla tak menjawab apa

    Last Updated : 2024-05-28
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Hilang Kendali

    Malam pun menjelang, setelah makan malam Arvy tetap akan duduk di depan balkon. Karena angin mulai sedikit dingin, Vanilla mengambil selimut dan memasangkannya ke tubuh Arvy. Tapi sayang Arvy membuang selimut itu dan memilih kembali ke dalam villa lalu menuju dapur. Vanilla tetap mengikutinya dari belakang.Karena meraba-raba beberapa lemari, akhirnya Vanilla menawarkan bantuannya untuk mencari barang yang dicari oleh Arvy.“Kau ingin mencari apa? Aku akan mengambilkannya.” Vanilla menawarkan bantuannya.Arvy tak menjawab lalu dia berjongkok dan membuka pintu lemari bawah. Pria itu meraba ke dalamnya dan mengambil satu botol wine.“Kau sedang mengkonsumsi obat rutin, jadi lebih baik tak minum wine dulu. Itu tak baik untuk kesehatanmu,” kata Vanilla mengingatkan.“Obat itu tak akan membuat mataku kembali melihat, bukan? Diamlah dan jangan campuri urusanku.” Arvy tak peduli, lalu membuka botol wine itu dan berjalan lagi ke arah balkon.“Dokter bilang, ini hanya keadaan sementara karen

    Last Updated : 2024-05-28
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Malam Kelam

    Ketakutan dan sakit yang tak terbayangkan melanda dirinya saat Arvy semakin kejam padanya. Setiap serangan yang dia terima terasa seperti pukulan yang melukai tidak hanya tubuhnya, tetapi juga hatinya yang hancur.Meskipun tubuh Vanilla rapuh, kekuatan dalam dirinya yang tersisa mendorongnya untuk bertahan. Dia mencoba menangkup wajah Arvy dan menbuatnya tersadar, meskipun Arvy dalam keadaan yang sudah mabuk. Setiap tarikan nafasnya penuh dengan rasa sakit yang tak terlupakan.“Arvy, apakah ini akan membuatmu puas jika menyakitiku? Apakah dendammu akan terbalaskan jika melakukan ini padaku?” “Ya, kau merusak tubuhku, jadi aku harus merusakmu!” geram Arvy.“Baiklah, lakukan semaumu,” jawab Vanilla lirih dan hal itu membuat Arvy semakin tak terkendali.Vanilla menganggap bahwa ini semua mungkin sebagai balasan untuknya yang telah membuat Arvy buta.Hingga akhirnya Vanilla tak lagi melawan dan membiarkan Arvy menyentuhnya hingga pria itu bisa menuntaskan semua hasrat dan dendamnya menj

    Last Updated : 2024-05-28
  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Kemarahan Izzy dan Berakhir Dengan Pernikahan Paksa

    Arvy, juga tak kalah bimbangnya. Dia masih punya hati, namun rasa benci membutakan mata hatinya juga hingga dia merasa tak ingin berurusan dengan Vanilla.Arvy berharap Vanilla tak sampai hamil agar mereka tak terikat selamanya karena hadirnya seorang anak.Namun, tanpa disangka, percakapan itu didengar oleh Izzy dan Aiden, orang tua Arvy yang memang sedang ingin mengunjungi sang putra yang tiba-tiba pergi ke villa.“Apa-apaan ini? Arv, apa yang kau lakukan pada Vanilla?” bentak Izzy dengan wajah marah.Vanilla tentu saja kaget dengan kemunculan Izzy dan Aiden yang begitu tiba-tiba di ambang pintu.Izzy masuk ke dalam dengan langkah kemarahan. Lalu tangannya mengangkat ke atas dan terdengar bunyi tamparan yang keras di pipi Arvy.PLAKVanilla kaget dengan tindakan Izzy pada Arvy. Namun, dia tak berani ikut campur dalam pertikaian itu meskipun ada andil di dalamnya.“Ya, aku memang brengsek, Mom. Aku melakukan hal bejat, dan mommy boleh menghukum apa pun padaku.” Arvy tampak pasrah den

    Last Updated : 2024-05-28

Latest chapter

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Lima Tahun Kemudian

    Lima tahun berlalu ... "Honey, apakah tak ada negara lain yang lebih dekat?" tanya Arvy ketika Vanilla bersikeras ingin melahirkan di Sidney--hanya karena ingin anaknya yang kedua dinamai dengan nama Sidney.Dan kali ini anak mereka kembali berjenis kelamin perempuan."Kau keberatan menemaniku? Aku tak butuh ditemani jika kau tak mau, Sayang," jawab Vanilla dengan santai."Oh my God ... Tentu saja aku tak bisa meninggalkanmu sendirian di saat kau sedang hamil," sahut Arvy."Kandunganku sudah delapan bulan dan sebentar lagi aku tak bisa ke mana pun lagi naik pesawat jika tak sekarang. Jadi aku akan berangkat dulu ke Australia agar tak mengganggu pekerjaanmu. London akan bersamaku," kata Vanilla sembari memakai serealnya."Kau membuatku berada di posisi yang sulit, Honey," jawab Arvy.Vanilla melihat ke arah Arvy."Apakah aku hamil setiap tahun? Aku tak ingin merepotkanmu sama sekali, Sayang. Aku bisa pergi sendiri dan dulu aku juga sendirian ketika hamil London. Kau bahkan tak meneman

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Saling Terbuka dan Penuh Cinta

    Vanilla menghela panjang napasnya dan merasakan ketulusan dari ucapan Arvy.“Tidak, ini semua karena salahku.”“Jangan membahas hal itu lagi, oke?” kata Arvy dan Vanilla mengangguk.Arvy tak ingin melihat ke belakang dan hanya ingin menjalani masa depan yang indah bersama Vanilla dan juga London.Baru saja Arvy ingin kembali memagut bibir Vanilla, namun suara tangis London terdengar dari sebelah kamar.“Ups sorry,” kata Vanilla dan berbalik pergi mendatangi sang buah hati.Arvy menghela nafasnya dan menuju ke kamar London. Arvy melihat mata London kini sudah terbuka lebar.Arvy mengambil alih gendongan Vanilla dan menggendong London.“Hei, kau ingin tidur bersama Daddy?” Arvy menciumi wajah lucu London dan membawa putrinya itu ke kamarnya.Vanilla mengikuti langkah Arvy di belakangnya.“Aku akan mandi dulu,” kata Vanilla.“Hmm, aku akan menjaga London,” sahut Arvy yang tampaknya kegiatan ranjangnya terjeda iklan karena London.**Setengah jam kemudian, Vanilla keluar dari kamar man

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Semakin Mesra

    ArvanArvy membuka matanya ketika dia mendengar suara tangis London dari kamar sebelah. Pria itu kemudian membuka matanya dan tak melihat Vanilla di sampingnya. Arvy berpikir mungkin Vanilla sudah berada di kamar putri mereka.Lalu Arvy beranjak dari ranjang dan berjalan menuju kamar London sembari mengusap wajahnya yang masih tampak mengantuk dan matanya berat untuk terbuka. Namun, Arvy tak melihat Vanilla di sana. Pria itu kemudian mengambil London dari box bayinya dan menggendongnya.Seperti biasa, London akan langsung tenang jika Arvy menggendong dan mengayunnya pelan. London tampak menutup matanya lagi dan sepertinya tadi Vanilla sudah menyusui London karena bibir bayi kecil itu tampak basah.Setelah London tertidur kembali, Arvy kembali meletakkan putrinya ke dalam box bayinya dan menyelimutinya lalu menciumnya.Arvy kemudian keluar dari kamar dan mencari keberadaan Vanilla. Pria itu berjalan ke arah dapur dan melihat Vanilla sedang meminum obat karena di meja yang ada depannya

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Reaksi Obat

    TOKTOKTOKPintu kamar mandi terketuk dari luar dan bisa dipastikan itu adalah Arvy.Vanilla menggigit gigit bibirnya sendiri dan masih mondar mandir di dalam kamar mandi dengan menggunakan pakaian dalamnya saja."Vanilla? Kau di dalam?" tanya Arvy dari luar pintu."Ya," jawab Vanilla dan tubuhnya semakin gelisah."Oke," sahut Arvy dan tak mengetuk pintunya lagi.Beberapa detik kemudian, Vanilla memutuskan untuk keluar karena dia sudah tak tahan lagi. Dia memilih untuk menuntaskannya bersama Arvy daripada berendam di dalam bathtub yang terisi air dingin.CEKLEKVanilla keluar dengan menggunakan handuk saja yang terlilit di dadanya. Vanilla melihat Arvy tampak sudah membuka bajunya dan membuat gairah Vanilla semakin tinggi dan tak tertahankan lagi. Ya, mungkin hanya dengan cara ini semuanya bisa dimulai tanpa ragu oleh Vanilla daripada memulainya dengan cara normal karena dia pasti akan sangat malu jika harus memulainya terlebih dulu.Vanilla menghampiri Arvy dan memegang tangannya.

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Usaha Izzy

    Keesokan harinya, Izzy datang ke mansion Vanilla setelah sebelumnya dia menemui Arvy di perusahaannya. Izzy mulai mengetahui dan mencerna masalah yang sebenarnya terjadi di antara Arvy dan Vanilla setelah Arvy menjelaskan hubungannya dengan Vanilla yang semakin membaik namun hanya seperti teman atau sahabat saja--tidak lebih.Dan kali ini Izzy akan campur tangan. Sebelum menuju ke mansion, tadi Izzy menyempatkan pergi ke sebuah rumah sakit di mana teman Glow memberikan obat pada Izzy atas perintah Glow tadi sore.Setelah itu, Izzy pun pergi ke mansion Arvy untuk bertemu Vanilla dan cucu tunggalnya--London.Setibanya di sana, Izzy langsung menemui Vanilla yang ternyata sedang makan malam sendirian."Mom?" ucap Vanilla ketika melihat Izzy tiba di mansionnya secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan."Halo, Sayang. Bagaimana kabarmu?" tanya Izzy dan mencium pipi sang menantu."Aku sangat baik. Mommy tak bilang akan kemari," jawab Vanilla yang kemudian berdiri."Duduklah, ayo kita makan bersa

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Hubungan Yang Berjalan Apa adanya

    Dengan langkah pelan setelah seharian bekerja, Arvy memasuki mansion megah yang selalu menunggu kedatangannya. Bangunan tersebut seolah menyambutnya dengan hangat, tetapi hatinya hanya memiliki ruang untuk dua wanita yang berarti segalanya baginya yaitu putrinya, London, dan istrinya, Vanilla.Tanpa ragu, Arvy mengarahkan langkahnya menuju kamar kecil yang didekorasi dengan beragam warna pastel. Di dalamnya, bayi kecil London tengah tertidur dengan wajah yang tak terbantahkan cantiknya. Wajah lucunya yang menawan dan bibirnya yang lembut mencairkan hati Arvy setiap kali dia melihatnya."Selalu membuatku merindukanmu, Honey," gumam Arvy berbisik dan kemudian menciumnya perlahan. Setiap hari dia meluangkan waktu setiap hari untuk bersama London, meyakinkan dirinya bahwa dia adalah ayah yang baik bagi sang putri.Kehidupan Arvy selalu berputar dalam lingkaran dua wanita ini, meskipun hubungannya dengan Vanilla belum seperti pasangan suami-istri biasa. Meskipun sudah dua bulan sejak pern

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Tak Tidur Bersama

    "It's oke. Biar aku yang memegangnya. Maaf, tadi bibi mengatakan padaku bahwa kau mencariku dan itulah mengapa aku masuk kemari karena aku berpikir kau sedang membutuhkan bantuanku," jawab Arvy tanpa mengalihkan pandangannya."Arvy, bisakah kau keluar dulu?" ucap Vanilla yang akhirnya duduk agar tubuhnya tertutupi oleh tubuh gemol London yang digendong di depannya."Kau tak membutuhkan bantuanku?" tanya Arvy."Aku akan membersihkan tubuhku dan London di bawah shower dulu lalu aku akan memanggilmu," jawab Vanilla."Baiklah," jawab Arvy dengan santai meskipun sebenarnya kini darahnya berdesir cepat karena melihat tubuh polos Vanilla yang sebenarnya masih tertutupi oleh London.Tapi meskipun begitu, Arvy bisa melihat dengan jelas lekuk tubuh Vanilla yang bagaikan gitar spanyol itu.Arvy kemudian keluar dari kamar mandi dan menunggu di balik pintu."Damn!" gumamnya tanpa bersuara dan hanya menggerakkan bibirnya saja.Tak sekali ini saja Arvy dibuat pening oleh hal-hal seperti ini karena m

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Mulai Hidup Baru Bersama

    “Terima kasih,” ucap Vanilla ketika dia melihat Arvy baru memasuki kamar yang kini resmi menjadi kamar mereka berdua.Arvy melihat ke arah Vanilla di balik temaramnya lampu kamar karena London sudah tidur dengan nyenyak di box bayinya.“Hmm, kau belum tidur?” tanya Arvy sedikit berbisik karena takut mengganggu tidur London.“Aku baru menyusui London dan aku ingin menemui Mommy dulu sebentar lagi. Apakah mereka sudah pulang?” tanya Vanilla.“Ya, mereka baru saja pulang dan besok mereka akan kembali kemari,” jawab Arvy menghampiri Vanilla.Arvy kemudian mengecup bibir Vanilla.“Tidurlah, aku tahu kau sangat lelah,” kata Arvy sembari mengusap pipi Vanilla dengan lembut.Vanilla menatap mata Arvy yang kini sangat berbeda jauh dengan ketika mereka pertama kali saling mengenal.“Kau boleh memintanya kapan pun padaku,” kata Vanilla dengan tulus karena dia tak pernah mempermainkan sebuah hubungan. Dan Arvy tahu dengan apa yang dimaksud oleh Vanilla.Arvy menatap lekat netra cantik itu lalu me

  • Terpaksa Menikah Dengan CEO buta   Mencoba Merayu Kembali

    Arvy menggenggam tangan Vanilla dengan hati yang penuh cinta. "Vanilla," katanya dengan lembut, "Aku tahu kau khawatir tentang pernikahan ini. Tapi aku ingin kita memulai hidup bersama dengan awal yang indah. Aku ingin semua orang tahu bagaimana kita akan menjadi keluarga yang luar biasa untuk London."Vanilla menatap mata Arvy, ekspresinya mencerminkan kebingungan. "Tapi, Arvy, London masih sangat kecil. Dia masih membutuhkanku setiap saat. Aku takut pernikahan besar ini akan membuatku terlalu sibuk dan membuat London kehilangan perhatian dariku," sahut Vanilla.Arvy mencium tangan Vanilla dengan lembut. "Kau tahu, aku dan keluargaku selalu mendukungmu. Dan mereka akan membantu kita," jawab Arvy."Aku tetap ingin pernikahan yang sederahan, Arvy," ucap Vanilla."Baiklah, kita bisa membuat pernikahan ini sesederhana yang kau inginkan. Yang terpenting adalah kita bersama, dan kita merayakan kebahagiaan kita. Jadi kita akan menikah di catatan sipil saja, hanya dengan keluarga dan te

DMCA.com Protection Status